Kisah Turunnya Surat Yasin Ayat 8, Abu Jahal Gagal Celakai Rasulullah

Kamis, 28 Oktober 2021 - 21:43 WIB
loading...
Kisah Turunnya Surat Yasin Ayat 8, Abu Jahal Gagal Celakai Rasulullah
Sosok Abu Jahal layak mendapat hukuman setimpal dari Allah karena sikapnya yang keras ingin mencelakai Rasulullah. Foto/tangkapan layar Film Umar Bin Khattab
A A A
Surat Yasin disebut juga jantungnya Al-Qur'an. Surah ke-36 ini terdiri dari 83 ayat diturunkan di Makkah. Diterangkan dalam hadis, "Siapa yang membaca Surat Yasin pada malam hari dengan mengharap keridoan Allah maka diampuni dosa-dosanya." (HR At-Thabrani dan Al-Bayhaqi dari Abu Hurairah).

Kandungan Surat Yasin meliputi pokok-pokok keimanan, tanda-tanda kekuasaan Allah Ta'ala, peringatan kematian, hari akhir, serta kisah perjuangan para syuhada. Di dalam surat ini, ada satu ayat yang menarik untuk dibahas karena berkaitan dengan kondisi kaum kafir Makkah dan sikap kerasnya terhadap Rasulullah.

Allah berfirman:

اِنَّا جَعَلۡنَا فِىۡۤ اَعۡنَاقِهِمۡ اَغۡلٰلًا فَهِىَ اِلَى الۡاَ ذۡقَانِ فَهُمۡ مُّقۡمَحُوۡنَ

Innaa ja'alnaa fiii a'naaqihim aghlaalan fahiya ilal azqooni fahum muqmahuun.

"Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah." (QS Yasin Ayat 8)

Menurut riwayat, ayat ini (QS Yasin: 8) pada mulanya diturunkan sehubungan niat Abu Jahal bersama dua temannya yang berasal dari Bani Makhzum yang ingin mencelakai Nabi. Abu Jahal pernah bersumpah bila melihat Muhammad sedang sholat di Baitullah, ia akan menjatuhkan batu besar ke atas kepalanya.

Pada suatu hari, dilihatnya Nabi sedang sujud, di tangannya sudah tersedia batu yang cukup besar. Ketika batu itu diangkatnya dan akan dilemparkan ke arah Nabi yang sedang sujud itu, ia jadi ragu-ragu dan batu itu terlepas dari pegangan tangannya. Abu Jahal kembali kepada kaumnya dan menceritakan apa yang terjadi.

Kemudian ada pula seorang Bani Makhzum karena tertarik dengan cerita Abu Jahal, bermaksud pula melempar Nabi pada waktu beliau akan sholat. Ketika ia hendak melaksanakan niat jahatnya, Allah membutakan matanya.

Ia kembali kepada kaumnya dalam keadaan buta. Dia menceritakan bahwa ketika hendak melaksanakan niatnya tiba-tiba muncul seekor binatang besar yang siap hendak menerkamnya. Seandainya batu itu ia lemparkan juga, binatang itu pasti menerkamnya. Ada yang mengatakan bahwa makna belenggu di sini adalah arti Majazi (kiasan). Jadi yang dimaksud dengan belenggu adalah penghalang yang menghalangi niat seseorang untuk beriman kepada Allah.

Dalam Tafsir Kemenag dijelaskan, bahwa Allah menggambarkan kondisi kaum kafir tersebut dengan firman-Nya, "Sungguh, Kami telah memasang belenggu yang diikat di leher mereka, lalu tangan mereka diangkat ke dagu, karena itu kepala mereka tertengadah dan mendongak sehingga tidak dapat menunduk apalagi bergerak dengan bebas."

Kemudian diberikan sebuah perumpamaan bagi orang-orang yang tidak mau beriman seolah-olah belenggu telah dipasang di leher mereka, tangan diangkat sampai ke atas dagu. Hal demikian menyebabkan muka mereka selalu tertengadah.

Demikianlah gambaran orang yang tidak beriman karena dia tidak dapat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mengambil perbandingan. Belenggu itu demikian erat, sehingga tidak memungkinkan kepalanya bergerak sama sekali.

Kemudian di ayat berikutnya, Allah berfirman:

وَجَعَلۡنَا مِنۡۢ بَيۡنِ اَيۡدِيۡهِمۡ سَدًّا وَّمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدًّا فَاَغۡشَيۡنٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُوۡنَ

"Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat." (QS Yasin: 9)

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2282 seconds (0.1#10.140)