Kisah Perjalanan Rohani Muhammad Ali: Malcolm, Ingat David dan Goliath

Jum'at, 04 November 2022 - 13:57 WIB
loading...
A A A
Setelah Clay menang, Elijah Muhammad membalik strateginya. Dia berkata pada lima ribu pengikut di Chicago: "Saya bahagia bahwa dia mengaku sebagai seorang yang beriman. Clay membuktikan diri sebagai seorang yang lebih tangguh dan menyelesaikan pertandingan tanpa rasa takut karena dia telah menerima Muhammad sebagai Utusan Allah."

Malcolm mungkin telah berusaha untuk menarik Ali ke sudutnya sendiri ketika Malcolm telah merencanakan untuk memisahkan diri dari Nation. Tetapi Ali dilaporkan mengatakan pada seoran koleganya, "Orang itu tidak dapat meyakinkan saya untuk melawan sang Utusan."

Akhirnya Malcolm dikucilkan dan Ali tetap berada di kubu Elijah Muhammad, menghina Malcolm ketika berada di Ghana ("Tak seorang pun yang mendengarkan Malcolm lagi") dan mengikuti Elijah sampai kematian pemimpin itu pada 1975.

Selanjutnya, Ali mengumumkan bahwa dia dan semua orang di Nation akhirnya melaksanakan ajaran Islam ortodoks yang sama dengan yang dilakukan Malcolm setelah dia meninggalkan Nation. Dan Ali lebih mentaati dan mencintai Allah daripada mengindahkan ajaran-ajaran Elijah Muhammad.

Ali mengambil pandangan umum bahwa Elijah memainkan peran penting dalam mengangkat kaum kulit hitam Amerika --membebaskan mereka dari obat-obatan, alkohol, makanan yang beracun, dan perusakan diri pada umumnya.

Ali tidak pernah mengikuti arus pemikiran "iblis berkulit putih". "Hati dan jiwa tidak berwarna," katanya sekarang.

Dia telah membelanjakan uangnya beberapa ratus ribu dolar untuk buku-buku dan pamflet-pamflet Islami untuk memperkenalkan agamanya. Dia percaya bahwa bukan hanya kaum Muslim tetapi juga orang Kristen dan Yahudi yang takut pada Tuhan akan masuk surga.



Sindroma Parkinson
Para dokter berkata bahwa Ali menderita Sindroma Parkinson yang sangat mengguncangkan jiwanya, sebagai akibat dari luka karena pertarungan dan terkena pukulan yang terus-menerus di kepalanya. Tentang kondisinya, Ali mengatakan bahwa dia telah mendapatkan hidup yang baik sebelumnya dan sekarang.

Dia tidak membutuhkan simpati dan belas kasihan; dia hanya ingin menerima kehendak Allah. Pada kenyataannya, dia berkata tidak ada idola dalam Islam dan itu mungkin karena dia telah dijadikan idola oleh berjuta-juta orang, Allah merendahkannya untuk mengingatkannya pada kenyataan bahwa tak ada seorang pun yang lebih hebat dari Allah.

Perjuangan Ali yang utama sekarang adalah mencoba menyenangkan Allah dalam segala hal yang diperbuatnya. Menguasai dunia tidak membawanya kepada kebahagiaan yang sejati; kebahagiaan sejati, katanya, hanya didapatkan dengan menyembah Allah.

Pada tanggal 3 Juni 2016, Muhammad Ali meninggal dunia dalam usia 74 tahun.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2733 seconds (0.1#10.140)