Yajuj dan Majuj Berbaur dalam Perang Rusia-Ukraina?

Rabu, 09 Maret 2022 - 15:20 WIB
loading...
Yajuj dan Majuj Berbaur dalam Perang Rusia-Ukraina?
Ilustrasi yajuj dan majuj. (Foto/Ilustrasi: Ist)
A A A
Imran Hosein dalam bukunya berjudul "An Islamic View of Gog and Magog in the Modern World" menyatakan Yajuj dan Majuj telah menyebar dan berbaur serta menjadi bagian dari aliansi Inggris-Amerika dan Israel di satu sisi dan Rusia modern di sisi lain. Apakah itu berarti Yajuj dan Majuj sudah terlibat dalam perang Rusia dengan Ukraina?



Alif Jabal Kurdi, Alumni Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Alumni PP LSQ Ar-Rohmah Yogyakarta, dalam tulisannya berjudul "Mengenal Imran Hosein dan Diskursus Yajuj dan Majuj di Dunia Modern" menjelaskan term Yajuj dan Majuj dalam Al-Qur’an terulang dua kali dan selalu bergandengan. Kedua ayat tersebut terdapat dalam surat al-Kahfi [18]: 94 dan surat al-Anbiya [21]: 96:

قَالُوْا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِنَّ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلٰٓى اَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا


Mereka berkata, “Wahai Zulkarnain! Sungguh, Yakjuj dan Makjuj itu (makhluk yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?” ( QS al-Kahfi [18]: 94)

حَتّٰىٓ اِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوْجُ وَمَأْجُوْجُ وَهُمْ مِّنْ كُلِّ حَدَبٍ يَّنْسِلُوْنَ


Hingga apabila (tembok) Yakjuj dan Makjuj dibukakan dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. ( QS al-Anbiya [21]: 96)

Para ulama maupun mufassirin umumnya menafsirkan term Yajuj dan Majuj secara istilah dengan melihat pada surat al-Kahfi [18]: 93 yang menjelaskan kisah perjalanan Dzulqarnain yang bertemu sebuah kaum yang hampir tidak memahami perkataan yang kemudian disebut Yajuj dan Majuj. Namun mengenai siapa dan dari mana kaum itu berasal hanya ditemukan sedikit pendapat dari para mufassirin.

Imam al-Qurthubi berpendapat berdasarkan riwayat Abu Hurairah bahwa Yajuj dan Majuj adalah keturunan Nabi Nuh dari jalur Yafits. Sementara Ibn Katsir menyebut bahwa Yajuj dan Majuj adalah kaum yang serupa dengan bangsa Turki.

Sedangkan ditemukan dalam penjelasan Quraish Shihab yang mengatakan bahwa Yajuj dan Majuj merupakan kaum yang mirip dengan bangsa Tartar dan Mongol. Selanjutnya ditemukan juga riwayat hadis yang mendeskripsikan ciri fisik dari Yajuj dan Majuj yakni bermuka lebar dan bermata sipit.



Tafsir Imran Hosein
Imran Hosein dalam bukunya berjudul An Islamic View of Gog and Magog in the Modern World punya penafsiran yang berbeda. Imran adalah salah satu cendekiawan Islam lulusan madrasah/Institut Alimiyah Pakistan, sebuah institut atau perguruan tinggi yang memadukan antara keilmuan Islam klasik serta pendekatan ilmu-ilmu modern. Madrasah ini didirikan oleh guru sekaligus inspirasi Imran Hosein yakni Fazlur Rahman Ansari, seorang filsuf sekaligus sufi yang berasal dari Pakistan.

Sebagaimana cendekiawan Islam modern-kontemporer pada umumnya yang bisa dikatakan terpengaruh pemikiran Abduh, Imran Hosein sangat memperhatikan sisi semantik. Ia mengawali penafsirannya dengan mengutip pendapat Tammam Adi, seorang ahli semantik Al-Qur’an yang mendefinisikan bahwa kata dasar dari term Yajuj dan Majuj adalah a-ja-ja, maka implikasinya Yajuj merupakan bentuk aktif dan Majuj merupakan bentuk pasif.

Maksudnya Yajuj dan Majuj merupakan dua wajah yang berbeda atau bermuka dua. Yajuj merupakan perwujudan dari sikap bar-bar sedangkan Majuj merupakan sikap kebalikannya yakni seakan seperti korban. Wujud permisalan ekstrem yang juga ia sebutkan lainnya ialah Yajuj seakan terekspresikan pada sosok yang religius namun kenyataannya justru sebaliknya, Majuj (godless).

Imran Hosein juga menjelaskan asal-muasal dari Yajuj dan Majuj. Ia mengatakan bahwa mereka berasal dari suku Khazar, Eropa Timur. Suku Khazar ini kemudian mengonversi dirinya ke dalam agama Yahudi Eropa dan dan Kristen Eropa. Maka apa yang dimaksud oleh Hosein dengan menunjukkan asumsinya ini adalah bahwa Yajuj dan Majuj sudah berhasil keluar dari belenggunya dan telah menyebar ke penjuru dunia.

