QS. Asy-Syu'ara' Ayat 206

ثُمَّ جَآءَهُمۡ مَّا كَانُوۡا يُوۡعَدُوۡنَۙ‏
Summa jaaa'ahum maa kaanuu yuu'aduun
kemudian datang kepada mereka azab yang diancamkan kepada mereka,
Juz ke-19
Tafsir
Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka, sebagaimana permintaan mereka agar azab itu dipercepat datangnya.
Ibnu Abi hatim menukil riwayat tentang asbab nuzul ayat ini dari Abu Yahdham bahwa Rasulullah terlihat dalam keadaan bingung, kemudian para sahabat bertanya kepadanya apa sebab beliau bingung. Rasulullah menjawab bahwa beliau melihat musuh-musuhnya sesudah beliau wafat dari umatnya sendiri, maka turunlah ayat 205 Surah asy-Syu'ara', dan kebingungan Rasul akhirnya sirna.

Melalui ayat-ayat ini, Allah memperingatkan orang-orang musyrik Mekah tentang azab-Nya dengan berfirman, "Hai orang-orang musyrik, apakah kamu ingin mengalami nasib seperti yang dialami oleh umat-umat terdahulu? Mereka telah diberi kesenangan hidup, kekuatan tubuh, dan kesanggupan memakmurkan negeri mereka. Mereka mengira bahwa kebahagiaan, kemakmuran, dan kekuasaan yang diperoleh itu dapat mengelakkan mereka dari azab Allah. Kenyataannya tidak demikian. Mereka tetap merasakan azab yang sangat pedih. Demikian pedihnya azab itu seakan-akan mereka tidak pernah merasakan kebahagiaan dan kesenangan di dunia." Allah berfirman:

Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya yang hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari. (an-Nazi'at/79: 46).
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Asy-Syu'ara'
Surat ini terdiri dari 227 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan Asy Syu'araa' (kata jamak dari Asy Syaa'ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa' yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair- penyair. Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena demikian tidak patut bila Nabi Muhammad s.a.w. dituduh sebagai penyair, dan Al Quran dituduh sebagai syair, Al Quran adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia.