Setimbang dalam Memberi Hadiah dan Hukuman Pada Anak
loading...
A
A
A
Setimbang dalam memberi hadiah dan hukuman pada anak sangat diperlukan. Ada yang terlalu banyak memberikan hadiah dan tidak menjatuhkan sanksi dan hukuman apapun kepada anak ketika ia memang sudah masuk usia untuk diberi sanksi dan hukuman. Ada juga yang sebaliknya, yaitu berlebihan di dalam memberikan hukuman dan sangat bakhil untuk memberikan hadiah.
"Maka kesetimbangan harus kita lakukan, memberikan porsi yang tepat, menggunakan standar yang digunakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam memberikan pahala dan dosa bagi hamba-hambaNya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan balasan satu kebaikan 10 kali lipat dan memberi ganjaran atas sebuah dosa hanya satu. Artinya hadiah harus lebih banyak kita berikan sebagai bentuk apresiasi kepada anak ketimbang hukuman,"ungkap Ustadz Abu Ihsan Al Atsyari dalam salah satu kajiannya di kanal muslim Rodjatv, baru-baru ini.
Menurutnya, tidak semua kesalahan harus ditimpali dengan hukuman, tapi hendaknya setiap kebaikan harus mendapatkan apresiasi. Inilah kesetimbangannya.
Berikut uraian ceramah dai yang rutin mengisi kajian parenting anak muslim ini:
Ketika berbicara hadiah, mungkin yang terbetik dalam benak kita adalah hadiah materi. Ini sebenarnya keliru. Karena ternyata hadiah nonmateri adalah hadiah yang terbaik, bahkan lebih baik daripada hadiah-hadiah yang bersifat materi.
Ketika kita katakan bahwa setiap kebaikan harus diberi balasan, bukan berarti harus diberi balasan materi. Tapi balasan itu harus ada, walaupun itu hadiah yang bersifat nonmateri. Dan pemberian hadiah yang nonmateri ini kadang-kadang lebih berkesan, lebih membekas dan lebih dikenang daripada hadiah-hadiah materi.
Ditambah lagi pemberian hadiah berupa materi (barang/uang) berpotensi pada ketergantungan anak terhadap hadiah tersebut. Sehingga hasilnya seorang anak enggan berbuat kebaikan sebelum menerima hadiah. Maka ketika kita memberikan hadiah kepada anak, jangan melulu materi. Tapi ada hadiah-hadiah nonmateri yang selalu kita berikan kepadanya.
Jika anak sudah ketergantungan dengan hadiah berupa materi, maka anak akan minta yang lebih dan lebih lagi tanpa kebaikan dan prestasi yang dia lakukan. Apalagi jika dalam penerapan hal itu tidak sesuai dengan syarat-syarat perhatikan yang harus diperhatikan. Maka sekaya apapun kita bisa-bisa harta yang ada tidak mencukupi jika harus memenuhi semua tuntutan anak.
Hadiah Nonmateri
Di surga, bukan hanya nikmat-nikmat yang bersifat materi seperti makanan, bidadari, istana dan lain sebagainya. Tapi ternyata nikmat yang tertinggi adalah melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka bentuk hadiah yang terbaik ternyata bukan berupa materi, tapi berupa nonmateri. Misalnya perhatian verbal maupun fisik. Bentuk perhatian verbal antara lain berupa ungkapan, pujian dan doa. Misalnya ucapan: “Subhanallah, MasyaAllah, Alhamdulillah” dan pujian-pujian, kata-kata indah penuh motivasi yang kita berikan kepada anak.
Hadiah dalam bentuk perhatian fisik misalnya berupa pelukan, elusan di kepala, acungan jempol atau ungkapan kekaguman, senyuman.
Bentuk hadiah yang nonfisik ini mungkin terlihat sepele, namun pengaruhnya terhadap jiwa anak sangat mendalam dan bertahan lama. Kegembiraan karena menerima hadiah berupa uang atau barang, mungkin bertahan sebentar saja. Sebab anak akan segera bosan dan melupakannya.
