Kisah Hadiah Gadis Yahudi kepada Sultan Sulaiman, Cikal Bakal Runtuhnya Utsmaniyah
loading...
A
A
A
Konflik yang terjadi antara Raja Khilafah Utsmaniyah , Sultan Abdul Hamid II, dan orang-orang Yahudi, merupakan peristiwa paling penting dalam perjalanan sejarah Khilafah Utsmaniyah. Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi menyebut kisah ini bermula dari hadiah gadis Rusia-Yahudi dari orang-orang Tartar kepada Sultan Sulaiman Al-Qanuni . Kok Bisa?
Dalam bukunya berjudul "Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah", Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi menarik peristiwa runtuhnya Khilafah Ustmaniyah jauh ke belakang.
Kisah ini dimulai tatkala orang-orang Tartar yang berkuasa di negeri Qaram menghadiahkan seorang gadis Rusia- Yahudi yang mereka tawan pada suatu peperangan kepada Sultan Sulaiman Al-Qanuni pada abad kelima belas Masehi.
Ash-Shalabi menceritakan Sultan Sulaiman menikahinya. Dari pernikahan dengan gadis ini, Sultan dikarunai seorang putri. Tatkala puterinya ini besar, ibunya yang beragama Yahudi ini mengawinkan sang putri dengan “anak temuan” Kroasia yang bernama Rustam Pasya. Dengan tipu dayanya pula, dia berhasil membunuh Perdana Menteri Ibrahim Pasya.
Kemudian diangkatlah menantunya sebagai penggantinya. Lebih jauh lagi, dia melakukan konspirasi yang lain, hingga akhimya dia mampu menyingkirkan putra mahkota Musthafa bin Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Anak Sultan dari istri pertamanya, dan menggantinya dengan anaknya sendiri yang bernama Salim ll sebagai putra mahkota.
Pada masa itu, orang-orang Yahudi mengalami tekanan di berbagai tempat, baik di Andalusia maupun di Rusia. Mereka banyak diusir dan melarikan diri karena takut akan adanya proses inkusisi. Maka orang-orang Yahudi itu pergi menghadap Sultan dan meminta izin padanya untuk hijrah dan menetap di dalam wilayah Utsmani. Akhimya mereka pun menetap di lzmir, wilayah Adrianapel, Kota Bursah, dan kawasan-kawasan Utara dan Barat Anatolia.
Ash-Shalabi menuturkan, tatkala mereka berada di bawah pemerintahan Utsmani, maka diterapkanlah syariah Islam sehingga mereka menikmati keindahan syariah Islam itu dan mendapatkan kebebasan luas.
Pada realitasnya orang-orang Yahudi Spanyol bukan hanya mendapatkan perlindungan di dalam pemerintahan Utsmani, namun mereka mendapatkan pula kesejahteraan dan kemerdekaan sempuma. Mereka mendapatkan posisi-posisi yang sangat sensitif di dalam pemerintahan Utsmani, seperti yang dialami oleh John Joesef Nasi dan orang-orang Yahudi Spanyol yang lain-lain memperoleh kemerdekaan.
Sedangkan kepala pendeta memiliki hak penuh untuk mengurus semua urusan yang berhubungan dengan masalah-masalah keagamaan dan hak-hak sipil. Semua surat keputusan yang ditetapkan olehnya akan mendapatkan legitimasi dari pemerintah Utsmani, bahkan sering berubah menjadi hukum khusus untuk kalangan Yahudi.
Ash-Shalabi menceritakan Ali Pasya, menteri luar negeri Utsmani yang belakangan menjadi Perdana Menteri, saat melakukan kunjungan resmi ke negeri-negeri Eropa dan negeri-negeri Kristen pada tahun 1865 M diikuti oleh sejumlah besar orang-orang Yahudi.
Mereka menikmati beberapa kekhususan dan perlindungan sesuai dengan undang-undang pemerintahan Utsmani. Mereka mendapatkan rasa damai, keamanan; dan kemerdekaan eksistensi di dalam pemerintahan Utsmani.“
Yahudi Dunamah
Ash-Shalabi menjelaskan ada beragam pemahaman tentang Dunamah. Sebab kata itu dilihat dari segi bahasa diambil dari bahasa Turki “Dunamak” yang berarti kembali, balik atau pemurtadan.
Sedangkan pemahamannya dari sisi sosial ia berarti yang murtad, atau yang plin-plan. Sedangkan dari sisi agama ia berarti madzhab baru yang didirikan oleh pendeta Syabtay Zivi.
Sedangkan maknanya secara politis berarti, Yahudi-Muslim yang memiliki eksistensi sendiri secara khusus.
Makna Dunamah memiliki makna khusus hanya bagi Yahudi yang hidup di negeri-negeri Islam, khususnya di kawasan Salanika sejak abad ketujuh belas. Pemerintahan Utsmani memberikan nama Dunamah pada orang-orang Yahudi, dengan tujuan untuk menjelaskan kembalinya seseorang dari agama Yahudi ke Islam.
Setelah itu menjadi istilah yang dinisbatkan pada kelompok Yahudi Andalusia yang meminta perlindungan pada pemerintahan Utsmani, dimana mereka secara pura-pura memeluk akidah Islam.
Pendiri kelompok Dunamah adalah Syabtay Zivi yang mengaku bahwa dia adalah Al-Masih Al-Muntazhar. Gerakan ini muncul pada abad ke tujuh belas Masehi.
Dalam bukunya berjudul "Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah", Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi menarik peristiwa runtuhnya Khilafah Ustmaniyah jauh ke belakang.
Kisah ini dimulai tatkala orang-orang Tartar yang berkuasa di negeri Qaram menghadiahkan seorang gadis Rusia- Yahudi yang mereka tawan pada suatu peperangan kepada Sultan Sulaiman Al-Qanuni pada abad kelima belas Masehi.
Ash-Shalabi menceritakan Sultan Sulaiman menikahinya. Dari pernikahan dengan gadis ini, Sultan dikarunai seorang putri. Tatkala puterinya ini besar, ibunya yang beragama Yahudi ini mengawinkan sang putri dengan “anak temuan” Kroasia yang bernama Rustam Pasya. Dengan tipu dayanya pula, dia berhasil membunuh Perdana Menteri Ibrahim Pasya.
Kemudian diangkatlah menantunya sebagai penggantinya. Lebih jauh lagi, dia melakukan konspirasi yang lain, hingga akhimya dia mampu menyingkirkan putra mahkota Musthafa bin Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Anak Sultan dari istri pertamanya, dan menggantinya dengan anaknya sendiri yang bernama Salim ll sebagai putra mahkota.
Pada masa itu, orang-orang Yahudi mengalami tekanan di berbagai tempat, baik di Andalusia maupun di Rusia. Mereka banyak diusir dan melarikan diri karena takut akan adanya proses inkusisi. Maka orang-orang Yahudi itu pergi menghadap Sultan dan meminta izin padanya untuk hijrah dan menetap di dalam wilayah Utsmani. Akhimya mereka pun menetap di lzmir, wilayah Adrianapel, Kota Bursah, dan kawasan-kawasan Utara dan Barat Anatolia.
Ash-Shalabi menuturkan, tatkala mereka berada di bawah pemerintahan Utsmani, maka diterapkanlah syariah Islam sehingga mereka menikmati keindahan syariah Islam itu dan mendapatkan kebebasan luas.
Pada realitasnya orang-orang Yahudi Spanyol bukan hanya mendapatkan perlindungan di dalam pemerintahan Utsmani, namun mereka mendapatkan pula kesejahteraan dan kemerdekaan sempuma. Mereka mendapatkan posisi-posisi yang sangat sensitif di dalam pemerintahan Utsmani, seperti yang dialami oleh John Joesef Nasi dan orang-orang Yahudi Spanyol yang lain-lain memperoleh kemerdekaan.
Sedangkan kepala pendeta memiliki hak penuh untuk mengurus semua urusan yang berhubungan dengan masalah-masalah keagamaan dan hak-hak sipil. Semua surat keputusan yang ditetapkan olehnya akan mendapatkan legitimasi dari pemerintah Utsmani, bahkan sering berubah menjadi hukum khusus untuk kalangan Yahudi.
Ash-Shalabi menceritakan Ali Pasya, menteri luar negeri Utsmani yang belakangan menjadi Perdana Menteri, saat melakukan kunjungan resmi ke negeri-negeri Eropa dan negeri-negeri Kristen pada tahun 1865 M diikuti oleh sejumlah besar orang-orang Yahudi.
Mereka menikmati beberapa kekhususan dan perlindungan sesuai dengan undang-undang pemerintahan Utsmani. Mereka mendapatkan rasa damai, keamanan; dan kemerdekaan eksistensi di dalam pemerintahan Utsmani.“
Baca Juga
Yahudi Dunamah
Ash-Shalabi menjelaskan ada beragam pemahaman tentang Dunamah. Sebab kata itu dilihat dari segi bahasa diambil dari bahasa Turki “Dunamak” yang berarti kembali, balik atau pemurtadan.
Sedangkan pemahamannya dari sisi sosial ia berarti yang murtad, atau yang plin-plan. Sedangkan dari sisi agama ia berarti madzhab baru yang didirikan oleh pendeta Syabtay Zivi.
Sedangkan maknanya secara politis berarti, Yahudi-Muslim yang memiliki eksistensi sendiri secara khusus.
Makna Dunamah memiliki makna khusus hanya bagi Yahudi yang hidup di negeri-negeri Islam, khususnya di kawasan Salanika sejak abad ketujuh belas. Pemerintahan Utsmani memberikan nama Dunamah pada orang-orang Yahudi, dengan tujuan untuk menjelaskan kembalinya seseorang dari agama Yahudi ke Islam.
Setelah itu menjadi istilah yang dinisbatkan pada kelompok Yahudi Andalusia yang meminta perlindungan pada pemerintahan Utsmani, dimana mereka secara pura-pura memeluk akidah Islam.
Pendiri kelompok Dunamah adalah Syabtay Zivi yang mengaku bahwa dia adalah Al-Masih Al-Muntazhar. Gerakan ini muncul pada abad ke tujuh belas Masehi.