Kisah Imam Abdullah bin Mubarak Sedekah Rp7 Miliar Setiap Tahun
loading...
A
A
A
Imam Abdullah bin Mubarak rahimahullah (wafat 181 H) dikenal sebagai ulama besar dan dermawan di masa Tabi'in. Bagi kalangan penuntut ilmu, nama Imam Abdullah bin Mubarak pasti tak asing.
Beliau lahir di Marwa 118 Hijriyah dan wafat di Irak Tahun 181 Hijriyah. Ayahnya seorang budak yang sangat jujur milik seorang pedagang Hamadzan dari kabilah Bani Hanzhalah.
Imam Abdullah bin Mubarak juga digelari Syaikhul Islam karena keluasan ilmunya, jagoannya Mujahidin, As-Safar, Al-Hafidz, imam az-Zuhud, sang Dermawan, dan masih banyak julukan lainnya.
Sebuah kisah mengagumkan tentang kedermawanan Abdullah bin Mubarak diceritakan oleh Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq, Dai yang juga Pimpinan Ma'had Subulana Bontang Kalimantan Timur. Setiap tahun beliau punya sedekah rutin untuk fakir miskin yang nilainya setara Rp7 Miliar.
Dikisahkan, Abdullah bin Mubarak jika akan berangkat haji, beliau mengumpulkan teman-temannya dan penduduk negerinya. Lalu menawarkan agar mereka mau berhaji dengannya. Beliau mengumpulkan biaya haji dari setiap orang, kemudian menyimpannya.
Lalu saat dalam perjalanan, sang imam bersama para pembantunya akan mengurus semua kebutuhan calon jamaah haji itu. Yang beliau jadikan sebagai hidangan adalah sebaik-sebaik makanan dan jajanan begitu juga dengan tempat penginapan. Saat tiba di Madinah beliau akan mengatakan:
ما أمرك عيالك أن تشترى لهم من المدينة من طروفها
Artinya: "Apakah keluarga kalian ada yang pesan sesuatu dari barang-barang di Madinah ini untuk dibeli?"
Orang-orang pun menyebut berbagai barang oleh-oleh yang berbeda-beda, lalu Ibnu Mubarak pun membeli semua yang mereka sebutkan. Setelah itu mereka bergerak ke Makkah untuk menunaikan haji. Dan setelah selesai ibadah haji, beliau kembali berkata:
ما أمرك عيالك أن تشترى لهم من متاع مكة
"Apakah keluarga kalian ada yang pesan oleh-oleh dari Kota Mekkah?"
Orang-orang pun satu persatu menyebutkan aneka barang yang mereka inginkan, dan kembali beliau mengurus pembelian semua barang-barang tersebut. Ketika perjalanan pulang, Abdullah bin Mubarak senantiasa mengurus kebutuhan para Hujjaj itu dengan pelayanan terbaik, sebagaimana saat mereka berangkat.
Hingga setelah mereka tiba di negerinya dan kembali ke rumah masing-masing dan bertemu keluarganya. Setelah tiga hari, Abdullah bin Mubarak mengundang mereka ke rumahnya, lalu menyerahkan bungkusan yang tertulis nama mereka masing-masing.
Setelah dibuka, isinya adalah uang yang pernah mereka kumpulkan kepada Abdullah bin Mubarak untuk biaya haji. Semuanya masih utuh tanpa berkurang sepeserpun.
Sedekah Rp7 Miliar Setiap Tahun
Imam Abdullah bin Mubarak terkenal dengan kedermawanannya. Beliau memiliki sedekah rutin kepada fakir miskin senilai sekitar 100.000 Dirham setiap tahunnya.
Fudhail bin Iyadh berkata: "Ibnul Mubarak biasa berinfak kepada orang-orang fakir setiap tahun sebanyak 100.000 Dirham."
Ukuran 1 Dirham setara dengan 2,975 gram perak murni (hampir 3 gram). Jika dikonversi ke rupiah, 1 Dirham kira-kira setara Rp70.000. Maka uang 100.000 Dirham sama dengan Rp7 Miliar.
Seorang temannya pernah meminta bantuannya untuk membayarkan utang-hutangnya. Maka Abdullah bin Mubarak memberikannya secarik kertas kepada orang tersebut dan memintanya untuk mengambil dananya kepada bendaharanya.
Orang itu pun bergegas untuk mencairkan dana yang ia minta dari Abdullah bin Mubarak. Sesampainya di tempat bendahara, ia menyampaikan maksud tujuannya dan menyerahkan kertas yang ia bawa.
Bendahara bertanya kepadanya: "Berapa utang anda yang harus dilunasi?" Orang itu menjawab: "700 Dirham (Rp49 juta)."