Ia melanjutkan bahwa Yajuj dan Majuj yang telah bebas itu kemudian menyebar ke seluruh dunia. Pendapat ini sekaligus ia arahkan untuk memaknai surat al-Anbiya [21]: 96. Yajuj dan Majuj yang telah menyebar itu kemudian masuk dan berbaur dalam setiap sektor penting di dunia dan terlibat dalam menebarkan bibit-bibit peperangan.

Secara spesifik Hosein mengatakan bahwa Yajuj dan Majuj telah menyebar dan berbaur serta menjadi bagian dari aliansi Inggris-Amerika dan Israel di satu sisi dan Rusia modern di sisi lain. Di mana sudah bukan rahasia lagi bahwa kedua aliansi ini adalah rival yang saling menyerang dan menjatuhkan satu sama lain.



Hal inilah yang diyakini Imran Hosein sebagai perwujudan dari surat al-Kahfi [18]: 99 yang menjelaskan bahwa ada masa di mana Yajuj dan Majuj akan bersatu dan menerjang bagaikan gelombang serta saling menghancurkan satu sama lain. Pengrusakan dan penghancuran yang dilakukan Yajuj dan Majuj yang masuk pada dua aliansi tersebut akhirnya menimbulkan kerusakan global akibat peperangan yang terus-menerus dikobarkan.

Tatanan dunia modern yang saat ini kita rasakan, menurut Imran Hosein adalah tatanan dunia yang sengaja dibentuk oleh Yajuj dan Majuj. Mereka menciptakan masyarakat global menuju kehidupan yang korup, destruktif dan penuh tuhan palsu.

Alif Jabal Kurdi dalam tulisannya yang telah dipublikasikan Laman Tafsir Al-Qur'an itu menyebut sejatinya semua penjelasan Hosein tersebut didasarkan pada ketertarikannya pada hadis yang menyatakan bahwa Yajuj dan Majuj akan melewati danau Tiberias dan Yerussalem. Sebab baginya hadis ini memperlihatkan adanya niat Yajuj dan Majuj untuk menguasai Yerussalem. Maka dengan itu menurutnya segala tindakan yang mengarah pada pengambilalihan kota itu dari umat Islam adalah tindakan dari Yajuj dan Majuj.

Sebagaimana sikap kedua aliansi besar dunia itu yang terlihat saling berhadapan namun sejatinya baik yang kontra pun bukan disebabkan oleh keberpihakannya kepada Islam namun lebih pada upaya memperlihatkan kebesaran dan dominasinya. Maka bisa dipahami bahwa menurut Hosein puncak kerusakan yang dilakukan oleh Yajuj dan Majuj adalah merebut Yerussalem dari umat Islam, sehingga dengan pemahaman ini penafsiran Imran Hosein yang mengaitkan Yajuj dan Majuj dengan dunia modern akan tampak logis.

Namun sebenarnya penafsiran Imran Hosein ini sangat layak untuk dikritisi lebih lanjut. Salah satu kritik diajukan oleh Sirajuddin Bariqi yang mengatakan bahwa ada Imran Hosein telah melakukan inkonsistensi dalam penafsirannya.



Menurutnya, Hosein sengaja tidak memasukkan riwayat-riwayat shahih mengenai ciri fisik Yajuj dan Majuj yang populer di kalangan mufassir demi memuluskan pra-pemahamannya mengenai hadis tentang Yajuj dan Majuj, danau Tiberias dan Yerussalem yang menurutnya merupakan gambaran dari kebebasan Yajuj dan Majuj (keringnya sungai Tiberias) serta puncak dari kerusakan yang mereka lakukan di bumi.

Sebab ketiadaan hadis-hadis mengenai ciri fisik Yajuj dan Majuj memberikan peluang besar bagi Hosein untuk membenarkan teorinya mengenai asal-muasal Yajuj dan Majuj. Di mana ia menyebut bangsa Eropa Timur dan teori mengenai konversi agama yang akhirnya menjadi dua blok besar dunia yang saling berhadapan. Akan sangat mungkin jika ia akan berkesimpulan berbeda jika ia mencantumkan hadis tersebut sebab secara realita, hadis ciri fisik Yajuj dan Majuj lebih dekat mengarah pada bangsa Asia Tengah sampai Timur bukan Eropa, sebagaimana pendapat Quraish Shihab.

Atas dasar tersebut, Bariqi menilai bahwa penafsiran Imran Hosein adalah tipologi penafsiran non-ilmiah sebab kebenaran datanya tidak bisa divalidasi akibat adanya inkonsistensi dan pemaksaan pra-pemahaman. Meskipun begitu, penafsiran Imran Hosein ini setidaknya bisa memberikan warna baru bagi diskursus-diskursus dalam kajian Islam yang jarang tersentuh.

Selain itu, penafsiran Hosein juga dapat menjadi bahan renungan dan introspeksi diri. Sebab, apabila kita sebagai manusia memang gemar membuat kerusakan di muka bumi ini lewat kegemaran menyulut perpecahan, merendahkan nilai kemanusiaan serta eksploitasi lingkungan secara besar-besaran, maka bukankah kita bertindak layaknya Yajuj dan Majuj? Mari menilai dan mari mengevaluasi. Wallahu a’lam.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2426 seconds (0.1#10.140)