Akibat Sering Meremehkan Dosa, Ini yang Akan terjadi!

Minggu, 24 Oktober 2021 - 15:52 WIB
loading...
Akibat Sering Meremehkan Dosa, Ini yang Akan terjadi!
Jangan pernah meremehkan sebuah dosa, meskipun dosa itu kecil sekalipun. Sebab dosa kecil ditambah dosa kecil ditambah dosa kecil lainnya dan seterusnya akan bisa menjadi dosa besar. Foto ilustrasi/ist
A A A
Setiap muslim hendaknya jangan pernah meremehkan sebuah dosa, meskipun dosa itu kecil sekalipun. Sebab dosa kecil ditambah dosa kecil ditambah dosa kecil lainnya dan seterusnya akan menjadi segunung dosa, bahkan bisa menjadi dosa besar .

Ath Tahbarani rahimahullah berkata:
أن الإصرار على الصغائر حكمه حكم مرتكب الكبيرة الواحدة على المشهور.

"Sesungguhnya selalu melakukan dosa-dosa kecil maka hukumnya adalah hukum pelaku sebuah dosa besar, menurut pendapat yang terkenal (di antara para ulama)". (Lihat Kitab Al Mu'jam Al Awsath, karya Ath Thabrani).

Bilal bin Sa'ad seorang tabi'in rahimahullah berkata:
لا تنظر إلى صغر المعصية وانظر إلى عظمة من عصيت

"Janganlah kamu lihat kepada kecilnya sebuah maksiat akan tetapi lihatlah agungnya yang kamu maksiati".

Ustadz Dr Syafik Riza Basalamah menukil riwayat bahwa ‘Abdullah bin ‘Abdil Wahhab, ia berkata: Khalid bin Al-Harits menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Abdurrahman Al-Mas’udi menceritakan kepada kami dari ‘Alqamah bin Martsad, dari Abur Rabi’, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Salah satu dari doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:
اللَّهمَّ اغفِرْ لِي مَا قَدَّمتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ ومَا أعْلَنْتُ، وَمَا أَنتَ أَعْلمُ بِهِ مِنِّي، إِنَّكَ أنْتَ المُقَدِّمُ وَالمُؤَخِّرُ، لا إلهَ إلاَّ أنْتَ

“Ya Allah, ampunilah aku apa yang telah aku kerjakan sebelum ini dan apa yang belum aku lakukan. Dan apa yang aku sembunyikan dan apa yang aku kerjakan terang-terangan . Dan aku minta ampun dari segala dosa yang Engkau lebih tahu daripada aku. Sesungguhnya Engkau yang mendahulukan dan yang mengakhirkan. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau Ya Allah.”



Ustad Syafik mengatakan, dalam doa tersebut apakah yang diminta oleh Nabi? Apakah minta jabatan di dunia? Minta kursinya supaya tidak disingkirkan? Tidak. Dalam doanya Nabi meminta ampun. Ini adalah doa yang biasa dibaca Nabi.

Penjelasan dari doa memohon ampunan tersebut adalah : “Ya Allah, ampunilah aku apa yang telah aku kerjakan sebelum ini”. Nabi meminta ampunan. Padahal beliau terjaga, ma’shum. Beliau memberikan contoh kepada kita, seakan-akan beliau berkata kepada kita: “Engkau jangan sok suci, wahai manusia. Banyak dosa dan kesalahan yang engkau perbuat. Dan engkau akan terus berbuat kesalahan, terus lagi melakukan dosa, terus lagi. Karena engkau sudah ditakdirkan berbuat dosa.”

Maka solusi dari seseorang banyak berbuat dosa adalah menjauhi dosa dan tatkala terjebak dalam dosa, ikuti dengan amal shalih dan minta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Nabi minta ampun dari apa yang telah terjadi.

