Ekspresi Orang Tua di Alam Kubur Ketika Diziarahi Anaknya
loading...
A
A
A
Ziarah kubur termasuk amalan yang dianjurkan dalam Islam, apalagi kepada orang tua atau kerabat. Ziarah berasal dari kata Zara-Yazuru-Ziyarah yang artinya berkunjung.
Bagaimana ekspresi orang tua di alam kubur ketika diziarahi dan didoakan anaknya? Perlu diketahui, ziarah kubur bukan berarti menyembah kuburan.
Ziarah kubur merupakan salah satu Sunnah Nabi sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah SAW dalam hadis berikut:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنها ترق القلب ، وتدمع العين ، وتذكر الآخرة ، ولا تقولوا هجرا
Artinya: "Dahulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, meneteskan air mata, mengingatkan kalian akan negeri akhirat namun jangan kalian mengucapkan kata-kata batil (di dalamnya)." (HR Al-Hakim)
Ekspresi Orang Tua Saat Diziarahi
Dalam Kitab Ar-Ruh, Syaikh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan bahwa para ulama salaf sepakat jika mayit bisa mendengar perkataan orang yang masih hidup dan mengetahui siapa yang menziarahinya.
Syaikh Muhammad al-Syanqithi berkata: "Semoga Allah mengampuni keluarga kita yang telah meninggal dunia dan kaum Muslimin yang telah meninggal dunia. Aku tidak mampu menahan tangis melihat betapa perlunya ahli kubur kepada kita. Aku terkesan dan aku ingin semuanya mengetahui hal ini."
Ulama Salaf, Utsman bin Sawad bercerita tentang ibunya, seorang perempuan yang ahli ibadah. Ketika ibunya akan meninggal dunia, ia mengangkat pandangannya ke langit dan berkata: "Wahai tabunganku, wahai simpananku, wahai Tuhan yang selalu menjadi sandaranku alam hidupku dan setelah kematianku, jangan Engkau abaikan diriku ketika mati, jangan biarkan aku kesepian dalam kuburku." Kemudian ia meninggal dunia.
Utsman berkata: "Aku selalu berziarah ke makamnya setiap hari Jumat. Aku berdoa untuknya, dan memohonkan ampun baginya dan semua ahli kubur di situ. Pada suatu malam aku bermimpi berjumpa dengan ibuku.
Aku berkata: "Wahai ibuku, bagaimana keadaanmu?"
Ia menjawab: "Wahai anakku, sesungguhnya kematian itu adalah kesusahan yang dahsyat. Aku Alhamdulillah ada di alam barzakh yang terpuji. Ranjangnya harum, dan bantalnya terdiri tenunan kain sutera."
Aku berkata: "Apakah Ibu ada keperluan kepadaku?"
Ia menjawab: "Iya. Jangan kamu tinggalkan ziarah yang kamu lakukan kepada kami. Sungguh aku sangat senang dengan kedatanganmu pada Hari Jumat ketika berangkat dari keluargamu. Orang-orang akan berkata kepadaku: "Ini anakmu sudah datang." Lalu aku merasa senang, dan orang-orang mati yang ada di sekitarku juga senang."
Ulama Salaf lainnya Basysyar bin Ghalib berkata: "Aku bermimpi Robiah al-Adawiyah dalam tidurku. Aku memang selalu mendoakannya. Dalam mimpi itu ia berkata kepadaku: "Wahai Basysyar, hadiah-hadiahmu selalu sampai kepada kami di atas piring dari cahaya, ditutupi dengan sapu tangan sutera."
Aku berkata: "Bagaimana hal itu bisa terjadi?"
Ia menjawab: "Begitulah doa orang-orang yang masih hidup. Apabila mereka mendoakan orang-orang yang sudah mati dan doa itu dikabulkan, maka doa itu diletakkan di atas piring dari cahaya dan ditutupi dengan sapu tangan sutera. Lalu hadiah itu diberikan kepada orang mati yang didoakan itu. Lalu dikatakan kepadanya: "Terimalah, ini hadiah si anu kepadamu."
