QS. Al-Maidah Ayat 116

وَاِذۡ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيۡسَى ابۡنَ مَرۡيَمَ ءَاَنۡتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِىۡ وَاُمِّىَ اِلٰهَيۡنِ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ‌ؕ قَالَ سُبۡحٰنَكَ مَا يَكُوۡنُ لِىۡۤ اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَـيۡسَ لِىۡ بِحَقٍّ‌ؕ اِنۡ كُنۡتُ قُلۡتُهٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَهٗ‌ؕ تَعۡلَمُ مَا فِىۡ نَفۡسِىۡ وَلَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِىۡ نَفۡسِكَ‌ؕ اِنَّكَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُيُوۡبِ‏
Wa iz qalallahu ya isabna maryama a'anta qulta lin-nasittakhizuni wa ummiya ilahaini min dunillah(i), qala subhanaka ma yakunu li an aqula ma laisa li bihaqq(in), in kuntu qultuhu faqad alimtah(u), talamu ma fi nafsi wa la alamu ma fi nafsik(a), innaka anta allamul-guyub
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Wahai Isa putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?" (Isa) menjawab, "Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib."
Juz ke-7
Tafsir
Beberapa ayat sebelumnya menjelaskan nikmat Allah yang dianugerahkan kepada Nabi Isa, termasuk nikmat mendapat pengikut setia dan turunnya hidangan dari langit. Pada ayat ini, Allah meminta pertanggungjawaban Nabi Isa tentang sikap Bani Israil yang mempertuhankan dirinya dan ibunya. Dan ingatlah, wahai Nabi Muhammad apa yang akan terjadi pada hari kiamat, ketika Allah berfirman kepada Nabi Isa, "Wahai Isa putra Maryam! Apa engkau pernah mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah yang menyebabkan mereka meyakini trinitas, tiga tuhan, hingga menyimpang dari ajaran tauhid?" Nabi Isa menjawab di hadapan Allah di akhirat, "Mahasuci Engkau dari apa yang mereka nisbahkan kepadaMu; tidak patut bagiku sebagai hamba-Mu dan Rasul-Mu, mengatakan kepada manusia yang bukan kebenaran, yakni mempertuhankan manusia dan menyembahnya sehingga menyimpang dari ajaran tauhid. Jika aku, selama hidupku yang singkat di dunia, pernah mengatakannya, menjadikan aku dan ibuku dua tuhan selain Engkau, ya Allah, tentulah Engkau telah mengetahuinya. Sebab, Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku, yang tampak dan yang tersembunyi, dan aku sebagai manusia sangat terbatas, tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh merupakan keharusan yang mutlak, Engkaulah, Tuhan, Yang Maha Mengetahui segala yang gaib, tersembunyi dari pandangan dan pengetahuan manusia."
Pada ayat ini, Allah berkata, apakah Isa dan ibunya telah menyatakan dirinya sebagai tuhan. Isa menyatakan bahwa pernyataan di atas adalah tidak benar, karena dia tidaklah berhak menyatakan sesuatu yang tidak patut bagi dirinya dan ibunya. Allah menanyakan hal demikian itu kepada Isa walaupun Allah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, agar Isa di hari Kiamat itu menyatakan di hadapan para rasul dan umat manusia bahwa hanya Allah-lah yang berhak disembah, serta dia menjelaskan kesalahan umatnya yang memandang dirinya dan ibunya sebagai Tuhan. Semua ibadah hanya ditujukan kepada Allah. Ayat ini memberikan peringatan kepada orang-orang Nasrani yang hidup kemudian atas kesalahan dan kekeliruan akidah mereka. Banyak macam ibadah dan doa yang dilakukan oleh orang Nasrani ditujukan kepada Isa dan ibunya, baik yang khusus untuk Isa dan ibunya masing-masing, maupun ibadah mempersekutukan mereka dengan Allah. Semua ibadah seperti itu tidak dapat dibenarkan, karena segala ibadah itu haruslah ditujukan kepada Allah saja. Firman Allah:

Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama¦ (al-Bayyinah/98: 5)

Tiada Tuhan selain Allah yang berhak disembah hamba. Nabi Isa menjawab pertanyaan Allah tentang ibadah dan kepercayaan yang ditujukan kepada dirinya dan ibunya dengan jawaban yang diawali kata "Subhanaka" artinya "Engkau Mahasuci", maksudnya mustahil ada Tuhan selain Allah.

Nabi Isa menegaskan baik dirinya sendiri atau orang lain, tidaklah berhak untuk mengatakan sesuatu yang tidak patut bagi dirinya dan ibunya. Tidak terlintas sedikit pun dalam pikiran Nabi Isa untuk menyatakan dirinya atau ibunya sebagai tuhan, karena ia diutus kepada manusia untuk membimbing mereka ke jalan yang lurus yakni agama tauhid. Sekiranya Nabi Isa menyatakan pengakuannya sebagai Tuhan, atau terlintas dalam pikirannya, tentulah Allah lebih mengetahuinya, karena Dia Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dalam pikiran manusia, terlebih apa yang diungkapkannya. Manusia tidak mengetahui apa yang disembunyikan Allah kecuali jika Dia memberitahukannya dengan perantaraan wahyu. Sesungguhnya hanya Allah sendiri yang Maha Mengetahui segala yang gaib; Ilmu-Nya meliputi segala yang pernah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi.

Allah menanyakan apakah Nabi Isa menyatakan diri dan ibunya sebagai Tuhan, karena orang-orang Nasrani di Najran banyak yang menganggap Isa dan ibunya sebagai Tuhan (Alusi V;94). Yang penting ayat ini merupakan jawaban Nabi Isa yang dengan tegas tidak pernah menyatakan diri dan ibunya sebagai Tuhan. Jawaban ini perlu untuk diketahui oleh murid-murid Nabi Isa maupun semua pengikutnya.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-Maidah
Surat Al Maa'idah terdiri dari 120 ayat; termasuk golongan surat Madaniyyah. Sekalipun ada ayatnya yang turun di Mekah, namun ayat ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Medinah, yaitu di waktu haji wadaa'. Surat ini dinamakan Al Maa'idah (hidangan) karena memuat kisah pengikut-pengikut setia Nabi Isa a.s. meminta kepada Nabi Isa a.s. agar Allah menurunkan untuk mereka Al Maa'idah (hidangan makanan) dari langit (ayat 112). Dan dinamakan Al Uqud (perjanjian), karena kata itu terdapat pada ayat pertama surat ini, dimana Allah menyuruh agar hamba-hamba-Nya memenuhi janji prasetia terhadap Allah dan perjanjian-perjanjian yang mereka buat sesamanya. Dinamakan juga Al Munqidz (yang menyelamatkan), karena akhir surat ini mengandung kisah tentang Nabi Isa a.s. penyelamat pengikut-pengikut setianya dari azab Allah.