Jadi Sebab Munculnya Musibah

Ustadz Syafik Riza menjelaskan, ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, “Dan apa yang belum aku lakukan,” hal itu menunjukkan kesadaran penuh seorang manusia, sekarang dia tidak berbuat dosa, tapi akan berbuat. Maka Beliau minta ampun. Dan di antara yang harus dikerjakan seorang muslim adalah minta ampun.

“Bala itu tidak turun melainkan disebabkan dosa. Dan tidak diangkat kecuali dengan bertaubat.” Bala itu turun karena dosa dan diangkat karena taubat. Maka hendaknya manusia terus belajar doanya Nabi ”Alaihish Shalatu was Salam di atas. Kita memohon ampun atas semua dosa. Yang mungkin seluruh penduduk bumi ini tidak tahu dengan dosa kita. Maka kita minta ampun. Dan bisa jadi kita pernah berburuk sangka kepada Allah yang kita sendiri tidak tahu bahwa engkau telah berbuat dosa.

“Dan aku minta ampun dari segala dosa yang Engkau lebih tahu daripada aku.” Ini termasuk doa yang pendek tapi mengandung permohonan ampunan kepada Allah yang sangat luas sekali. Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam mengajarkan kepada kita untuk membaca istighfar, beliau juga mengajarkan untuk membaca rabbigh firli, tapi beliau juga mengajarkan kepada kita doa-doa yang begitu indahnya.

Begitulah, sebagian kita saat ini mengerjakan dosa tapi beranggapan bahwa itu bukan perbuatan dosa. Ini parah sekali. Apa penyebabnya? Tidak punya ilmu, tidak mau belajar. Dia berfikir yang dia kerjakan itu tidak mengapa. Standarnya mengatakan boleh dan tidak boleh itu apa? Apakah perasaan kita? Akal kita? Atau logika kita? Atau tradisi dan budaya yang ada lalu firman Allah dikesampingkan dan sabda Nabi ”Alaihish Shalatu was Salam dicampakkan?



Maka tidak sedikit manusia-manusia yang menganggap orang lain berlebih-lebihan dalam beragama, padahal dia yang menyepelekan agama. Mereka menganggap orang lain fanatik, sedangkan dia sudah mulai meninggalkan agamanya
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّـهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Apa saja yang kalian kehendaki, tidak bakal terjadi kecuali Allah menghendakinya. Allah pemilik alam semesta ini.” (QS. At-Takwir: 29)

Jika Allah mau menutup bumi ini? Bisa Allah Tutup! Jika Allah mau tenggelamkan bumi ini? Allah bisa tenggelamkan, Allah mau hapus sebuah negara dari peta dunia? Allah bisa hapus. Hal itu karena Dia adalah pemilik. Kita tahu bahwa kepemilikian manusia hanya sementara. Manusia hanya dititipkan, sedangkan yang berhak berbuat semaunya hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.
فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ

“Allah berbuat apa yang Allah kehendaki.” (QS. Al-Buruj: 16)

Firman-Nya lagi :
لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

“Allah tidak ditanya kenapa Allah melakukan ini. tapi kalian yang ditanya tentang apa yang kalian kerjakan selama ini.” (QS. Al-Anbiya: 23)

Maka di akhir doa ini, Nabi ”Alaihish Shalatu was Salam mengatakan: “Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau Ya Allah.” Semua sesembahan-sesembahan yang ada di muka bumi ini, baik itu terbuat dari batu, terbuat dari kayu, baik itu binatang, baik itu manusia yang dimuliakan, Nabi, Malaikat, ingatlah bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah ‘Azza wa Jalla. Semua sesembahan-sesembahan itu batil.

Maka minta ampunlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sekaya apapun manusia, sehebat apapun kita, yang pasti semua manusia akan kembali kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Pasti. Apapun ajaran yang dianut manusia maka akan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena pemilik bumi ini satu, Allah Rabbul ‘Alamin.

Agar terhindar dari bencana yang lebih dahsyat, segera bertaubat. Solusinya adalah istighfar, meminta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4064 seconds (0.1#10.140)