Kisah Arisa, Mualaf asal Jepang (1): Syahadat Saya Bukanlah Tujuan, tetapi Awal
loading...
A
A
A
Kini hampir 7 tahun Arisa memeluk Islam. Mualaf asal Jepang ini terlahir dengan agama Shinto. Setelah melalui berbagai pengalaman rohani yang panjang akhirnya ia memutuskan memeluk agama Islam pada 17 Januari 2015.
" Syahadat saya bukanlah tujuan tetapi awal. Semua mualaf termasuk saya telah menghadapi ujian iman sejak hari pertama. Segala sesuatu di sekitar kita di hari ini dan di sepanjang usia kita akan terus-menerus berusaha untuk menggoyahkan iman kita," tutur Arisa yang sejak memeluk Islam namanya diubah menjadi Nur Arisa Maryam.
Pernyataan Arisa ini disampaikan pada akun instagram @thejapanesemuslimah pada 17 Januari 2021 lalu. "Jadi, saya telah mencoba untuk menjaga api kecil iman itu tetap hidup di dalam hati saya dan melindunginya dari badai petir di dunia," lanjutnya.
Arisa mengatakan dirinya memanjatkan do'a dan senantiasa bersyukur karena Allah SWT telah memberi ilmu tentang Islam.
"Tahun ini saya mendapat perubahan lagi berkat berkah dari Allah SWT. Ibu saya mengingat hari Syahadat saya dan dia memberi saya hadiah untuk merayakan ulang tahun saya memeluk Islam yang ke-6," ujarnya.
Menurutnya, itu adalah hadiah Islami pertama bagi dirinya, karena sang bunda menerima dan mengingat ulang tahun dirinya membaca syahadat. "Alhamdulillah. Saya sangat bersyukur kepada Allah karena telah membuka hati keluarga kami secara bertahap," tuturnya.
Arisa pantas bersyukur dengan perubahan atas diri ibunya itu. Harap maklum, pada awal Arisa memeluk Islam, sang bunda justru menjadi pengganjal utama. Bahkan Arisa sempat tidak diakui sebagai putrinya.
Tidak Diakui Sebagai Anak
Mari kita kembali ke 17 Januari 2015, saat Arisa bersyahadat. Begitu Arisa resmi memeluk Islam, ia membuat pengakuan kepada keluarganya. Reaksi keluarga kurang baik. “Ibuku kaget. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa putrinya menjadi muslim tanpa pemberitahuan sebelumnya," ujarnya.
Sang bunda benar-benar khawatir orang akan melihat Arisa secara berbeda. Khawatir juga Arista mendapat perlakuan kasar. "Dia juga khawatir tentang pernikahan saya. Muslim di Jepang tidaklah banyak,” lanjutnya.
Ibunda Arisa merasa kalut dengan berita mendadak ini dan tidak bisa memahami dengan apa yang terjadi terhadap putrinya. Dia bahkan berkata kepada Arisa, bahwa dia tidak mengakuinya lagi sebagai anak, dan untuk beberapa waktu dia tidak mau berbicara sama sekali kepada Arisa.
Meski demikian, Arisa tetap bersikap baik terhadap ibunya. “Saya tahu ini adalah reaksi yang wajar, jadi saya melakukan yang terbaik untuk membuatnya menerima saya. Dan saya ingin membuatnya melihat saya menjadi orang yang lebih baik karena Islam. Jadi, saya berusaha menjaga hubungan yang baik dengan ibu saya,” ujar Arisa.
Lain halnya dengan teman-teman Arisa. Ketika diberitahu bahwa Arisa telah masuk Islam, beberapa dari mereka malah bertanya tentang bagaimana kehidupannya setelah menjadi muslim. “Mereka tidak mengatakan hal-hal buruk tentang Islam di depan saya. Alhamdulillah,” kata Arisa.
Adik perempuan Arisa juga mendukung keputusan Arisa untuk menjadi muslim, “Dia memberitahuku bahwa dia bahagia untukku,” kenang Arisa.
Adiknya kemudian membantu Arisa untuk meyakinkan ibunya bahwa dia masih orang yang sama dan tidak ada yang berubah. Namun, butuh waktu sampai ibunya menerimanya sebagai seorang muslim, dan bahkan dia menangis ketika meminta maaf kepada Arisa.
Ibunda Arisa, perlahan dapat menerima keislaman putrinya, bahkan dia melihat Islam dengan cara yang berbeda. Sebelumnya, karena penggambaran media, dia melihat Islam sebagai sesuatu yang buruk. Kini dia menilai bahwa Islam adalah agama yang indah, dan dia melihat Arisa berubah menjadi jauh lebih baik setelah beragama Islam.
Beberapa tahun kemudian, bahkan nenek Arisa juga mengikuti jejak Arisa, dia mengucapkan syahadat di masjid di Tokyo. Neneknya juga telah menjadi seorang muslimah. Meski anggota keluarga yang lainnya belum, namun Arisa berharap suatu hari nanti mereka dapat juga menjadi muslim.
