Biografi Imam Bukhari, Buta di Waktu Kecil Tapi Hafal 100.000 Hadits Shahih

Senin, 14 September 2020 - 22:04 WIB
loading...
Biografi Imam Bukhari, Buta di Waktu Kecil Tapi Hafal 100.000 Hadits Shahih
Makam Imam Al-Bukhari (Muhammad bin Ismail) di Desa Khartank yang berdekatan dengan Samarkand, sekarang lebih dikenal dengan Uzbekistan. Foto/Ist
A A A
Jika kita ditanya, hadis mana yang paling shahih? Semua orang akan menjawab hadits shahih Al-Bukhari . Benar memang hadits shahih Al-Bukhari menempatitempat khusus di kalangan umat Islam. Kitab Hadits Shahih Al-Bukhari dianggap kitab hadits paling shahih dibandingkan kitab-kitab hadits lainnya.

Siapa sebenarnya Imam Al-Bukhari ? Berikut pemaparan Ustaz Hanif Luthfi Lc MA (pengajar Rumah Fiqih Indonesia) dalam bukunya "Biografi Imam Bukhari". Kata Ustaz Hanif , kebanyakan orang memang hanya mengenal nama Bukhari saja. Nama beliau cukup singkat yaitu Muhammad. Beliau ber-kunyah Abu Abdillah, atau bapak dari Abdullah. Jadi nama beliau secara lengkap adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Barduzbah Al-Ju’fi Al-Bukhari. (Baca Juga: Dahsyatnya Ilmu Imam Al-Bukhari, Usia 7-11 Tahun Hafal 10.000 Hadis)

Beliau lahir pada hari Jumat 13 Syawal 194 H atau bertepatan 21 Juli 810 M di Kota Bukhara, suatu kota di Uzbekistan. Beliau terkenal Barduzbah ini bahasa Bukhara yang artinya petani. Kakek buyutnya yang bernama Barduzbah dulu beragama Majusi. Lalu putranya bernama Al-Mughirah memeluk Islam di bawah bimbingan Yaman Al-Ju'fi, seorang Gubernur Bukhara kala itu. Sehingga dia dipanggil Mughirah Al-Ju'f. (Baca juga : Kasus Virus Corona Tembus 5 Juta, India Krisis Tabung Oksigen )

Ketika Al-Bukhari masih kecil ayahnya meninggal, sehingga ibunya merawat dan mendidiknya seorang diri. Biaya pendidikannya itu didapat dari harta peninggalan ayahnya. Ismail, ayah dari Bukhar i ini tampaknya memang dari awal suka dan cenderung kepada Hadis Nabawi. Ketika pergi haji pada tahun 179 H, atau 15 tahun sebelum Bukhari lahir, beliau menyempatkan diri menemui tokoh-tokoh ahli hadis seperti Imam Malik bin Anas (wafar 179 H), Abdullah bin al-Mubarak (wafat 181 H), Abu Mu’awiyah bin Shalih, dan lain-lain. (Baca juga : Robot dengan Kecerdasan Buatan Layani Konsumen di Restoran Seoul )

Muhammad bin Ismail Al-Bukhari berkata: Bukhari berkata: (Bapakku) mendengar (hadits) dari Malik bin Anas, melihat Hammad bin Zaid (wafat 179 H) dan bermushafahah dengan Ibnu al-Mubarak dengan kedua tangannya. Semangat ini kemudian diwariskan kepada putranya, Muhammad.

Yatim dan Buta Waktu Kecil Tidak berselang lama Ismail wafat ketika Muhammad masih kanak-kanak. Sebuah
perpustakaan pribadi ditinggalkannya untuk Muhammad di samping semangat untuk mengaji hadis. Dalam keadaan yatim, Muhammad lalu diasuh oleh ibundanya dengan kasih sayang. Dibimbingnya untuk menyintai buku-buku peninggalan ayahnya. Bersama-sama kawan sebayanya Muhammad belajar membaca, menulis, Al-Qur'an dan Hadis.