Buktinya adalah ketika seorang anak berpisah jauh dari orangtuanya. Mana yang lebih dia rindukan, hadiah berupa barang ataupun belaian, kecupan, kata-kata yang indah, kehangatan, perhatian fisik yang biasa dia terima dari orang tuanya? Tentunya itu yang lebih dia rindukan daripada hadiah berupa barang. Karena itulah, biasakan anak-anak dengan hadiah nonmateri seperti ini.
Wallahu A'lam
"Maka kesetimbangan harus kita lakukan, memberikan porsi yang tepat, menggunakan standar yang digunakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam memberikan pahala dan dosa bagi hamba-hambaNya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan balasan satu kebaikan 10 kali lipat dan memberi ganjaran atas sebuah dosa hanya satu. Artinya hadiah harus lebih banyak kita berikan sebagai bentuk apresiasi kepada anak ketimbang hukuman,"ungkap Ustadz Abu Ihsan Al Atsyari dalam salah satu kajiannya di kanal muslim Rodjatv, baru-baru ini.
Menurutnya, tidak semua kesalahan harus ditimpali dengan hukuman, tapi hendaknya setiap kebaikan harus mendapatkan apresiasi. Inilah kesetimbangannya.
Berikut uraian ceramah dai yang rutin mengisi kajian parenting anak muslim ini:
Ketika berbicara hadiah, mungkin yang terbetik dalam benak kita adalah hadiah materi. Ini sebenarnya keliru. Karena ternyata hadiah nonmateri adalah hadiah yang terbaik, bahkan lebih baik daripada hadiah-hadiah yang bersifat materi.
Ketika kita katakan bahwa setiap kebaikan harus diberi balasan, bukan berarti harus diberi balasan materi. Tapi balasan itu harus ada, walaupun itu hadiah yang bersifat nonmateri. Dan pemberian hadiah yang nonmateri ini kadang-kadang lebih berkesan, lebih membekas dan lebih dikenang daripada hadiah-hadiah materi.
Ditambah lagi pemberian hadiah berupa materi (barang/uang) berpotensi pada ketergantungan anak terhadap hadiah tersebut. Sehingga hasilnya seorang anak enggan berbuat kebaikan sebelum menerima hadiah. Maka ketika kita memberikan hadiah kepada anak, jangan melulu materi. Tapi ada hadiah-hadiah nonmateri yang selalu kita berikan kepadanya.
Jika anak sudah ketergantungan dengan hadiah berupa materi, maka anak akan minta yang lebih dan lebih lagi tanpa kebaikan dan prestasi yang dia lakukan. Apalagi jika dalam penerapan hal itu tidak sesuai dengan syarat-syarat perhatikan yang harus diperhatikan. Maka sekaya apapun kita bisa-bisa harta yang ada tidak mencukupi jika harus memenuhi semua tuntutan anak.
Hadiah Nonmateri
Di surga, bukan hanya nikmat-nikmat yang bersifat materi seperti makanan, bidadari, istana dan lain sebagainya. Tapi ternyata nikmat yang tertinggi adalah melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka bentuk hadiah yang terbaik ternyata bukan berupa materi, tapi berupa nonmateri. Misalnya perhatian verbal maupun fisik. Bentuk perhatian verbal antara lain berupa ungkapan, pujian dan doa. Misalnya ucapan: “Subhanallah, MasyaAllah, Alhamdulillah” dan pujian-pujian, kata-kata indah penuh motivasi yang kita berikan kepada anak.
Hadiah dalam bentuk perhatian fisik misalnya berupa pelukan, elusan di kepala, acungan jempol atau ungkapan kekaguman, senyuman.
Bentuk hadiah yang nonfisik ini mungkin terlihat sepele, namun pengaruhnya terhadap jiwa anak sangat mendalam dan bertahan lama. Kegembiraan karena menerima hadiah berupa uang atau barang, mungkin bertahan sebentar saja. Sebab anak akan segera bosan dan melupakannya.
Buktinya adalah ketika seorang anak berpisah jauh dari orangtuanya. Mana yang lebih dia rindukan, hadiah berupa barang ataupun belaian, kecupan, kata-kata yang indah, kehangatan, perhatian fisik yang biasa dia terima dari orang tuanya? Tentunya itu yang lebih dia rindukan daripada hadiah berupa barang. Karena itulah, biasakan anak-anak dengan hadiah nonmateri seperti ini.
Wallahu A'lam
(wid)