QS. Asy-Syu'ara' Ayat 185
Mereka mendustakan Syuaib, dan tidak percaya sedikit pun bahwa dia adalah rasul Allah yang diutus kepada mereka. Oleh karena itu, mereka mengingkari Nabi Syuaib, menghalangi orang lain mendatanginya, dan mengancam orang-orang yang beriman kepadanya. Akan tetapi, Syuaib terus menasihati dan mengingatkan mereka. Syuaib adalah nabi yang sangat pintar berdebat dengan kaumnya. Dalil-dalil dan argumennya amat kuat, sehingga para mufasir menjulukinya dengan Khathib al-Anbiya' (ahli pidato di antara para nabi).
Namun demikian, penduduk Madyan tetap membangkang dan menyangkal seruan Syuaib. Kadang-kadang mereka mengatakan bahwa mereka tidak paham apa yang dikatakannya, padahal seruan itu sudah jelas dan terang. Kadang-kadang mereka mengatakan bahwa Syuaib orang lemah, seakan-akan mereka mengira bahwa kekuatanlah yang menjadi ukuran kebenaran dan keadilan. Kadang-kadang mereka mengancam akan membunuh Syuaib, dan mengusir para pengikutnya yang beriman dari negeri itu apabila Syuaib dan orang-orang yang beriman itu tidak kembali kepada agama mereka.
Kaum Syuaib juga mengingatkan masyarakat bahwa mereka akan merugi kalau mengikuti agama Syuaib karena melarang mereka mengurangi takaran dan timbangan. Mereka merasa heran kepada Syuaib yang melarang mereka menyembah sembahan nenek moyang mereka, dan berbuat apa yang mereka sukai terhadap harta mereka. Mereka mencela Syuaib tentang kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya. Mereka mengejek dengan sinis salat yang dikerjakan Syuaib. Allah berfirman:
Mereka berkata, "Wahai Syuaib! Apakah agamamu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki? Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai." (Hud/11: 87).
Mereka berkata, "Wahai Syuaib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang engkau katakan itu, sedang kenyataannya kami memandang engkau seorang yang lemah di antara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah merajam engkau, sedang engkau pun bukan seorang yang berpengaruh di lingkungan kami." (Hud/11: 91).
Kedua, Jika Syuaib benar-benar seorang nabi dan rasul Allah, maka ia diminta untuk menurunkan kepada mereka (kaum Syuaib) gumpalan-gumpalan dari langit, sebagaimana yang telah diancamkannya. Sikap kaum Syuaib ini sama dengan sikap kaum Quraisy ketika menentang Nabi Muhammad agar beliau memancarkan air dari bumi untuk mereka, mendatangkan sebuah kebun dan kurma serta anggur yang indah, mendatangkan azab dengan menjatuhkan kepingan-kepingan dari langit yang menimpa mereka, atau mendatangkan sebuah rumah emas dan sebagainya. (Baca Surah al-Isra'/17: 90-93).
Surat ini terdiri dari 227 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan Asy Syu'araa' (kata jamak dari Asy Syaa'ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa' yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair- penyair. Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena demikian tidak patut bila Nabi Muhammad s.a.w. dituduh sebagai penyair, dan Al Quran dituduh sebagai syair, Al Quran adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia.
Bacaan selawat asyghil pertama kali dicetuskan oleh Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Al-Murtadlo. Kata asyghil, dalam bahasa Arab berarti sibuk.
Bacaan doa agar tidak hujan bisa diamalkan jika turunnya hujan justru merugikan diri kita. Doa ini dikenal juga sebagai doa agar dihindarkan dari hujan yang merusak.
Surat Al Araf ayat 1-20 memberikan berbagai kandungan penting, mulai dari pengingat akan kebesaran Allah hingga panduan menjalani kehidupan yang penuh makna.
Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.
Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.