Melihat Kaum Tunawicara Belajar di Pesantren Ramadhan Rumah Tuli Jatiwangi Majalengka
loading...
A
A
A
MAJALENGKA - Di tengah keterbatasan panca indera, anak-anak tuna wicara terlihat cukup antusias mengikuti Pesantren Ramadhan. Mereka dengan penuh antusias mengikuti pembelajaran dalam program yang digagas Rumah Tuli Jatiwangi.
Membaca Alquran adalah salah satu aktivitas mereka dalam Pesantren Ramadhan yang berlangsung satu bulan penuh itu. Dengan keterbatasan yang dimiliki, mereka terlihat cukup semangat membaca Alquran dengan menggunakan bahasa isyarat.
Konsep dalam belajar para santri di Pesantren Ramadhan itu sama persis dengan yang dilakukan santri pada umumnya. Mereka mengaji Alquran dengan mendapat pengawasan dari pihak pengajar. Pengawasan itu dilakukan secara berhadap-hadapan dengan pengajar.
Baca juga: Tugu Santri Masjid Agung Karawang, Jejak Pusat Penyebaran Islam Pertama di Jawa Barat
"Kami dari Rumah Tuli Jatiwangi Alhamdulillah di bulan Ramadhan ini kami mengadakan yang namanya Pesantren Ramadhan untuk teman-teman tuli dan tidak tuli, sebenarnya," kata salah satu pengajar Rumah Tuli Jatiwangi Muhammad Luthfie Banani (Alhafidz) bin Abd Ghoni saat berbincang dengan MPI.
Aktivitas Pesantren Ramadhan Rumah Tuli Jatiwangi sudah dimulai sejak pagi hari. Diawali dengan salat subuh, mereka kemudian akan mengaji bersama-sama.
"Setelah salat subuh, belajar iqro. Ada satu orang yang sudah masuk ke tahapan Al-Qur'an. Sampai jam 6. Setelah itu, istirahat terlebih dahulu," jelas dia.
Sekitar pukul 10.00 WIB, kegiatan pesantren Ramadhan kembali dilanjutkan. Pada jam-jam ini, mereka belajar Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia).
Untuk Bisindo ini, mereka diajarkan oleh pihak dari Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia).
"Ada tambahan belajar Bisindo yang diajarkan langsung dari Gerkatin. Memberikan kosakata Bisindo kepada teman-teman tuli, teman-tan dengar juga yang mau belajar, sampai menjelang duhur," jelas dia.
Setelah duhur, aktivitas belajar kembali berlanjut. Namun, pada siang hari ini difokuskan kepada santri yang mendengar. "Mereka belajar Iqro isyarat. Anak-anak tulinya (belajar Iqro isyarat) pagi hari, anak-anak mendengar di siang hari," jelas dia
Sementara, program Pesantren Ramadhan sendiri dilaksanakan di dua tempat. Selain di Rumah Tuli Jatiwangi yang bertempat di Desa Jatiwangi, program tersebut juga dilaksankan di rumah Enin, atau biasa disebut Jatiwangi art Factory (JaF), Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi
Membaca Alquran adalah salah satu aktivitas mereka dalam Pesantren Ramadhan yang berlangsung satu bulan penuh itu. Dengan keterbatasan yang dimiliki, mereka terlihat cukup semangat membaca Alquran dengan menggunakan bahasa isyarat.
Konsep dalam belajar para santri di Pesantren Ramadhan itu sama persis dengan yang dilakukan santri pada umumnya. Mereka mengaji Alquran dengan mendapat pengawasan dari pihak pengajar. Pengawasan itu dilakukan secara berhadap-hadapan dengan pengajar.
Baca juga: Tugu Santri Masjid Agung Karawang, Jejak Pusat Penyebaran Islam Pertama di Jawa Barat
"Kami dari Rumah Tuli Jatiwangi Alhamdulillah di bulan Ramadhan ini kami mengadakan yang namanya Pesantren Ramadhan untuk teman-teman tuli dan tidak tuli, sebenarnya," kata salah satu pengajar Rumah Tuli Jatiwangi Muhammad Luthfie Banani (Alhafidz) bin Abd Ghoni saat berbincang dengan MPI.
Aktivitas Pesantren Ramadhan Rumah Tuli Jatiwangi sudah dimulai sejak pagi hari. Diawali dengan salat subuh, mereka kemudian akan mengaji bersama-sama.
"Setelah salat subuh, belajar iqro. Ada satu orang yang sudah masuk ke tahapan Al-Qur'an. Sampai jam 6. Setelah itu, istirahat terlebih dahulu," jelas dia.
Sekitar pukul 10.00 WIB, kegiatan pesantren Ramadhan kembali dilanjutkan. Pada jam-jam ini, mereka belajar Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia).
Untuk Bisindo ini, mereka diajarkan oleh pihak dari Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia).
"Ada tambahan belajar Bisindo yang diajarkan langsung dari Gerkatin. Memberikan kosakata Bisindo kepada teman-teman tuli, teman-tan dengar juga yang mau belajar, sampai menjelang duhur," jelas dia.
Setelah duhur, aktivitas belajar kembali berlanjut. Namun, pada siang hari ini difokuskan kepada santri yang mendengar. "Mereka belajar Iqro isyarat. Anak-anak tulinya (belajar Iqro isyarat) pagi hari, anak-anak mendengar di siang hari," jelas dia
Sementara, program Pesantren Ramadhan sendiri dilaksanakan di dua tempat. Selain di Rumah Tuli Jatiwangi yang bertempat di Desa Jatiwangi, program tersebut juga dilaksankan di rumah Enin, atau biasa disebut Jatiwangi art Factory (JaF), Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi
(msd)