Waktunya Memperbanyak Baca Al-Qur'an, Jangan Lupa Perhatikan Adab-adabnya
loading...
A
A
A
Salah satu amalan di bulan Syaban ini, adalah memperbanyak membaca Al-Qur'an . Namun, ketika mengamalkannya jangan lupa memperhatikan adab-adab ketika membaca Kitabullah tersebut. Mengapa harus memperhatikan adab ketika sedang membaca Al-Qur'an? Karena, Al-Qur'an tidaklah memberi manfaat dan mendatangkan rida Allah kecuali jika seorang muslim dalam membaca atau mendengar bacaan Al-Qur'an memperhatikan adab-adabnya.
Membaca Al-Qur'an sendiri memiliki banyak keutamaan. Salah satunya adalah Allah subhanahu wata’ala mengganjar seseorang yang membaca Al-Qur'an setiap huruf yang ia baca dengan pahala yang besar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang membaca satu huruf dalam Al-Qur'an, maka baginya satu kebaikan. Tiap satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidak mengatakan ‘alim lam mim’ satu huruf, tapi alim satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi No. 2910. At-Tirmidzi berkata bahwa hadits ini hasan shahih gharib)
Seperti dilansir laman dakwah.id, adab-adab dalam membaca Al-Qur'an dibagi dua; adab-adab yang berkaitan dengan hati dan adab-adab yang berkaitan dengan anggota badan. Berikut penjelasnnya:
A. Adab Membaca Al-Qur'an yang Berkaitan dengan Hati
1. Ikhlas karena Allah semata
Membaca Al-Quran merupakan salah satu bentuk ibadah. Sedangkan ibadah tidak akan diterima, kecuali jika dikerjakan dengan ikhlas. Ikhlas adalah fondasinya suatu ibadah.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Orang yang ikhlas hanya menjadikan rida Allah sebagai satu-satunya tujuan ia beramal. Bukan karena tujuan yang bersifat duniawi semisal mendapat pujian dan penilaian baik manusia. Jika dalam hati terbesit rasa ujub, riya’, atau sum’ah dalam membaca al-Qur'an, maka bersegeralah memperbaiki niat dan tobat kepada-Nya.
2. Mengagungkan setiap ayat yang dibaca
Ketika membaca maupun mendengar bacaan Al-Qur'an, renungkanlah bagaimana dahulu Malaikat Jibril alaihissalam menyampaikan wahyu dari Allah tersebut kepada sebaik-baik manusia, yaitu baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian bagaimana Nabi dahulu membacakan ayat-ayat yang kita baca ini kepada para shahabatnya.
Jika kita dalam membaca Al-Qur'an merenungkan perihal di atas maka khusyuklah hati, tenanglah anggota badan, serta bertambahlah rasa cinta dan takut kita kepada-Nya karena kita tahu dan sadar bahwa yang kita baca adalah firman Allah yang agung.
Sudah sepantasnya seseorang mengagungkan setiap ayat al-Qur'an yang ia baca maupun yang ia dengar. Ibnu al-Qayyim rahimahullah berkata,
“Barang siapa yang mendengar bacaan al-Quran, maka berusahalah seakan-akan ia mendengar bacaan al-Quran dari Allah yang sedang mengajak bicara kepadanya.” (Madariju as-Saliki, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, 2/166)
3. Menghadirkan hati
Membaca Al-Qur'an sendiri memiliki banyak keutamaan. Salah satunya adalah Allah subhanahu wata’ala mengganjar seseorang yang membaca Al-Qur'an setiap huruf yang ia baca dengan pahala yang besar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Barang siapa yang membaca satu huruf dalam Al-Qur'an, maka baginya satu kebaikan. Tiap satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidak mengatakan ‘alim lam mim’ satu huruf, tapi alim satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi No. 2910. At-Tirmidzi berkata bahwa hadits ini hasan shahih gharib)
Seperti dilansir laman dakwah.id, adab-adab dalam membaca Al-Qur'an dibagi dua; adab-adab yang berkaitan dengan hati dan adab-adab yang berkaitan dengan anggota badan. Berikut penjelasnnya:
A. Adab Membaca Al-Qur'an yang Berkaitan dengan Hati
1. Ikhlas karena Allah semata
Membaca Al-Quran merupakan salah satu bentuk ibadah. Sedangkan ibadah tidak akan diterima, kecuali jika dikerjakan dengan ikhlas. Ikhlas adalah fondasinya suatu ibadah.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Orang yang ikhlas hanya menjadikan rida Allah sebagai satu-satunya tujuan ia beramal. Bukan karena tujuan yang bersifat duniawi semisal mendapat pujian dan penilaian baik manusia. Jika dalam hati terbesit rasa ujub, riya’, atau sum’ah dalam membaca al-Qur'an, maka bersegeralah memperbaiki niat dan tobat kepada-Nya.
2. Mengagungkan setiap ayat yang dibaca
Ketika membaca maupun mendengar bacaan Al-Qur'an, renungkanlah bagaimana dahulu Malaikat Jibril alaihissalam menyampaikan wahyu dari Allah tersebut kepada sebaik-baik manusia, yaitu baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian bagaimana Nabi dahulu membacakan ayat-ayat yang kita baca ini kepada para shahabatnya.
Jika kita dalam membaca Al-Qur'an merenungkan perihal di atas maka khusyuklah hati, tenanglah anggota badan, serta bertambahlah rasa cinta dan takut kita kepada-Nya karena kita tahu dan sadar bahwa yang kita baca adalah firman Allah yang agung.
Sudah sepantasnya seseorang mengagungkan setiap ayat al-Qur'an yang ia baca maupun yang ia dengar. Ibnu al-Qayyim rahimahullah berkata,
فَمَنْ قُرِئَ عَلَيْهِ القُرْآنُ فَلْيُقَدِّرْ نَفْسَهُ كَأَنَّمَا يَسْمَعُهُ مِنَ اللهِ يُخَاطِبُهُ بِهِ
“Barang siapa yang mendengar bacaan al-Quran, maka berusahalah seakan-akan ia mendengar bacaan al-Quran dari Allah yang sedang mengajak bicara kepadanya.” (Madariju as-Saliki, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, 2/166)
3. Menghadirkan hati