Kitab Paling Tebal dalam Sejarah Islam, Isinya 800 Jilid dan Panjangnya 40 Meter
loading...
A
A
A
Kitab paling tebal dan terbesar dalam sejarah Islam perlu diketahui umat Islam. Di antara jutaan kitab (buku) karya ulama dan ilmuwan, karya paling fenomenal adalah Kitab Al-Funun.
Kitab ini ditulis oleh ulama besar Hanbali bernama Ibnu 'Aqil asal Baghdad (431-513 H). Kitab Al-Funun ini terdiri 800 jilid dan memuat 400 cabang ilmu. Apabila dijejerkan panjangnya mencapai 40 meter.
Kitab Al-Funun jauh lebih tebal jika dibandingkan dengan buku paling tebal di dunia versi Guinnes World Record, yaitu Shree Haricharitramrut Sagar setebal 12.404 halaman, berat 33,15 Kg dan Buku Bawwatun Najah karya Puisiwati asal Aljazair, Nuroh Tha'allah yang memiliki 10.551 halaman, dengan berat 45 Kg dan ketebalan 57 Cm.
KH Ahmad Syahrin Thoriq, pengasuh Ma'had Subuluna Bontang Kalimantan Timur mengatakan, Kitab Al-Funun memiliki sekitar 600-700 halaman setiap jilidnya. Jika dibandingkan dengan Kitab Fath Al-Bari yang jumlah halamannya berkisar 400-900 per kitabnya. Panjang kurang lebih 1 meter.
Berikut di antara fakta Kitab Al-Funun, karya paling fenomenal dalam sejarah Islam.
1. Terdiri 800 Jilid
Kitab Al-Funun ini terdiri dari 800 jilid tebal. Dinyatakan sebagai kitab karya ulama terbesar sepanjang masa yang belum ada tandingannya hingga hari ini. Imam Ibnu Jauzi berkata:
لم يصنف في الدنيا أكبر من هذا الكتاب
"Belum pernah disusun di dunia ini kitab yang lebib besar darinya."
Konon, jika Kitab Al-Funun disusun dengan berjejer diperkirakan mencapai panjang 40 meter.
2. Membahas 400 Cabang Ilmu
Dinamakan Al-Funun karena kitab ini mencakup berbagai macam ragam disiplin ilmu. Mulai dari akidah hingga ilmu terapan (tehnologi) pada masa itu. Bahkan ada yang menyebut di dalamnya dibahas sekitar 400 cabang ilmu.
Selain tentang keilmuan, isi kitab ini juga memuat tentang pengalaman pribadi penulisnya semasa belajar dan mengajar, petuahnya dan fatwa-fatwa pribadinya. Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata:
هو كتاب كبير جداً، فيه فوائد جليلة في الوعظ والتفسير، والفقه، والأصلين، والنحو، واللغة، والشعر، والتاريخ، والحكايات، وفيه مناظراته ومجالسه التي وقعت له، وخواطره، ونتائج فكره قيدها فيه
"Ini adalah kitab yang sangat besar. Di dalamnya banyak mengandung faedah yang agung berupa nasehat-nasehat, tafsir, ushuluddin, usul fiqh, ilmu fiqih, nahwu, bahasa arab, sya'ir, sejarah, kisah-kisah, dan juga pendapat-pendapat serta pengalamannya ketika berada di majelis ilmu. Juga berisi petuah dan ide-ide yang ia tuangkan."
3. Muqaddimah yang Mengagumkan
Salah satu bagian Kitab Al-Funun banyak dinukil di kitab lain adalah perkataan Ibnu Aqil, sang pengarang di bagian muqaddimah-nya:
أما بعد فإن خير ما قطع به الوقت، وشغلت به النفس، فتقرب به إلى الرب جلت عظمته: طلب علم أخرج من ظلمة الجهل إلى نور الشرع، وذلك الذي شغلت به نفسي، وقطعت به وقتي.فما أزال أعلق ما أستفيده من ألفاظ العلماء، ومن بطون الصحائف، ومن صيد الخواطر التي تنثرها المناظرات والمقابسات، في مجالس العلماء، ومجامع الفضلاء
"Cara terbaik untuk mengisi waktu dan kesibukan seseorang adalah dengan terus mendekatkan diri kepada Tuhannya lewat jalan menuntut ilmu. Karena dengannya ia akan mengeluarkan dirinya dari kegelapan kebodohan kepada cahaya syariat. Itu pula yang aku jadikan sebagai kesibukanku, dan yang aku gunakan untuk menghabiskan waktu. Aku selalu mengkaji atas berbagai nasehat para ulama yang bersumber dari nilai-nilai Qur'ani, dan juga dari pengembaraan spritual. Lewat majelis-majelis ulama, atau tempat kumpul-kumpulnya mereka."