Namun, bendahara itu melihat di catatan bahwa uang yang harus dicairkan adalah 7.000 Dirham (Rp490 juta), yakni kelebihan nol satu. Maka bendahara itu meminta agar ia kembali kepada Abdullah bin Mubarak untuk mengkonfirmasi ulang karena ada ketidakcocokan nominal uang yang harus dicairkan.
Ketika orang itu kembali menemui Ibnu Mubarak, ia berkata: "Engkau telah salah menulis, yang aku minta bukan 7.000, tapi hanya 700 Dirham. Kalau begini caramu memperlakukan harta, hartamu bisa habis."
Abdullah bin Mubarak menjawab: "Kalau hartaku bisa habis, umurku lebih bisa untuk habis."
Beliaupun kembali menulis surat kepada bendaharanya, agar uang yang diberikan kepada orang itu sesuai dengan apa yang tertulis, yakni 7.000 Dirham.
Menyembunyikan Sedekah
Ada kisah seorang anak muda yang sering hadir menyimak kajian Hadis Abdullah bin Mubarak. Suatu hari ia absen, beliaupun bertanya perihal anak muda itu kepada seseorang.
Orang itu berkata kepada sang imam bahwa pemuda itu terlilit utang sebesar 10.000 Dirham (Rp700 juta) dan sekarang sedang ditahan oleh pihak yang berwajib. Ibnul Mubarak pun meminta dipertemukan dengan orang yang telah memberi pinjaman kepada pemuda tersebut.
Setelah bertemu, segera Ibnul Mubarak membayarkan utang pemuda tersebut sebesar 10 ribu Dirham kepada orang itu dengan syarat agar pemilik piutang tidak perlu bercerita kepada siapapun tentang hal ini.
Setelah beberapa hari anak muda itu kembali hadir di majelisnya dan ia bertanya kepadanya, "Anak muda, dari mana saja engkau? Beberapa hari ini aku tidak melihatmu?"
Dia menjawab: "Wahai imam, saya terlilit utang hingga saya dipenjara." Kembali beliau bertanya: "Lalu bagaimana kamu bisa bebas?"
Pemuda itu menjawab: "Seseorang telah datang membayarkan utangku. Dan aku tidak tahu siapa orang itu." Abdullah bin Mubarak berkata: "Alhamdulillah."
Anak muda itu tidak pernah mengetahui bahwa orang yang telah membayar utangnya adalah Imam Abdullah bin Mubarak kecuali setelah kewafatannya.
Referensi:
Siyar A'lam an Nubala (7/365 -392)
Beliau lahir di Marwa 118 Hijriyah dan wafat di Irak Tahun 181 Hijriyah. Ayahnya seorang budak yang sangat jujur milik seorang pedagang Hamadzan dari kabilah Bani Hanzhalah.
Imam Abdullah bin Mubarak juga digelari Syaikhul Islam karena keluasan ilmunya, jagoannya Mujahidin, As-Safar, Al-Hafidz, imam az-Zuhud, sang Dermawan, dan masih banyak julukan lainnya.
Sebuah kisah mengagumkan tentang kedermawanan Abdullah bin Mubarak diceritakan oleh Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq, Dai yang juga Pimpinan Ma'had Subulana Bontang Kalimantan Timur. Setiap tahun beliau punya sedekah rutin untuk fakir miskin yang nilainya setara Rp7 Miliar.
Dikisahkan, Abdullah bin Mubarak jika akan berangkat haji, beliau mengumpulkan teman-temannya dan penduduk negerinya. Lalu menawarkan agar mereka mau berhaji dengannya. Beliau mengumpulkan biaya haji dari setiap orang, kemudian menyimpannya.
Lalu saat dalam perjalanan, sang imam bersama para pembantunya akan mengurus semua kebutuhan calon jamaah haji itu. Yang beliau jadikan sebagai hidangan adalah sebaik-sebaik makanan dan jajanan begitu juga dengan tempat penginapan. Saat tiba di Madinah beliau akan mengatakan:
ما أمرك عيالك أن تشترى لهم من المدينة من طروفها
Artinya: "Apakah keluarga kalian ada yang pesan sesuatu dari barang-barang di Madinah ini untuk dibeli?"
Orang-orang pun menyebut berbagai barang oleh-oleh yang berbeda-beda, lalu Ibnu Mubarak pun membeli semua yang mereka sebutkan. Setelah itu mereka bergerak ke Makkah untuk menunaikan haji. Dan setelah selesai ibadah haji, beliau kembali berkata:
ما أمرك عيالك أن تشترى لهم من متاع مكة
"Apakah keluarga kalian ada yang pesan oleh-oleh dari Kota Mekkah?"