Bagaimana ekspresi orang tua di alam kubur ketika diziarahi dan didoakan anaknya? Perlu diketahui, ziarah kubur bukan berarti menyembah kuburan.
Baca Juga
Ziarah kubur merupakan salah satu Sunnah Nabi sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah SAW dalam hadis berikut:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنها ترق القلب ، وتدمع العين ، وتذكر الآخرة ، ولا تقولوا هجرا
Artinya: "Dahulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, meneteskan air mata, mengingatkan kalian akan negeri akhirat namun jangan kalian mengucapkan kata-kata batil (di dalamnya)." (HR Al-Hakim)
Ekspresi Orang Tua Saat Diziarahi
Dalam Kitab Ar-Ruh, Syaikh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan bahwa para ulama salaf sepakat jika mayit bisa mendengar perkataan orang yang masih hidup dan mengetahui siapa yang menziarahinya.
Syaikh Muhammad al-Syanqithi berkata: "Semoga Allah mengampuni keluarga kita yang telah meninggal dunia dan kaum Muslimin yang telah meninggal dunia. Aku tidak mampu menahan tangis melihat betapa perlunya ahli kubur kepada kita. Aku terkesan dan aku ingin semuanya mengetahui hal ini."
Ulama Salaf, Utsman bin Sawad bercerita tentang ibunya, seorang perempuan yang ahli ibadah. Ketika ibunya akan meninggal dunia, ia mengangkat pandangannya ke langit dan berkata: "Wahai tabunganku, wahai simpananku, wahai Tuhan yang selalu menjadi sandaranku alam hidupku dan setelah kematianku, jangan Engkau abaikan diriku ketika mati, jangan biarkan aku kesepian dalam kuburku." Kemudian ia meninggal dunia.
Utsman berkata: "Aku selalu berziarah ke makamnya setiap hari Jumat. Aku berdoa untuknya, dan memohonkan ampun baginya dan semua ahli kubur di situ. Pada suatu malam aku bermimpi berjumpa dengan ibuku.
Aku berkata: "Wahai ibuku, bagaimana keadaanmu?"
Ia menjawab: "Wahai anakku, sesungguhnya kematian itu adalah kesusahan yang dahsyat. Aku Alhamdulillah ada di alam barzakh yang terpuji. Ranjangnya harum, dan bantalnya terdiri tenunan kain sutera."
Aku berkata: "Apakah Ibu ada keperluan kepadaku?"
Ia menjawab: "Iya. Jangan kamu tinggalkan ziarah yang kamu lakukan kepada kami. Sungguh aku sangat senang dengan kedatanganmu pada Hari Jumat ketika berangkat dari keluargamu. Orang-orang akan berkata kepadaku: "Ini anakmu sudah datang." Lalu aku merasa senang, dan orang-orang mati yang ada di sekitarku juga senang."
Ulama Salaf lainnya Basysyar bin Ghalib berkata: "Aku bermimpi Robiah al-Adawiyah dalam tidurku. Aku memang selalu mendoakannya. Dalam mimpi itu ia berkata kepadaku: "Wahai Basysyar, hadiah-hadiahmu selalu sampai kepada kami di atas piring dari cahaya, ditutupi dengan sapu tangan sutera."
Aku berkata: "Bagaimana hal itu bisa terjadi?"
Ia menjawab: "Begitulah doa orang-orang yang masih hidup. Apabila mereka mendoakan orang-orang yang sudah mati dan doa itu dikabulkan, maka doa itu diletakkan di atas piring dari cahaya dan ditutupi dengan sapu tangan sutera. Lalu hadiah itu diberikan kepada orang mati yang didoakan itu. Lalu dikatakan kepadanya: "Terimalah, ini hadiah si anu kepadamu."
(rhs)