طمعا في أن يعلق بي طرف من الفضل، أبعد به عن الجهل، لعلي أصل إلى بهض ما وصل إليه الرجال قبلي ؟!
ولو لم يكن من فائدته عاجلا إلا تنظيف الوقت عن الاشتغال برعونات الطباع، التي تنقطع بها أوقات الرعاع، لكفى
"Aku selalu berambisi, agar seluruh keutamaan yang ada pada ulama itu bisa aku raih. Sehingga aku terhindar dari kebodohan. Dan semoga dengan upayaku tersebut, aku bisa mendapatkan dari para lelaki sejati itu, meski sebagiannya saja. Seandainya saja aku tidak berhasil mendapatkan semua harapan itu, selain aku bisa menjaga waktuku dari memperturutkan nafsu seperti hewan (Hanya makan, tidur dan berketurunan) itupun sudah cukup sebagai manfaat yang harus disyukuri."
4. Kitab Ini Belum Pernah Dikhatamkan Siapa Pun
Belum ada satu pun sarjana muslim ataupun ulama yang mengaku mengkhatamkan Kitab Al-Funun. Syaikh Hakim An-Nakhrawi mengatakan membaca hingga jilid ke 304, Ibnu Jauzi mengaku memiliki kitab itu hanya sampai jilid ke 150, Imam Haji hanya sampai jilid ke 400.
5. Sebagian Kitabnya Hilang saat Banghdad Dihancurkan Pasukan Mongol
Kitab Al-Funun termasuk perbendaharaan muslimin yang hilang bersama jutaan karya lainnya saat penghancuran Baghdad oleh tentara Mongol. Hari ini hanya ditemukan beberapa bagian kecil saja. Di antaranya yang diterbitkan oleh Darul Masyriq sebanyak dua jilid. Hal ini disebutkan oleh Syaikh Abdul Fatah Abu Ghuddah dalam kitabnya Qaimah az Zaman 'inda al Ulama'.
6. Ditulis dengan Pengorbanan Luar Biasa
Kitab ini ditulis oleh Imam Ibnu Aqil rahimahullah yang aktivitasnya kesehariannya sebagian besarnya disibukkan dengan membaca dan menulis. Di antara rahasia sang imam bisa menyelesaikan karya tulisnya ini adalah ia memangkas banyak aktivitasnya. Seperti waktu untuk makan, istirahat hingga ke toilet. Pengorbanan ini membuahkan hasil luar biasa. Disebutkan beliau merendam terlebih dahulu roti yang beliau makan dengan air demi memangkas durasi waktu makan.
Demikian fakta kitab terbesar dan paling tebal dalam sejarah Islam. Semoga ulasan ini dapat menambah wawasan kita.
Kitab ini ditulis oleh ulama besar Hanbali bernama Ibnu 'Aqil asal Baghdad (431-513 H). Kitab Al-Funun ini terdiri 800 jilid dan memuat 400 cabang ilmu. Apabila dijejerkan panjangnya mencapai 40 meter.
Kitab Al-Funun jauh lebih tebal jika dibandingkan dengan buku paling tebal di dunia versi Guinnes World Record, yaitu Shree Haricharitramrut Sagar setebal 12.404 halaman, berat 33,15 Kg dan Buku Bawwatun Najah karya Puisiwati asal Aljazair, Nuroh Tha'allah yang memiliki 10.551 halaman, dengan berat 45 Kg dan ketebalan 57 Cm.
KH Ahmad Syahrin Thoriq, pengasuh Ma'had Subuluna Bontang Kalimantan Timur mengatakan, Kitab Al-Funun memiliki sekitar 600-700 halaman setiap jilidnya. Jika dibandingkan dengan Kitab Fath Al-Bari yang jumlah halamannya berkisar 400-900 per kitabnya. Panjang kurang lebih 1 meter.
Berikut di antara fakta Kitab Al-Funun, karya paling fenomenal dalam sejarah Islam.
1. Terdiri 800 Jilid
Kitab Al-Funun ini terdiri dari 800 jilid tebal. Dinyatakan sebagai kitab karya ulama terbesar sepanjang masa yang belum ada tandingannya hingga hari ini. Imam Ibnu Jauzi berkata:
لم يصنف في الدنيا أكبر من هذا الكتاب
"Belum pernah disusun di dunia ini kitab yang lebib besar darinya."
Konon, jika Kitab Al-Funun disusun dengan berjejer diperkirakan mencapai panjang 40 meter.
2. Membahas 400 Cabang Ilmu
Dinamakan Al-Funun karena kitab ini mencakup berbagai macam ragam disiplin ilmu. Mulai dari akidah hingga ilmu terapan (tehnologi) pada masa itu. Bahkan ada yang menyebut di dalamnya dibahas sekitar 400 cabang ilmu.
