QS. Asy-Syu'ara' Ayat 208

وَمَاۤ اَهۡلَكۡنَا مِنۡ قَرۡيَةٍ اِلَّا لَهَا مُنۡذِرُوۡنَ​​​​​ ۛ ​ۖ ‏
Wa maaa ahlaknaa min qaryatin illaa lahaa munziruun
Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri, kecuali setelah ada orang-orang yang memberi peringatan kepadanya;
Juz ke-19
Tafsir
Allah memberikan alasan terhadap siksaan-Nya kepada orang-orang kafir. "Dan Kami tidak membinasakan sesuatu penduduk negeri mana pun, kecuali setelah ada orang-orang, yaitu para rasul yang memberi peringatan kepadanya, dengan sejelas-jelasnya dan menunjukkan berbagai bukti kebenaran mereka. Aakan tetapi, penduduk negeri tersebut mendustakan mereka. (Lihat: Surah al-Isrà’/17:15).
Ayat ini menerangkan bahwa Allah tidak akan membinasakan suatu kota atau negeri, kecuali setelah diutus kepada mereka para rasul yang menyampaikan berita gembira, peringatan atau janji, dan ancaman. Para rasul itu juga menyampaikan pelajaran kepada mereka dan menunjukkan jalan yang lurus menuju kepada keselamatan dan kebahagiaan. Dengan pengutusan para rasul itu, berarti Allah telah menunjukkan rasa kasih sayang kepada para hamba-Nya yang mau mengikuti jalan lurus yang telah dibentangkan. Orang-orang yang menolak ajaran para rasul itu berarti telah menganiaya diri sendiri dan bersedia menerima azab Allah. Mereka di azab bukan karena Allah zalim terhadap mereka, tetapi karena mereka mengingkari nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka dengan menyembah sesuatu selain-Nya. Allah berfirman:

¦Tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul. (al-Isra'/17: 15).

Dan firman Allah :

Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan (penduduk) negeri; kecuali penduduknya melakukan kezaliman. (al-Qasas/28: 59).
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Asy-Syu'ara'
Surat ini terdiri dari 227 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan Asy Syu'araa' (kata jamak dari Asy Syaa'ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa' yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair- penyair. Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena demikian tidak patut bila Nabi Muhammad s.a.w. dituduh sebagai penyair, dan Al Quran dituduh sebagai syair, Al Quran adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia.