Belajar dari Kisah Nabi Sulaiman, Diuji dengan Anak yang Kurang Sempurna

Minggu, 10 Oktober 2021 - 05:14 WIB
loading...
Belajar dari Kisah Nabi Sulaiman, Diuji dengan Anak yang Kurang Sempurna
Allah Taala menguji Nabi Sulaiman alaihissalam dengan memberinya bayi setengah manusia. Foto ilustrasi/istimewa
A A A
Semua orang pasti mendambakan dapat memiliki anak yang sempurna dan shaleh. Namun, bagaimana bila sebaliknya kita diuji dengan memiliki anak yang kurang sempurna (cacat)? Maka belajarlah dari kisah Nabi Sulaiman alaihisallam.

Dalam kitabnya 'Kisah-kisah Shahih Seputar Para Nabi dan Rasul' karya Guru Besar Universitas Islam Yordania, Syeikh Umar Sulaiman Al-Asyqor, diceritakan bagaimana Allah Ta'ala menguji Nabi Sulaiman dengan memberinya setengah bayi (setengah manusia), karena tidak mengucap 'Insya Allah' saat hendak menggauli atau berjimak dengan istri-istrinya.

Syeikh Umar menukil beberapa sumber kitab yang disebutkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di antaranya Kitab Ahaditsil Anbiya', Kitab Kitabun Nikah dan beberapa kitab lainnya.



Sulaiman adalah salah seorang Nabiyullah dan raja yang mujahid. Allah memberinya kerajaan besar yang bisa menundukkan manusia, jin, burung, dan angin untuknya. Nabi Sulaiman juga gemar berjihad fi sabilillah, memperhatikan bala tentaranya, cermat meneliti pasukannya dan perlengkapan mereka.

Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah, "Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib dalam barisan." (QS. An-Naml: 17).

Kegemaran Nabi Sulaiman terhadap jihad , menyiapkan peperangan dan menumbuhkan generasi yang gemar berperang dipaparkan oleh Rasulullah SAW bahwa dia bersumpah untuk menggauli 99 istrinya dalam satu malam dengan harapan satu orang istri melahirkan seorang prajurit yang berperang di jalan Allah. Dalam riwayat lain, 70 istri. Ada yang menyebut 90 istri, ada juga riwayat lain menyebut istri beliau berjumlah 100 orang.

Mungkin ada yang bertanya, "Darimana Nabi Sulaiman memiliki perempuan sebanyak itu?" Jawabannya adalah bahwa dalam syariat Musa, seorang laki-laki dibolehkan menikah tanpa dibatasi. Taurat menyebutkan bahwa istri Nabi Sulaiman mencapai 700 orang, Wallahu A'lam. Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi Sulaiman memiliki kemampuan besar dalam urusan istri. Satu malam dia bisa berkeliling kepada perempuan dalam jumlah sebanyak itu.

Dalam Kitab Kitabun Nikah disebutkan, "Sulaiman bin Dawud berkata, 'Demi Allah, malam ini aku akan berkeliling kepada seratus wanita, setiap wanita melahirkan seorang anak laki-laki yang berperang di jalan Allah.' Malaikat berkata kepadanya, "Katakanlah, 'insya Allah'." Tetapi Sulaiman tidak mengatakannya. Dia lupa. Dia berkeliling, namun tidak ada istri yang melahirkan kecuali seorang istri yang melahirkan setengah manusia."

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Seandainya Sulaiman berkata 'insya Allah' niscaya dia tidak mengingkari sumpahnya dan keinginannya lebih mungkin untuk tercapai."

Harapan Nabi Sulaiman kandas. Beliau tidak bisa mewujudkan sumpahnya. Nabi Sulaiman hanya diberi setengah bayi. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan sebabnya, beliau lupa mengucapkan 'insya Allah' walaupun Malaikat telah mengingatkan itu kepadanya.



Sepertinya Nabi Sulaiman sedang sibuk dengan urusan-urusannya sehingga membuatnya lalai mengucapkannya itu agar takdir Allah terlaksana padanya. Setengah manusia yang dilahirkan oleh salah seorang istri Sulaiman bisa jadi yang dimaksud dengan firman-Nya, "Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat." (QS. Shaad: 34)

Pelajaran dari Kisah Nabi Sulaiman

Demikian kisah Nabiyullah Sulaiman ketika mendapat ujian dari Allah Ta'ala. Adapun pelajaran yang bisa dipetik seorang muslim yaitu harus menggantungkan sesuatu yang hendak dilakukannya di atas kehendak Allah, dengan mengucap, "Aku akan melakukan ini, insya Allah."

Pelajaran lain, kata Syeikh Umar Sulaiman Al-Asyqor, di antara adab para Nabi adalah menggunakan bahasa kinayah dalam urusan di mana keterusterangan dianggap kurang baik. Sulaiman tidak berkata, "Aku akan menggauli atau menyetubuhi." Tetapi dia berkata, "aku akan berkeliling."

Kemudian, apabila seseorang bersumpah untuk melakukan sesuatu di masa mendatang, lalu dia berkata 'insya Allah' maka dia tidak ingkar dalam sumpahnya (jika tidak melakukannya). Jika tidak mengucapkannya, maka dia ingkar.



Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3457 seconds (0.1#10.140)