Selain tentang keilmuan, isi kitab ini juga memuat tentang pengalaman pribadi penulisnya semasa belajar dan mengajar, petuahnya dan fatwa-fatwa pribadinya. Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata:
هو كتاب كبير جداً، فيه فوائد جليلة في الوعظ والتفسير، والفقه، والأصلين، والنحو، واللغة، والشعر، والتاريخ، والحكايات، وفيه مناظراته ومجالسه التي وقعت له، وخواطره، ونتائج فكره قيدها فيه
"Ini adalah kitab yang sangat besar. Di dalamnya banyak mengandung faedah yang agung berupa nasehat-nasehat, tafsir, ushuluddin, usul fiqh, ilmu fiqih, nahwu, bahasa arab, sya'ir, sejarah, kisah-kisah, dan juga pendapat-pendapat serta pengalamannya ketika berada di majelis ilmu. Juga berisi petuah dan ide-ide yang ia tuangkan."
3. Muqaddimah yang Mengagumkan
Salah satu bagian Kitab Al-Funun banyak dinukil di kitab lain adalah perkataan Ibnu Aqil, sang pengarang di bagian muqaddimah-nya:
أما بعد فإن خير ما قطع به الوقت، وشغلت به النفس، فتقرب به إلى الرب جلت عظمته: طلب علم أخرج من ظلمة الجهل إلى نور الشرع، وذلك الذي شغلت به نفسي، وقطعت به وقتي.فما أزال أعلق ما أستفيده من ألفاظ العلماء، ومن بطون الصحائف، ومن صيد الخواطر التي تنثرها المناظرات والمقابسات، في مجالس العلماء، ومجامع الفضلاء
"Cara terbaik untuk mengisi waktu dan kesibukan seseorang adalah dengan terus mendekatkan diri kepada Tuhannya lewat jalan menuntut ilmu. Karena dengannya ia akan mengeluarkan dirinya dari kegelapan kebodohan kepada cahaya syariat. Itu pula yang aku jadikan sebagai kesibukanku, dan yang aku gunakan untuk menghabiskan waktu. Aku selalu mengkaji atas berbagai nasehat para ulama yang bersumber dari nilai-nilai Qur'ani, dan juga dari pengembaraan spritual. Lewat majelis-majelis ulama, atau tempat kumpul-kumpulnya mereka."
طمعا في أن يعلق بي طرف من الفضل، أبعد به عن الجهل، لعلي أصل إلى بهض ما وصل إليه الرجال قبلي ؟!
ولو لم يكن من فائدته عاجلا إلا تنظيف الوقت عن الاشتغال برعونات الطباع، التي تنقطع بها أوقات الرعاع، لكفى
"Aku selalu berambisi, agar seluruh keutamaan yang ada pada ulama itu bisa aku raih. Sehingga aku terhindar dari kebodohan. Dan semoga dengan upayaku tersebut, aku bisa mendapatkan dari para lelaki sejati itu, meski sebagiannya saja. Seandainya saja aku tidak berhasil mendapatkan semua harapan itu, selain aku bisa menjaga waktuku dari memperturutkan nafsu seperti hewan (Hanya makan, tidur dan berketurunan) itupun sudah cukup sebagai manfaat yang harus disyukuri."
4. Kitab Ini Belum Pernah Dikhatamkan Siapa Pun
Belum ada satu pun sarjana muslim ataupun ulama yang mengaku mengkhatamkan Kitab Al-Funun. Syaikh Hakim An-Nakhrawi mengatakan membaca hingga jilid ke 304, Ibnu Jauzi mengaku memiliki kitab itu hanya sampai jilid ke 150, Imam Haji hanya sampai jilid ke 400.
5. Sebagian Kitabnya Hilang saat Banghdad Dihancurkan Pasukan Mongol
Kitab Al-Funun termasuk perbendaharaan muslimin yang hilang bersama jutaan karya lainnya saat penghancuran Baghdad oleh tentara Mongol. Hari ini hanya ditemukan beberapa bagian kecil saja. Di antaranya yang diterbitkan oleh Darul Masyriq sebanyak dua jilid. Hal ini disebutkan oleh Syaikh Abdul Fatah Abu Ghuddah dalam kitabnya Qaimah az Zaman 'inda al Ulama'.
6. Ditulis dengan Pengorbanan Luar Biasa
Kitab ini ditulis oleh Imam Ibnu Aqil rahimahullah yang aktivitasnya kesehariannya sebagian besarnya disibukkan dengan membaca dan menulis. Di antara rahasia sang imam bisa menyelesaikan karya tulisnya ini adalah ia memangkas banyak aktivitasnya. Seperti waktu untuk makan, istirahat hingga ke toilet. Pengorbanan ini membuahkan hasil luar biasa. Disebutkan beliau merendam terlebih dahulu roti yang beliau makan dengan air demi memangkas durasi waktu makan.
Demikian fakta kitab terbesar dan paling tebal dalam sejarah Islam. Semoga ulasan ini dapat menambah wawasan kita.
(rhs)