Itulah sebabnya, memasuki usia enam tahun bersyahadat Arisa pantas bersyukur atas perubahan pada diri sang bunda itu. "Ya Allah, tolong terus bantu saya untuk mengingat-Mu dan berterima kasih kepada-Mu dan menyembah-Mu dengan baik Aamiin!" doa Arisa.
" Syahadat saya bukanlah tujuan tetapi awal. Semua mualaf termasuk saya telah menghadapi ujian iman sejak hari pertama. Segala sesuatu di sekitar kita di hari ini dan di sepanjang usia kita akan terus-menerus berusaha untuk menggoyahkan iman kita," tutur Arisa yang sejak memeluk Islam namanya diubah menjadi Nur Arisa Maryam.
Pernyataan Arisa ini disampaikan pada akun instagram @thejapanesemuslimah pada 17 Januari 2021 lalu. "Jadi, saya telah mencoba untuk menjaga api kecil iman itu tetap hidup di dalam hati saya dan melindunginya dari badai petir di dunia," lanjutnya.
Arisa mengatakan dirinya memanjatkan do'a dan senantiasa bersyukur karena Allah SWT telah memberi ilmu tentang Islam.
"Tahun ini saya mendapat perubahan lagi berkat berkah dari Allah SWT. Ibu saya mengingat hari Syahadat saya dan dia memberi saya hadiah untuk merayakan ulang tahun saya memeluk Islam yang ke-6," ujarnya.
Menurutnya, itu adalah hadiah Islami pertama bagi dirinya, karena sang bunda menerima dan mengingat ulang tahun dirinya membaca syahadat. "Alhamdulillah. Saya sangat bersyukur kepada Allah karena telah membuka hati keluarga kami secara bertahap," tuturnya.
Arisa pantas bersyukur dengan perubahan atas diri ibunya itu. Harap maklum, pada awal Arisa memeluk Islam, sang bunda justru menjadi pengganjal utama. Bahkan Arisa sempat tidak diakui sebagai putrinya.
Tidak Diakui Sebagai Anak
Mari kita kembali ke 17 Januari 2015, saat Arisa bersyahadat. Begitu Arisa resmi memeluk Islam, ia membuat pengakuan kepada keluarganya. Reaksi keluarga kurang baik. “Ibuku kaget. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa putrinya menjadi muslim tanpa pemberitahuan sebelumnya," ujarnya.
Sang bunda benar-benar khawatir orang akan melihat Arisa secara berbeda. Khawatir juga Arista mendapat perlakuan kasar. "Dia juga khawatir tentang pernikahan saya. Muslim di Jepang tidaklah banyak,” lanjutnya.
Ibunda Arisa merasa kalut dengan berita mendadak ini dan tidak bisa memahami dengan apa yang terjadi terhadap putrinya. Dia bahkan berkata kepada Arisa, bahwa dia tidak mengakuinya lagi sebagai anak, dan untuk beberapa waktu dia tidak mau berbicara sama sekali kepada Arisa.
Meski demikian, Arisa tetap bersikap baik terhadap ibunya. “Saya tahu ini adalah reaksi yang wajar, jadi saya melakukan yang terbaik untuk membuatnya menerima saya. Dan saya ingin membuatnya melihat saya menjadi orang yang lebih baik karena Islam. Jadi, saya berusaha menjaga hubungan yang baik dengan ibu saya,” ujar Arisa.
Lain halnya dengan teman-teman Arisa. Ketika diberitahu bahwa Arisa telah masuk Islam, beberapa dari mereka malah bertanya tentang bagaimana kehidupannya setelah menjadi muslim. “Mereka tidak mengatakan hal-hal buruk tentang Islam di depan saya. Alhamdulillah,” kata Arisa.
Adik perempuan Arisa juga mendukung keputusan Arisa untuk menjadi muslim, “Dia memberitahuku bahwa dia bahagia untukku,” kenang Arisa.
Adiknya kemudian membantu Arisa untuk meyakinkan ibunya bahwa dia masih orang yang sama dan tidak ada yang berubah. Namun, butuh waktu sampai ibunya menerimanya sebagai seorang muslim, dan bahkan dia menangis ketika meminta maaf kepada Arisa.
Ibunda Arisa, perlahan dapat menerima keislaman putrinya, bahkan dia melihat Islam dengan cara yang berbeda. Sebelumnya, karena penggambaran media, dia melihat Islam sebagai sesuatu yang buruk. Kini dia menilai bahwa Islam adalah agama yang indah, dan dia melihat Arisa berubah menjadi jauh lebih baik setelah beragama Islam.
Beberapa tahun kemudian, bahkan nenek Arisa juga mengikuti jejak Arisa, dia mengucapkan syahadat di masjid di Tokyo. Neneknya juga telah menjadi seorang muslimah. Meski anggota keluarga yang lainnya belum, namun Arisa berharap suatu hari nanti mereka dapat juga menjadi muslim.
Itulah sebabnya, memasuki usia enam tahun bersyahadat Arisa pantas bersyukur atas perubahan pada diri sang bunda itu. "Ya Allah, tolong terus bantu saya untuk mengingat-Mu dan berterima kasih kepada-Mu dan menyembah-Mu dengan baik Aamiin!" doa Arisa.
(mhy)