QS. Asy-Syu'ara' Ayat 14
Musa mengadukan semua yang dirasakannya kepada Allah dan memohon agar Dia mengangkat Harun a.s., saudaranya, menjadi rasul untuk membantu dan menolongnya. Harun adalah seorang yang fasih lidahnya dan pandai mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya dengan bahasa yang baik dan menarik. Hal ini disebutkan pula pada ayat lain:
Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia, dan jadikanlah dia teman dalam urusanku. (thaha/20: 25-32).
Demikian pula disebutkan dalam firman-Nya yang lain yaitu:
Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripada aku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sungguh, aku takut mereka akan mendustakanku." (al-Qasas/28: 34).
Musa merasa khawatir kalau dia menghadapi Fir'aun dan kaumnya seorang diri karena pernah membunuh seorang Qibthi (penduduk Mesir asli) dengan tidak sengaja. Hal itu terjadi ketika Musa melihat perkelahian yang terjadi antara orang Qibthi itu dengan seorang Bani Israil. Ia berniat membantu anggota kaumnya tersebut dan memukul orang Qibthi itu dengan kuat sehingga jatuh dan langsung meninggal. Musa khawatir akan dibunuh oleh kaum Fir'aun karena peristiwa tersebut, sehingga dia tidak dapat menyampaikan dakwahnya. Akan tetapi, seandainya Harun di sampingnya dan dia mati terbunuh, maka saudaranya itu dapat melanjutkan risalahnya. Jadi permintaan Musa supaya Harun diangkat menjadi rasul untuk membantunya bukan karena ia takut mati dalam menyampaikan dakwah dan risalahnya, tetapi agar dakwah dan risalahnya itu jangan terhenti kalau dia meninggal, karena dilanjutkan oleh saudaranya, Harun.
Surat ini terdiri dari 227 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan Asy Syu'araa' (kata jamak dari Asy Syaa'ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa' yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair- penyair. Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena demikian tidak patut bila Nabi Muhammad s.a.w. dituduh sebagai penyair, dan Al Quran dituduh sebagai syair, Al Quran adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia.
Bacaan selawat asyghil pertama kali dicetuskan oleh Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Al-Murtadlo. Kata asyghil, dalam bahasa Arab berarti sibuk.
Bacaan doa agar tidak hujan bisa diamalkan jika turunnya hujan justru merugikan diri kita. Doa ini dikenal juga sebagai doa agar dihindarkan dari hujan yang merusak.
Surat Al Araf ayat 1-20 memberikan berbagai kandungan penting, mulai dari pengingat akan kebesaran Allah hingga panduan menjalani kehidupan yang penuh makna.
Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.
Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.