Muhammad bin Ismail ketika kecil mengalami rasa sakit yang teramat di kedua matanya, hingga akhirnya mengalami kebutaan. Keadaan ini terus beliau alami hingga suatu ketika Allah جل جلاله mengembalikan penglihatannya berkat usaha yang ditekuni oleh ibunya. Allah benar-benar memberikan kesembuhan kepada Muhammad bin Ismail.

Suatu malam, ibunda Al-Bukhari tertidur, dan ia bermimpi melihat Nabi Ibrahim alaihissalam. Dalam mimpinya Nabi Ibrahim berkata: "Wahai perempuan, sungguh Allah جل جلاله telah mengembalikan penglihatan putramu, karena banyaknya tangisanmu, atau banyaknya doa yang kamu panjatkan".( )

Usia 10 Tahun Mulai Belajar Hadits
Imam Al-Bukhari mulai belajar hadis saat masih muda, bahkan masih kurang dari 10 tahun. Ketika Bukhari berusia 10 tahun inilah Imam as-Syafi'i di Mesir itu meninggal, tepatnya pada tahun 204 H. Maka praktis Bukhari tak pernah bertemu dengan Imam as-Syafi'i. Muhammad bin Ismail berkata: Saya mendapatkan ilham untuk mudah menghafal hadits , saat itu saat masih di Kuttab (tempat belajar baca tulis), saat usia 10 tahun atau kurang.

Usia 18 Tahun Mulai Menulis Kitab
Pada usia 18 tahun, beliau mulai menuliskan kitab Qadlaya al-Sahabah wa al-Tabi’in. Kemudian Muhammad bin Ismail pergi ke Madinah untuk mempelajari hadis dari para ulama di sana.

Di Madinah, beliau menulis kitab at-Tarikh al-Kabir; kitab tentang biografi para perawi hadits di samping Kuburan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم . Hampir-hampir beliau menuliskan cerita tersendiri di setiap biografi ulama yang beliau tulis, tapi khawatir terlalu banyak maka tak jadi beliau tulis.

Beliau menulis biografi lebih dari 1.000-an ulama dalam bukunya at-Tarikh tersebut. Beliau juga salat 2 rakaat setiap menulis satu biografi ulama. Beliau belajar di Makkah dan Madinah, atau terkenal dengan nama Hijaz selama 6 tahun, yaitu dari tahun 210 H-216 H.

Wafat di Malam Idul Fitri
Beliau pindah dari Kota Naisabur, menuju ke Samarkand, tepatnya di Desa Khartank sekitar 2 farsakh atau sekitar 12 km dari Samarkand. Di sana ada saudara dari Muhammad bin Ismail al-Bukhari . Beliau merasa, cobaan ini sungguh berat. Sampai akhirnya beliau jatuh sakit. Sehingga suatu malam, beliau berdoa kepada Allah جل جلاله: "Ya Rabb, sesungguhnya telah sempit bagiku dunia yang sebenarnya luas. Maka ambillah nyawaku."

Beliau wafat pada malam Sabtu bertepatan dengan malam Idul Fitri. Beliau dikebumikan setelah salat zuhur pada tahun 256 Hijriah di Desa Khartank yang terletak dekat dengan Samarkand, sekarang lebih dikenal dengan Uzbekistan. Umur beliau 62 tahun kurang 13 hari. Muhammad bin Ismail hafal 100.000 hadits shahih sanad dan matannya. Selain itu hafal 200.000 hadits tidak shahih sanad dan matannya.

Masya Allah, demikian biografi singkat Imam Al-Bukhari yang sangat mengagumkan. Semoga kita mendapat keberkahan dari ilmu beliau yang begitu luas dan mudah-mudahan Allah mengumpulkan beliau di tempat yang tinggi bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم . (Baca Juga: Inilah Rahasia Kesabaran Imam Bukhari)

Wallahu Ta'ala A'lam
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2097 seconds (0.1#10.140)