Orang-orang pun satu persatu menyebutkan aneka barang yang mereka inginkan, dan kembali beliau mengurus pembelian semua barang-barang tersebut. Ketika perjalanan pulang, Abdullah bin Mubarak senantiasa mengurus kebutuhan para Hujjaj itu dengan pelayanan terbaik, sebagaimana saat mereka berangkat.
Hingga setelah mereka tiba di negerinya dan kembali ke rumah masing-masing dan bertemu keluarganya. Setelah tiga hari, Abdullah bin Mubarak mengundang mereka ke rumahnya, lalu menyerahkan bungkusan yang tertulis nama mereka masing-masing.
Setelah dibuka, isinya adalah uang yang pernah mereka kumpulkan kepada Abdullah bin Mubarak untuk biaya haji. Semuanya masih utuh tanpa berkurang sepeserpun.
Sedekah Rp7 Miliar Setiap Tahun
Imam Abdullah bin Mubarak terkenal dengan kedermawanannya. Beliau memiliki sedekah rutin kepada fakir miskin senilai sekitar 100.000 Dirham setiap tahunnya.
Fudhail bin Iyadh berkata: "Ibnul Mubarak biasa berinfak kepada orang-orang fakir setiap tahun sebanyak 100.000 Dirham."
Ukuran 1 Dirham setara dengan 2,975 gram perak murni (hampir 3 gram). Jika dikonversi ke rupiah, 1 Dirham kira-kira setara Rp70.000. Maka uang 100.000 Dirham sama dengan Rp7 Miliar.
Seorang temannya pernah meminta bantuannya untuk membayarkan utang-hutangnya. Maka Abdullah bin Mubarak memberikannya secarik kertas kepada orang tersebut dan memintanya untuk mengambil dananya kepada bendaharanya.
Orang itu pun bergegas untuk mencairkan dana yang ia minta dari Abdullah bin Mubarak. Sesampainya di tempat bendahara, ia menyampaikan maksud tujuannya dan menyerahkan kertas yang ia bawa.
Bendahara bertanya kepadanya: "Berapa utang anda yang harus dilunasi?" Orang itu menjawab: "700 Dirham (Rp49 juta)."
Namun, bendahara itu melihat di catatan bahwa uang yang harus dicairkan adalah 7.000 Dirham (Rp490 juta), yakni kelebihan nol satu. Maka bendahara itu meminta agar ia kembali kepada Abdullah bin Mubarak untuk mengkonfirmasi ulang karena ada ketidakcocokan nominal uang yang harus dicairkan.
Ketika orang itu kembali menemui Ibnu Mubarak, ia berkata: "Engkau telah salah menulis, yang aku minta bukan 7.000, tapi hanya 700 Dirham. Kalau begini caramu memperlakukan harta, hartamu bisa habis."
Abdullah bin Mubarak menjawab: "Kalau hartaku bisa habis, umurku lebih bisa untuk habis."
Beliaupun kembali menulis surat kepada bendaharanya, agar uang yang diberikan kepada orang itu sesuai dengan apa yang tertulis, yakni 7.000 Dirham.
Menyembunyikan Sedekah
Ada kisah seorang anak muda yang sering hadir menyimak kajian Hadis Abdullah bin Mubarak. Suatu hari ia absen, beliaupun bertanya perihal anak muda itu kepada seseorang.
Orang itu berkata kepada sang imam bahwa pemuda itu terlilit utang sebesar 10.000 Dirham (Rp700 juta) dan sekarang sedang ditahan oleh pihak yang berwajib. Ibnul Mubarak pun meminta dipertemukan dengan orang yang telah memberi pinjaman kepada pemuda tersebut.
Setelah bertemu, segera Ibnul Mubarak membayarkan utang pemuda tersebut sebesar 10 ribu Dirham kepada orang itu dengan syarat agar pemilik piutang tidak perlu bercerita kepada siapapun tentang hal ini.
Setelah beberapa hari anak muda itu kembali hadir di majelisnya dan ia bertanya kepadanya, "Anak muda, dari mana saja engkau? Beberapa hari ini aku tidak melihatmu?"
Dia menjawab: "Wahai imam, saya terlilit utang hingga saya dipenjara." Kembali beliau bertanya: "Lalu bagaimana kamu bisa bebas?"
Pemuda itu menjawab: "Seseorang telah datang membayarkan utangku. Dan aku tidak tahu siapa orang itu." Abdullah bin Mubarak berkata: "Alhamdulillah."
Anak muda itu tidak pernah mengetahui bahwa orang yang telah membayar utangnya adalah Imam Abdullah bin Mubarak kecuali setelah kewafatannya.
Referensi:
Siyar A'lam an Nubala (7/365 -392)
(rhs)