Air Sampai ke Gunung, Allah Mengangkat Bait al-Ma’mur ke Langit

Selasa, 28 April 2020 - 11:49 WIB
loading...
Air Sampai ke Gunung, Allah Mengangkat Bait al-Ma’mur ke Langit
Tiada satu kota dan negeri pun yang tersisa; semuanya hancur. Ilustrasi/Ist
A A A
MENURUT sebuah riwayat, ketika Allah menumpahkan banjir besar, Dia mengangkat Bait al-Ma’mur, yang terbuat dari yakut mereah, yang telah Dia turunkan pada zaman Adam. ( ).

Tatkala air telah naik sampai ke gunung, Dia angkat Bait al-Ma’mur itu ke langit. Ia disebut dengan Al-bait al-Ma’mur al-‘Atiq karena ia diselamatkan dari Banjir Besar.

Ketika bahtera melaju ke tempat berdiamnya Ka’bah, ia mengelilinginya 7 kali; kemudian ia berjalan ke tempat Baitul Muqadas untuk menziarahinya. Setiap kali melewati suatu tempat, bahtera itu berkata, “Hai Nuh, ini adalah tempat anu dan anu.”

Bahtera itu telah berkeliling membawa Nuh dari timur sampai barat. Di sekitar bahtera itu ada 70.000 malaikat yang menjaganya dari azab yang diturunkan itu.

Ia berlayar di atas air layaknya bulan beredar di ufuk. Ketika bahtera telah berlayar, tidak berselang lama air telah naik seukuran 40 siku melebihi puncak gunung.

Air telah menyelimuti bumi dan gunung dan tidak ada lagi makhluk yang bernyawa yang tersisa di permukaan bumi kecuali penghuni bahtera dan ‘Auj yang bisa selamat. Mereka semua binasa. Tiada satu kota dan negeri pun yang tersisa; semuanya hancur dan tidak ada bekas-bekas peninggalan yang tersisa kecuali piramida dan sphinx karena bangunanya sangat kuat. ( )

Cerita Aneh
Ada sebuah cerita langka dan aneh yang diriwayatkan oleh ats-Tsa’labi tentang kisah Banjir Besar ini. Seorang perempuan menggendong anaknya yang masih kecil dan sedang menyusu. Pada masa itu, di kaumnya tidak ada anak kecil kecuali anak itu. Ketika air telah meluap, wanita itu memangku anaknya di atas pundaknya. Dia lari dan naik ke atas gunung yang tinggi untuk menjaganya dari air. Ketika air mulai menggenangi wanita itu, dia mengangkat anaknya ke atas pundaknya.

Setelah air mencapai mulutnya, maka dia mengangkat anak itu dengan tangannya ke atas kepalanya dan setelah dia terbenamkan oleh air, dia letakkan anak itu di bawah kakinya, untuk sementara dia berdiri di atasnya dan mencari pertolongan barang sebentar sekuat nafasnya dan akhirnya keduanya tenggelam dalam air itu.

Allah mewahyukan kepada Nuh, “Seandainya Aku menyayangi salah seorang di antara kaummu, tentu Aku akan menyayangi wanita itu beserta anaknya.”

Pada masa berikutnya, kejadian ini menjadi sebuah perumpamaan. Ada yang mengatakan bahwa ketika topan tengah terjadi, orang-orang meletakkan anaknya di bawah kakinya.

Al-Kisa’i mengatakan, para ulama berselisih pendapat tentang lamanya waktu diamnya air di atas bumi. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa diamnya air di atas permukaan bumi selama 6 bulan. Ada juga yang mengatakan 150 hari.

Setelah itu, Allah berfirman kepada bumi: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit Judi (QS Huud [11]: 44). Menurut sebuah riwayat, Judi adalah sebuah gunung yang dekat dengan Maushil (sebuah kota di Irak yang suka disebut Hadaba). Bahtera Nuh mendarat di sana. ( )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2369 seconds (0.1#10.140)