Kisah Doktor Ilmu Kesehatan Prancis, Percaya Kebenaran Syahadat sebelum Memeluk Islam

Senin, 26 Desember 2022 - 05:15 WIB
loading...
Kisah Doktor Ilmu Kesehatan Prancis, Percaya Kebenaran Syahadat sebelum Memeluk Islam
Sebelum memeluk agama Islam, Ali Selman Benoist telah percaya atas kebenaran kalimat syahadat. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Setelah memeluk Islam ia bernama Ali Selman Benoist. Doktor dalam ilmu kesehatan ini berasal dari Prancis yang dibesarkan dalam keluarga Katolik . "Pekerjaan yang saya pilih ini telah menyebabkan saya terpengaruh oleh corak kebudayaan ilmiah yang tidak banyak memberikan kesempatan dalam bidang kerohanian," ujarnya.

Hal ini bukan berarti bahwa dirinya tidak percaya atas adanya Tuhan. "Yang saya maksud ialah karena dogma-dogma dan peribadatan Kristen, khususnya Katolik, tidak membangkitkan pengertian dalam jiwa saya atas adanya Tuhan," jelasnya sebagaimana dinukil buku berjudul "Mengapa Kami Memilih Islam" oleh Rabithah Alam Islamy Mekkah yang diterjemahkan Bachtiar Affandie (PT Alma'arif, 1981)

Menurutnya, karena itulah maka nalurinya atas Esanya Tuhan Allah telah menjadi penghalang antara dirinya dan kepercayaan Trinitas, dan dengan sendirinya juga atas ketuhanan Yesus Kristus.



Berikut penuturan Ali Selman Benoist selengkapnya:

Sebelum saya memeluk agama Islam, saya telah percaya atas kebenaran kalimat syahadat pertama yang berbunyi Asyhadu an laa ilaaha illallah dan ayat-ayat Al-Qur'an Surat Al-Ikhlas yang berbunyi:

Katakanlah: Dia itu Allah adalah Satu (Esa); Allah adalah Pelindung. Dia tidak melahirkan anak dan tidak pula dilahirkan sebagai anak, dan tidak ada sesuatu yang menyerupai Dia. -- Al-Ikhlash 1-4.

Dengan demikian, maka saya menganggap bahwa percaya kepada alam gaib dan segala yang ada di belakang kebendaan (metafisika) itulah yang menyebabkan saya memeluk agama Islam, di samping lain-lain sebab yang membuat saya berbuat demikian.

Saya tidak bisa menerima pengakuan para pendeta Katolik yang mengatakan bahwa salah satu kekuasaan mereka ialah "mengampuni dosa manusia" sebagai wakil Tuhan. Dan saya secara mutlak tidak percaya atas dogma Katolik tentang "makan malam ketuhanan"' (rite of communion) dan "roti suci" yang melambangkan jasad Yesus.



Dogma ini menyerupai kepercayaan rakyat-rakyat pada abad primitif yang membuat lambang-lambang suci yang tidak boleh didekati orang. Kemudian bilamana badan lambang ini sudah mati, jiwanya mereka jadikan sebagai sumber ilham, dan jiwanya itu masuk ke dalam lingkungan mereka.

Soal yang lain lagi yang menyebabkan saya jauh dari agama Kristen, ialah ajaran-ajarannya yang sedikitpun tidak ada hubungannya dengan kebersihan badan, terutama sebelum melakukan sembahyang, sehingga saya anggap hal itu merupakan pelanggaran atas kehormatan Tuhan, karena sebagaimana Dia telah membuatkan jiwa buat kita, Dia juga telah membuatkan badan kita Dan adalah suatu kewajiban kita untuk tidak mensia-siakan badan kita.

Saya juga menilai bahwa agama Kristen itu bersikap pasif mengenai logika kehidupan jasmani kemanusiaan, sedangkan Islam adalah satu-satunya agama yang memperhatikan alam kemanusiaan.

Adapun titik berat dan sebab pokok saya memeluk agama Islam ialah Al-Qur'an. Sebelum saya memeluk Islam, saya telah mempelajarinya dengan semangat kritik intelektual Barat, dan saya banyak terpengaruh oleh sebuah buku besar karangan Tuan Malik Bennabi yang bernama Addzahiratul-Qur'aniyah (atau Le Phenomene Coranique), sehingga yakinlah saya bahwa Al-Qur'an itu adalah wahyu yang diturunkan Allah.

Sebagian dari ayat-ayat Al-Qur'an yang diwahyukan lebih dari 13 abad yang lalu mengandung beberapa teori yang sekarang diketemukan oleh pembahasan ilmiah yang paling modern.



Hal itu sudah cukup nienyebabkan saya menjadi yakin dan percaya (Iman) kepada Syahadat bagian kedua: Muhammadar Rasulullah.

Begitulah, maka pada tanggal 30 Pebruari 1953, saya datang ke Mesjid di Paris untuk memberitahukan keimanan saya kepada Islam, dan Mufti Masjid Paris memasukkan saya dalam daftar kaum Muslimin, dan saya menerima nama baru sebagai orang Islam: Ali Selman.

Saya merasa sangat puas dengan kepercayaan/akidah saya yang baru dan sekali lagi saya kumandangkan: Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.

Salah satu sabda Rasulullah SAW: Berpikir satu jam lebih baik dari pada beribadah 60 tahun. -- Riwayat Abu Hurairah.

Pengetahuan itu milik orang Mukmin yang hilang, di mana saja dia menemukannya, dia lebih berhak atasnya. -- Riwayat Turmudzi.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2345 seconds (0.1#10.140)