Kisah Kritikus Sastra Donald S Rockwell Mengapa Memilih Islam
loading...
A
A
A
Pada awalnya, Kolonel Donald S. Rockwell tertarik dengan Islam karena kemudahan ajaran-ajarannya. Di samping juga daya tarik dan keagungan suasana mesjid-mesjid kaum Muslimin .
"Kesungguhan kaum Muslimin memegang kepercayaan, kepercayaan/iman yang mempengaruhi amal perbuatan dari miliaran kaum Muslimin yang tersebar di seluruh dunia yang memenuhi panggilan sembahyang lima kali sehari semalam, semua faktor itulah yang mula-mula menarik perhatian saya," ujarnya.
Mualaf ini kelahiran di Illinois, AS. Ia menyelesaikan studinya di Universitas Washington dan Columbia. Di sana dia memenangkan banyak penghargaan akademis.
Rockwell dikenal sebagai penyair, kritikus sastra, penulis, dan pemimpin redaksi Radio Personalities. Berikut penuturan Kolonel Donald S. Rockwell sebagaimana dinukil dalam buku yang diterjemahkan Bachtiar Affandie berjudul "Mengapa Kami Memilih Islam" oleh Rabithah Alam Islamy (PT Alma'arif, 1981):
Sesudah saya memutuskan untuk menjadi pemeluk agama Islam, saya masih menemukan lagi banyak sebab-sebab lain yang lebih penting dan lebih dalam untuk memperkuat keputusan saya.
Suatu konsep hidup yang matang dari Nabi Muhammad SAW yang dipadu dengan praktik, suatu pengarahan yang bijaksana, anjuran berbuat baik dan berkasih sayang, cinta kasih kemanusiaan yang luas dan perintis deklarasi hak-hak kaum wanita, semua itu dan masih banyak lagi yang lain-lain, bagi saya merupakan saksi-saksi hidup atas kebolehan agama ini yang dibawakan oleh orang Mekkah dalam sabdanya yang singkat, bijaksana dan berpengaruh.
"Percayalah kepada Tuhan dan ikatlah untamu." Begitulah sabda Rasulullah SAW. Dengan kata-katanya ini, beliau memberikan sistem keagamaan dalam perbuatan biasa. Jadi beliau itu tidak menyuruh kita percaya kepada adanya kekuasaan gaib yang menjaga, pada hal kita sendiri bersikap lengah.
Beliau mengajarkan bahwa jika kita telah berbuat secara benar menurut kemampuan kita, kita boleh percaya atas apa yang akan terjadi sebagai Kehendak Allah SWT.
Keluasan toleransi Islam terhadap agama-agama lain, telah menyebabkan agama ini lebih dekat kepada orang-orang yang mencintai kebebasan. Muhammad SAW telah menyerukan kepada para pengikutnya supaya bergaul dengan baik dengan para penganut Perjanjian Lama (Old Testament atau Taurat) dan Perjanjian Baru (New Testament atau Injil), dan Ibrahim, Musa dan Isa (Yesus) dipercayai sebagai Nabi-nabi yang diutus oleh Tuhan Yang Satu. Ini jelas merupakan sikap Islam yang toleran, berbeda dengan agama-agama lain.
Pembebasan sepenuhnya dari penyembahan patung-patung berhala merupakan bukti atas sehat dan bersihnya pokok-pokok ajaran Islam.
Ajaran-ajaran asli yang diberikan oleh Muhammad SAW tidak bisa diubah atau ditambah oleh mereka yang menjadi sarjana hukum. Itulah Al-Qur'an yang tetap seperti keadaannya sewaktu diturunkan kepada Muhammad SAW untuk memberi petunjuk kepada kaum musyrikin waktu itu. Tidak berubah, sama seperti sucinya jiwa Islam sendiri.
Kesederhanaan dalam segala hal, merupakan pokok dasar Islam yang telah merebut seluruh rasa kekaguman saya.
Rasulullah SAW juga sangat memperhatikan kesehatan para pengikutnya. Beliau memerintahkan supaya selalu memperhatikan kebersihan sejauh-jauhnya, sebagaimana beliau menyuruh mereka berpuasa dan menguasai syahwat jasmani.
Saya ingat pada waktu saya ada di mesjid-mesjid Istambul, Damsyik, Baitul-Mukaddas, Kairo, Al-Jazair, Fez dan lain-lain saya menginsyafi sedalam-dalamnya kemampuan Islam dengan kesederhanaannya untuk mengangkat jiwa rendah kemanusiaan ke langit ketinggian tanpa membutuhkan perhiasan-perhiasan yang rapi, patung-patung, gambar-gambar, musik-musik atau upacara-upacara resmi. Sebab mesjid adalah tempat untuk bertafakkur, melupakan diri dan mencampurkannya kepada hakikat besar dalam ingat kepada Allah Yang Esa.
Sifat demokratis Islam jelas mempengaruhi rasa kekaguman saya dalam persamaan hak antara raja-raja yang berkuasa dan kaum fakir miskin dalam Mesjid, semuanya bersujud kepada Allah SWT. Tidak tersedia tempat yang khusus untuk sesuatu golongan.
Seorang Mukmin itu tidak mengakui adanya perantara antara dirinya dengan Tuhan. Dia menghadap langsung kepada Tuhan --yang tidak dilihatnya-- Allah pencipta semua makhluk dan pemberi hidup, tanpa paksaan untuk memohon ampun atau untuk mempercayai kekuasaan seorang guru untuk memberi kebebasan dari dosa.
Dan persaudaraan seluruh dunia dalam ajaran Islam menentang perbedaan ras, politik, warna kulit dan daerah/negeri telah mantap dalam jiwa dan rasa saya berulang kali dengan sepenuh keyakinan dan kesungguhan. Ini adalah kenyataan-kenyataan lain yang telah mendorong dan membimbing saya memeluk agama Islam.
