QS. Al-Mu’minun Ayat 24

فَقَالَ الۡمَلَؤُا الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا مِنۡ قَوۡمِهٖ مَا هٰذَاۤ اِلَّا بَشَرٌ مِّثۡلُكُمۡ ۙ يُرِيۡدُ اَنۡ يَّـتَفَضَّلَ عَلَيۡكُمۡ ؕ وَلَوۡ شَآءَ اللّٰهُ لَاَنۡزَلَ مَلٰٓٮِٕكَةً  ۖۚ مَّا سَمِعۡنَا بِهٰذَا فِىۡۤ اٰبَآٮِٕنَا الۡاَوَّلِيۡنَ‌
Faqoolal mala'ul laziina kafaruu min qawmihii maa haazaaa illaa basharum mislukum yuriidu ai yatafaddala 'alaikum wa law shaaa'al laahu la anzala malaaa'ikatam maa sami'naa bihaazaa fiii aabaaa'inal awwaliin
Maka berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya, "Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang ingin menjadi orang yang lebih mulia daripada kamu. Dan seandainya Allah menghendaki, tentu Dia mengutus malaikat. Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada (masa) nenek moyang kami dahulu.
Juz ke-18
Tafsir
Maka tanpa berpikir panjang, berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya kepada para pengikut mereka sebagai respons atas ajakan Nabi Nuh, “Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu. Dia tidak punya keistimewaan apa pun untuk menjadi utusan Tuhan. Dia hanyalah orang yang ingin menjadi lebih mulia daripada kamu dengan mencitrakan diri agar dapat menjadi pemimpin kamu dengan mengaku sebagai utusan Tuhan. Dan seandainya Allah menghendaki mengutus seorang rasul, tentu Dia mengutus malaikat, bukan manusia seperti Nuh. Belum pernah kami mendengar seruan seperti ini pada masa nenek moyang kami dahulu.”
Seruan Nabi Nuh yang lemah lembut ini dijawab dengan cemoohan kaumnya, bahwa Nuh tidak lain hanya seorang manusia biasa seperti mereka, tidak mempunyai kelebihan apa-apa, baik fisik maupun mental sehingga ia pantas untuk menjadi utusan Allah dan menerima wahyu. Nuh dituduh hanya ingin menjadi orang yang kedudukannya lebih dari mereka, dan ingin lebih berkuasa. Untuk mencapai tujuannya itu, ia mengaku menjadi utusan Allah, padahal sebenarnya ia tidak pantas. Lalu mereka menyebutkan dua hal yang menjadi alasan untuk tidak mengakui Nuh sebagai utusan Allah.

Pertama, seandainya Allah menghendaki mengutus seorang rasul yang memerintahkan beribadah hanya kepada Allah saja, tentu Dia mengutus beberapa malaikat, dan bukan mengutus seorang manusia biasa.

Kedua, mereka belum pernah mendengar dari nenek moyang mereka sendiri apa yang dikemukakan oleh Nuh, tentang penyembahan hanya kepada Allah, Tuhan Yang Esa. Seruan kepada ketauhidan itu tidak ada dalam tradisi nenek moyang mereka, maka mereka menentang keras dakwah Nabi Nuh. Hal demikian menunjukkan bahwa mereka telah terseret dalam taklid buta dan kesesatan.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-Mu’minun
Surat Al Mu'minuun terdiri atas 118 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai Al Mu'minuun, karena permulaan ayat ini manerangkan bagaimana seharusnya sifat-sifat orang mukmin yang menyebabkan keberuntungan mereka di akhirat dan ketenteraman jiwa mereka di dunia. Demikian tingginya sifat-sifat itu, hingga ia telah menjadi akhlak bagi Nabi Muhammad s.a.w.