QS. Al-Mu’minun Ayat 105

اَلَمۡ تَكُنۡ اٰيٰتِىۡ تُتۡلٰى عَلَيۡكُمۡ فَكُنۡتُمۡ بِهَا تُكَذِّبُوۡنَ‏
Alam takun Aayaatii tutlaa 'alaikum fakuntum bihaa tukazzibuun
Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu, tetapi kamu selalu mendustakannya?
Juz ke-18
Tafsir
Seiring dengan siksa lahiriah itu, mereka juga mendapat kecaman dari Allah yang membuat batin mereka merana. Kepada mereka dikatakan, “Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu, tetapi kamu selalu mendustakannya?”
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa berbagai pertanyaan yang sifatnya mengejek diajukan kepada para penghuni neraka. Hal itu mengingatkan mereka kembali bahwa telah diutus para rasul untuk membimbing mereka, dan diturunkan kitab-kitab samawi untuk menjadi pedoman mereka, supaya tidak ada lagi alasan bagi mereka untuk tidak taat dan patuh kepada ajaran-ajaran yang dibawa para rasul itu, sebagaimana firman Allah:

Agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. (an-Nisa'/4: 165)

Dan firman-Nya:

Tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul. (al- Isra'/17: 15)

Tetapi mereka itu mendustakan ayat-ayat Allah dan tidak mempercayainya sedikit pun, bahkan rasul-rasul yang diutus kepada mereka disiksa dan dianiayanya. Sejalan dengan ayat 105 ayat ini, firman Allah:

Hampir meledak karena marah. Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya, penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, "Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu (di dunia)?" Mereka menjawab, "Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, "Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya didalam kesesatan yang besar." (al-Mulk/67: 8-9)
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-Mu’minun
Surat Al Mu'minuun terdiri atas 118 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai Al Mu'minuun, karena permulaan ayat ini manerangkan bagaimana seharusnya sifat-sifat orang mukmin yang menyebabkan keberuntungan mereka di akhirat dan ketenteraman jiwa mereka di dunia. Demikian tingginya sifat-sifat itu, hingga ia telah menjadi akhlak bagi Nabi Muhammad s.a.w.