Zubair bin Awwam: Ahli Surga yang Jadi Lawan Kubu Ali Bin Abi Thalib

Sabtu, 09 April 2022 - 12:34 WIB
loading...
Zubair bin Awwam: Ahli Surga yang Jadi Lawan Kubu Ali Bin Abi Thalib
Perang Jamal melibatkan kubu Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Aisyah. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Rasulullah SAW menjamin 10 sahabatnya masuk surga. Mereka yang beruntung itu adalah " Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di surga.”

Zubair yang dimaksud Rasulullah adalah Zubair bin Awwam. Beliau adalah salah seorang sahabat yang mulia dan tidak pernah menduduki jabatan politik. Zubair adalah tentara sejati. Beliau wafat pada saat pecah konflik di tubuh ummat Islam. Zubair ditikam saat sedang sholat oleh seorang muslim pendukung Khalifah Ali bin Abu Thalib.



Kala itu, saat terjadi perselisihan antara sahabat, dua orang ahli surga dan termasuk orang yang dijamin masuk surga, yaitu Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam berada di pihak yang berseberangan dengan Ali bin Abi Thalib.

Kedua orang sahabat Nabi ini, bertolak dari Mekkah menuju Bashrah di Irak untuk menuntut ditegakkannya hukum atas para pembunuh Khalifah Usman bin Affan. Peristiwa itu terjadi para tahun 36 H, puncaknya, terjadi Perang Jamal.

Berlinang air mata Ali bin Abi Thalib ra melihat sekedup ibunda Aisyah berada di tengah medan perang, lalu ia berteriak kepada Thalhah, “Wahai Thalhah, apakah engkau datang untuk memerangi pengantinnya Rasulullah, sementara istrimu aman berada di rumah?”

Lalu Thalhah pun terperanjat dengan ucapan tersebut. Ia berlari dari medan fitnah, namun sebuah anak panah lepas dari busurnya dan tepat menyasar urat kakinya. Karena pendarahan dari luka tersebut, setelah beberapa waktu, Thalhah radhiallahu ‘anhu pun wafat.

Ali juga mengingatkan Zubair, “Wahai Zubair, aku memanggilmu atas nama Allah. Tidakkah engkau ingat, suatu hari di mana engkau lalui bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, saat itu kita berada di suatu tempat, Rasulullah bertanya kepadamu, ‘Wahai Zubair, apakah engkau mencintai Ali?’

Kau jawab, ‘Bagaimana bisa aku tidak mencintai anak dari pamanku (baik dari pihak ayah ataupun ibu) dan dia seagama denganku’.

Beliau melanjutkan sabdanya, ‘Demi Allah wahai Zubair, sungguh engkau akan memeranginya dan saat itu engkau berada di pihak yang keliru’.”

Zubair mengatakan, ‘Aku ingat sekarang, dan aku hilaf dari pesan beliau itu. Demi Allah, aku tidak akan memerangimu.” Setelah pergi dari perang fitnah itu, akhirnya saat sedang sholat, Zubair wafat dibunuh Amr bin Jurmuz.



Si pembunuh itu pergi kepada Khalifah Ali, dengan maksud melaporkan tindakannya terhadap Zubair, dengan dugaan bahwa kabar itu akan membuat beliau bersenang hati, apalagi sambil menanggalkan pedang-pedang Zubair yang telah dirampasnya setelah melakukan kejahatan tersebut .

Tetapi Ali berteriak demi mengetahui bahwa di muka pintu ada pembunuh Zubair yang minta izin masuk dan memerintahkan orang untuk mengusirnya. "Sampaikan berita kepada pembunuh putera ibu Shafiah itu, bahwa untuknya telah disediakan api neraka!" ujar Khalifah Ali.

Dan ketika pedang Zubair ditunjukkan kepada Sayidina Ali oleh beberapa sahabatnya, ia mencium dan lama sekali ia menangis kemudian katanya: "Demi Allah, pedang ini sudah banyak berjasa, digunakan oleh pemiliknya untuk melindungi Rasulullah dari marabahaya.”

Ali lalu berkata, "Selamat dan bahagia bagi Zubair dalam kematian sesudah mencapai kejayaan hidupnya! Selamat, kemudian selamat kita ucapkan kepada pembela Rasulullah!

Orang Pertama
Zubair termasuk dalam rombongan pertama yang masuk Islam, karena ia adalah dari golongan tujuh orang yang mula-mula menyatakan keislamannya. Kala itu usianya masih belasan tahun. Ada yang bilang 12 tahun, tapi ada pula yang menyebut 15 tahun, saat beliau masuk Islam. Dan begitulah ia telah diberi petunjuk, nur dan kebaikan selagi masih remaja.

Diriwayatkan dari al-Laits dari Abu al-Aswad dari ‘Urwah bahwa ketika Rasulullah saw keluar rumah untuk berdakwah di sekitar Makkah, ada seorang anak muda menenteng pedang di tangannya. Masyarakat Makkah pun terheran-heran seraya mengatakan, “Ada anak remaja yang memegang pedang (al-ghulam ma’ahu al-sayf)!”

Untuk meredakan kegaduhan, Rasulullah segera bergegas menemui anak itu, seraya bertanya, “Apa yang sedang kau lakukan wahai Zubair?”

“Aku datang untuk memukul dengan pedangku ini siapa pun yang menyakitimu wahai Rasul!” jawab Zubair.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3000 seconds (0.1#10.140)