Surat Yasin Ayat 76: Boleh Bersedih, tapi Jangan Larut dalam Kesedihan
loading...
A
A
A
Nilai yang bisa diambil dalam ayat-ayat demikian adalah urgensi – sebagai hamba –menyandarkan segala bentuk kesedihan kepada Allah SWT Hal inilah yang diterapkan oleh para nabi dan orang-orang soleh.
Sebagaimana Al-Qur’an juga mengabadikan kesedihan Ya’qub dalam surah Yusuf ayat 86, Allah berfirman:
Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.
Mengutip dari Tafsir Kementerian Agama ayat di atas menceritakan bagaimana Ya’qub bersedih atas isu kematian Yusuf. Ia berkata kepada anak-anaknya yang lain,
“Wahai anak-anakku kalian jangan mencercaku, aku tidak pernah mengadu kepadamu sekalian, begitu juga kepada manusia yang lain tentang kesedihan dan kesusahanku. Sebab aku hanya mengadu kesusahan yang menimpaku kepada Allah SWT….dst”
Nilai lain yang bisa dipetik yakni tidak berlarut dalam kesedihan. Ini sekaligus menegaskan bahwa kesedihan itu wajar, yang dilarang adalah larut bahkan terbenam dalam kesedihan itu.
Karena itu Al-Biqa’i menerangkan bahwa kata yahzunka (يَحْزُنْكَ) dalam ayat ini, dimakanai dengan tidak larut dalam kesedihan. Dan cara meredam kesedihan tersebut yakni dengan sesegera mungkin mengingat Allah SWT.
Menggelapkan Hati
Dalam kitab Nashaih al-‘Ibad, Imam Nawawi al-Bantani menjelaskan bahwa ada dua kategori kesedihan, ia berkata: “Sedih karena perkara dunia dapat menggelapkan hati, sedangkan sedih karena perkara akhirat dapat menerangkannya (hati)”
Hati merupakan wadah yang lengkap, ia menampung berbagai macam karakter perasaan manusia, termasuk rasa sedih. Karena itu, apa pun bentuk dari kesedihan kita, hendaklah menyandarkannya kepada Sang Pemiliki Hati. Bahkan Dia tidak canggung mengajak kita untuk berdialog kepadanya. Allah berfirman:
Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekkah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. ( QS At-Taubah : 40)
Ada banyak faktor yang menyebabkan kesedihan, di antaranya; jauh dari Allah, bermaksiat, tidak dapat menjalankan kebaikan, dihina, berpisah dengan orang yang disenangi, dsb.
Cara lain mengobati perasaan sedih tersebut selain aspek internal dengan Allah: beribadah, membaca Al-Qur'an, berzikir, dan lainnya. Seperti dalam hadits:
Siapa yang melazimkan beristighfar, maka Allah jadikan baginya jalan keluar atas segala kesulitannya. Allah juga akan memberikan kelapangan atas segala kesempitan dan kesusahannya. Serta memberinya rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka. (HR Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Hakim).
Juga dengan mendekat (berteman) pada orang-orang saleh. Sebab, mereka adalah peranan penting yang juga diceritakan al-Quran – seperti dalam al-Quran surat At-Taubah: 40 diatas – untuk menghilangkan kesedihan yang sedang dialami. Di sisi lain, juga untuk menilai manakah kawan yang setia bersama, baik dalam keadaan senang maupun susah.
Sebagaimana Al-Qur’an juga mengabadikan kesedihan Ya’qub dalam surah Yusuf ayat 86, Allah berfirman:
قَالَ اِنَّمَآ اَشْكُوْا بَثِّيْ وَحُزْنِيْٓ اِلَى اللّٰهِ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.
Mengutip dari Tafsir Kementerian Agama ayat di atas menceritakan bagaimana Ya’qub bersedih atas isu kematian Yusuf. Ia berkata kepada anak-anaknya yang lain,
“Wahai anak-anakku kalian jangan mencercaku, aku tidak pernah mengadu kepadamu sekalian, begitu juga kepada manusia yang lain tentang kesedihan dan kesusahanku. Sebab aku hanya mengadu kesusahan yang menimpaku kepada Allah SWT….dst”
Nilai lain yang bisa dipetik yakni tidak berlarut dalam kesedihan. Ini sekaligus menegaskan bahwa kesedihan itu wajar, yang dilarang adalah larut bahkan terbenam dalam kesedihan itu.
Karena itu Al-Biqa’i menerangkan bahwa kata yahzunka (يَحْزُنْكَ) dalam ayat ini, dimakanai dengan tidak larut dalam kesedihan. Dan cara meredam kesedihan tersebut yakni dengan sesegera mungkin mengingat Allah SWT.
Menggelapkan Hati
Dalam kitab Nashaih al-‘Ibad, Imam Nawawi al-Bantani menjelaskan bahwa ada dua kategori kesedihan, ia berkata: “Sedih karena perkara dunia dapat menggelapkan hati, sedangkan sedih karena perkara akhirat dapat menerangkannya (hati)”
Hati merupakan wadah yang lengkap, ia menampung berbagai macam karakter perasaan manusia, termasuk rasa sedih. Karena itu, apa pun bentuk dari kesedihan kita, hendaklah menyandarkannya kepada Sang Pemiliki Hati. Bahkan Dia tidak canggung mengajak kita untuk berdialog kepadanya. Allah berfirman:
اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰىۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekkah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. ( QS At-Taubah : 40)
Ada banyak faktor yang menyebabkan kesedihan, di antaranya; jauh dari Allah, bermaksiat, tidak dapat menjalankan kebaikan, dihina, berpisah dengan orang yang disenangi, dsb.
Cara lain mengobati perasaan sedih tersebut selain aspek internal dengan Allah: beribadah, membaca Al-Qur'an, berzikir, dan lainnya. Seperti dalam hadits:
مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Siapa yang melazimkan beristighfar, maka Allah jadikan baginya jalan keluar atas segala kesulitannya. Allah juga akan memberikan kelapangan atas segala kesempitan dan kesusahannya. Serta memberinya rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka. (HR Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Hakim).
Juga dengan mendekat (berteman) pada orang-orang saleh. Sebab, mereka adalah peranan penting yang juga diceritakan al-Quran – seperti dalam al-Quran surat At-Taubah: 40 diatas – untuk menghilangkan kesedihan yang sedang dialami. Di sisi lain, juga untuk menilai manakah kawan yang setia bersama, baik dalam keadaan senang maupun susah.
(mhy)