QS. Asy-Syu'ara' Ayat 127
Nabi Hud menerangkan bahwa ia tidak mengharapkan upah dalam pekerjaannya menyeru manusia kepada agama tauhid. Upahnya semata-mata dari Allah yaitu pahala yang ia harapkan nanti di akhirat.
Nabi Hud menyeru kaumnya agar memohon ampun dan bertobat kepada Allah. Kalau mereka berbuat demikian, niscaya Allah mengampuni dosa-dosa mereka, menurunkan hujan yang akan menjadikan negeri mereka bertambah subur, dan menambah rezeki mereka. Di samping itu, Allah akan menjadikan mereka semakin kuat, baik fisik maupun kekuasaan. Nabi Hud mengingatkan agar mereka menghentikan perbuatan dosa yang mereka lakukan dan memohon ampunan Allah.
Dan (Hud berkata), "Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa." (Hud/11: 52).
Kaum 'ad tidak mengindahkan seruan Nabi Hud, bahkan mereka menyatakan bahwa Nabi Hud tidak membawa satu kebenaran pun dalam dakwahnya. Mereka menegaskan untuk tidak akan meninggalkan penyembahan berhala, dan tidak mempercayai seruan Nabi Hud. Allah berfirman:
Mereka (kaum 'Ad) berkata, "Wahai Hud! Engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang nyata kepada kami, dan kami tidak akan meninggalkan sesembahan kami karena perkataanmu dan kami tidak akan mempercayaimu. (Hud/11: 53).
Mereka menuduh bahwa Nabi Hud telah dihinggapi penyakit gila yang ditimpakan oleh patung-patung mereka. Allah berfirman:
Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu." (Hud/11: 54).
Surat ini terdiri dari 227 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan Asy Syu'araa' (kata jamak dari Asy Syaa'ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa' yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair- penyair. Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena demikian tidak patut bila Nabi Muhammad s.a.w. dituduh sebagai penyair, dan Al Quran dituduh sebagai syair, Al Quran adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia.
Bacaan selawat asyghil pertama kali dicetuskan oleh Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Al-Murtadlo. Kata asyghil, dalam bahasa Arab berarti sibuk.
Bacaan doa agar tidak hujan bisa diamalkan jika turunnya hujan justru merugikan diri kita. Doa ini dikenal juga sebagai doa agar dihindarkan dari hujan yang merusak.
Surat Al Araf ayat 1-20 memberikan berbagai kandungan penting, mulai dari pengingat akan kebesaran Allah hingga panduan menjalani kehidupan yang penuh makna.
Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.
Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.