Transliterasi Arab Indonesia, Berikut Panduan dan Pedomannya

Sabtu, 30 Oktober 2021 - 22:21 WIB
loading...
Transliterasi Arab Indonesia,...
Pedoman transliterasi Arab-Indonesia penting untuk diketahui agar tidak salah dalam menuliskan huruf Arab ke latin (Indonesia). Foto/Ist
A A A
Transliterasi Arab Indonesia perlu kita ketahui agar tidak keliru dalam menulis atau menyalin huruf-huruf Arab ke huruf latin Indonesia. Transliterasi adalah penyalinan dengan mengganti huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain.

Adapun transliterasi Arab-Latin ialah penyalinan huruf-huruf Arab (Hijaiyah) ke dalam huruf-huruf Latin beserta perangkat dan simbol-simbolnya. Hal ini dianggap penting untuk keperluan seperti penulisan karya ilmiah, pembuatan katalog, dan pelajaran Bahasa Arab.

Pembakuan pedoman Transliterasi Arab-Latin ini sudah lama disusun sejalan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Pedoman Transliterasi Arab Latin ini merupakan hasil keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang tertulis di Surat Keputusan Bersama (SKB) No 158 Tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987.

Mengenal Huruf Arab dan Sejarahnya
Pengasuh Rumah Fiqih Indonesia, Ustaz Ahmad Sarwat Lc dalam bukunya "Ilmu Dhabt" menjelaskan, Al-Qur'an sudah ditulis sejak diturunkan di masa kenabian selama rentang waktu 23 tahun.

Para ulama yang konsern pada penulisan Al-Qur'an memberikan tanda baca untuk mengikat atau dhabth, agar orang ajam tidak keliru dan meleset ketika membaca. Yang mula-mula dianggap memprakarasi penggunaan tanda baca dalam fungsi sebagai Naqthul i'rab adalah Abu Aswad Ad-Duali (wafat 69 H).

Menurut sebagian penelitian, hal itu dilakukan atas perintah Ziyad bin Abi Ziyad (wafat 53 H), Gubernur Bashrah di masa Khalifah Mu'awiyah bin Abi Sufyan (wafat 60 H).

Untuk diketahui, huruf Arab atau dikenal dengan Hijaiyah berjumlah 29. Hijaiyah berasal dari kata "Haja, Yuhajuu, Hijaa-an" (هَجَا- يَهْجُوْ- هِجَاءً ), yang berarti ejaan.

Berikut ini tabel perbedaan penulisan Transliterasi dari aksara Arab (Hijaiyah) ke aksara Indonesia (Latin) dengan acuan SKB No 158/1987 dan 0543.b/U/1987 dan ISO dikutip dari rangkangbelajar:

1. Konsonan
Fonem konsonan Bahasa Arab, yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda. Sebagian lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda secara bersama-sama. Berikut ini daftar huruf Arab dan transliterasinya.
Transliterasi Arab Indonesia, Berikut Panduan dan Pedomannya


Jika dikaji lebih lanjut, ternyata perbedaan penulisan huruf dengan tambahan lambang-lambang tertentu ada di beberapa huruf sebagai berikut:
Transliterasi Arab Indonesia, Berikut Panduan dan Pedomannya


Setelah memperhatikan perbandingan transliterasi pedoman SKB No. 158/1987 dan 0543.b/U/1987 dan ISO, dapat dilihat bahwa perbedaan antara keduanya hanya terdapat pada penulisan huruf: ث, ذ , dan ش sebagaimana tertera pada tabel di atas.

2. Māddah
Māddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat huruf, baik transliterasi yang berdoman pada SKB No. 158/1987 dan 0543.b/U/1987 maupun ISO berupa huruf dan tanda berikut:
Transliterasi Arab Indonesia, Berikut Panduan dan Pedomannya


3. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu: ﺍل. Namun dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf Qamariah.

Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf (lam) diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

Kata sandang yang diikuti oleh huruf Qamariah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya. Baik diikuti huruf syamsiah maupun qamariah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sempang.

Contoh:

Ar-Rajulu : الرَّجُلُ
As-Salāmu : السَّلاَمُ
Al-Qalamu : الْـقَلَمُ
Al-Makānu : الْـمَـكَا نُ

4. Penulisan Kalimat
Pada dasarnya setiap kata, baik Fi'il (kata kerja), Ism (kata benda), maupun Huruf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan. Dengan kata lain karena ada huruf atau harakah yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata yang dimaksud dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh:

Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn:
وَإنَّ اللهَ لَـهُوَ خـَيْرُ الرَّازِقِـيْـن

atau wa innallāha lahuwa khairurrāziqīn

Wa lillāhi ʼalā an-nāsi hijju al-baiti:
وَلِلَّهِ عَلَى النـَّاسِ حِجُّ الْــَبيْـتِ

atau wa lillāhi ʼalan-nāsi hijjul-baiti

Min syarri al-waswās al-khannās:
مِنْ شَرِّ الْـوَسْوَاسِ الْـخَـنَّـاسِ

atau min syarril waswāsil khannās


Sumber:
SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987
(rhs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1943 seconds (0.1#10.140)