"Kesungguhan kaum Muslimin memegang kepercayaan, kepercayaan/iman yang mempengaruhi amal perbuatan dari miliaran kaum Muslimin yang tersebar di seluruh dunia yang memenuhi panggilan sembahyang lima kali sehari semalam, semua faktor itulah yang mula-mula menarik perhatian saya," ujarnya.
Mualaf ini kelahiran di Illinois, AS. Ia menyelesaikan studinya di Universitas Washington dan Columbia. Di sana dia memenangkan banyak penghargaan akademis.
Rockwell dikenal sebagai penyair, kritikus sastra, penulis, dan pemimpin redaksi Radio Personalities. Berikut penuturan Kolonel Donald S. Rockwell sebagaimana dinukil dalam buku yang diterjemahkan Bachtiar Affandie berjudul "Mengapa Kami Memilih Islam" oleh Rabithah Alam Islamy (PT Alma'arif, 1981):
Sesudah saya memutuskan untuk menjadi pemeluk agama Islam, saya masih menemukan lagi banyak sebab-sebab lain yang lebih penting dan lebih dalam untuk memperkuat keputusan saya.
Suatu konsep hidup yang matang dari Nabi Muhammad SAW yang dipadu dengan praktik, suatu pengarahan yang bijaksana, anjuran berbuat baik dan berkasih sayang, cinta kasih kemanusiaan yang luas dan perintis deklarasi hak-hak kaum wanita, semua itu dan masih banyak lagi yang lain-lain, bagi saya merupakan saksi-saksi hidup atas kebolehan agama ini yang dibawakan oleh orang Mekkah dalam sabdanya yang singkat, bijaksana dan berpengaruh.
"Percayalah kepada Tuhan dan ikatlah untamu." Begitulah sabda Rasulullah SAW. Dengan kata-katanya ini, beliau memberikan sistem keagamaan dalam perbuatan biasa. Jadi beliau itu tidak menyuruh kita percaya kepada adanya kekuasaan gaib yang menjaga, pada hal kita sendiri bersikap lengah.
Beliau mengajarkan bahwa jika kita telah berbuat secara benar menurut kemampuan kita, kita boleh percaya atas apa yang akan terjadi sebagai Kehendak Allah SWT.
Keluasan toleransi Islam terhadap agama-agama lain, telah menyebabkan agama ini lebih dekat kepada orang-orang yang mencintai kebebasan. Muhammad SAW telah menyerukan kepada para pengikutnya supaya bergaul dengan baik dengan para penganut Perjanjian Lama (Old Testament atau Taurat) dan Perjanjian Baru (New Testament atau Injil), dan Ibrahim, Musa dan Isa (Yesus) dipercayai sebagai Nabi-nabi yang diutus oleh Tuhan Yang Satu. Ini jelas merupakan sikap Islam yang toleran, berbeda dengan agama-agama lain.
Pembebasan sepenuhnya dari penyembahan patung-patung berhala merupakan bukti atas sehat dan bersihnya pokok-pokok ajaran Islam.
Ajaran-ajaran asli yang diberikan oleh Muhammad SAW tidak bisa diubah atau ditambah oleh mereka yang menjadi sarjana hukum. Itulah Al-Qur'an yang tetap seperti keadaannya sewaktu diturunkan kepada Muhammad SAW untuk memberi petunjuk kepada kaum musyrikin waktu itu. Tidak berubah, sama seperti sucinya jiwa Islam sendiri.
Kesederhanaan dalam segala hal, merupakan pokok dasar Islam yang telah merebut seluruh rasa kekaguman saya.
Rasulullah SAW juga sangat memperhatikan kesehatan para pengikutnya. Beliau memerintahkan supaya selalu memperhatikan kebersihan sejauh-jauhnya, sebagaimana beliau menyuruh mereka berpuasa dan menguasai syahwat jasmani.
Saya ingat pada waktu saya ada di mesjid-mesjid Istambul, Damsyik, Baitul-Mukaddas, Kairo, Al-Jazair, Fez dan lain-lain saya menginsyafi sedalam-dalamnya kemampuan Islam dengan kesederhanaannya untuk mengangkat jiwa rendah kemanusiaan ke langit ketinggian tanpa membutuhkan perhiasan-perhiasan yang rapi, patung-patung, gambar-gambar, musik-musik atau upacara-upacara resmi. Sebab mesjid adalah tempat untuk bertafakkur, melupakan diri dan mencampurkannya kepada hakikat besar dalam ingat kepada Allah Yang Esa.
Sifat demokratis Islam jelas mempengaruhi rasa kekaguman saya dalam persamaan hak antara raja-raja yang berkuasa dan kaum fakir miskin dalam Mesjid, semuanya bersujud kepada Allah SWT. Tidak tersedia tempat yang khusus untuk sesuatu golongan.
Seorang Mukmin itu tidak mengakui adanya perantara antara dirinya dengan Tuhan. Dia menghadap langsung kepada Tuhan --yang tidak dilihatnya-- Allah pencipta semua makhluk dan pemberi hidup, tanpa paksaan untuk memohon ampun atau untuk mempercayai kekuasaan seorang guru untuk memberi kebebasan dari dosa.
Dan persaudaraan seluruh dunia dalam ajaran Islam menentang perbedaan ras, politik, warna kulit dan daerah/negeri telah mantap dalam jiwa dan rasa saya berulang kali dengan sepenuh keyakinan dan kesungguhan. Ini adalah kenyataan-kenyataan lain yang telah mendorong dan membimbing saya memeluk agama Islam.
(mhy)