QS. Al-'Ankabut Ayat 28

وَلُوۡطًا اِذۡ قَالَ لِقَوۡمِهٖۤ اِنَّكُمۡ لَـتَاۡتُوۡنَ الۡفَاحِشَةَ مَا سَبَـقَكُمۡ بِهَا مِنۡ اَحَدٍ مِّنَ الۡعٰلَمِيۡنَ‏
Wa Luutan iz qoola liqawmihiii innakum laatuunal faahishata maa sabaqakum bihaa min ahadim minal 'aalamiin
Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya, "Kamu benar-benar melakukan perbuatan yang sangat keji (homoseksual) yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu.
Juz ke-20
Tafsir
Setelah diuraikan tentang Nabi Ibrahim, kali ini dibicarakan tentang Nabi Lut, sebagai seorang diantara kaumnya yang beriman. Ayat ini menyatakan, dan ingat serta ingatkanlah pula umatmu, wahai Nabi Muhammad, tentang nabi Lut, ketika Nabi Lut berkata kepada kaumnya yang ketika itu melakukan kedurhakaan besar, "Sesungguhnya kamu benar-benar melakukan perbuatan yangat keji, yaitu berupa monoseksual yang belum pernah dilakukan oleh seorang pundari umat-umat sebelum kamu. Sungguhapa yang kamu lakukan itu sangat buruk.
Allah menyuruh Nabi Muhammad menceritakan kisah Nabi Lut. Beliau diutus ke suatu kaum yang berdiam di negeri Sodom. Lut sendiri berdiam di negeri itu. Salah seorang dari putri kaum itu dikawininya, sehingga Lut punya hubungan besan dengan mereka. Dengan tegas Lut mengatakan kepada kaumnya bahwa apa yang mereka kerjakan selama ini dipandang sebagai perbuatan yang disebut fahisyah (perbuatan jahat dan tercela). Istilah sodomi yang populer saat ini berasal dari nama kota di mana kaum Lut melakukan perbuatan tercela itu. Apa yang mereka kerjakan belum pernah diperbuat oleh umat-umat sebelumnya seperti dijelaskan dalam ayat berikutnya tentang jenis perbuatan apa yang mereka kerjakan itu.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-'Ankabut
Surat Al 'Ankabuut terdiri atas 69 ayat, termasuk golongan surat-surrat Makkiyah. Dinamai Al 'Ankabuut berhubung terdapatnya perkataan Al 'Ankabuut yang berarti laba-laba pada ayat 41 surat ini, dimana Allah mengumpamakan penyembah-penyembah berhala-berhala itu, dengan laba-laba yang percaya kepada kekuatan rumahnya sebagai tempat ia berlindung dan tempat ia menjerat mangsanya, padahal kalau dihembus angin atau ditimpa oleh suatu barang yang kecil saja, rumah itu akan hancur. Begitu pula halnya dengan kaum musyrikin yang percaya kepada kekuatan sembahan-sembahan mereka sebagai tempat berlindung dan tempat meminta sesuatu yang mereka ingini, padahal sembahan-sembahan mereka itu tidak mampu sedikit juga menolong mereka dari azab Allah waktu di dunia, seperti yang terjadi pada kaum Nuh, kaum Ibrahim, kaum Luth, kaum Syu'aib, kaum Saleh, dan lain-lain. Apalagi menghadapi azab Allah di akhirat nanti, sembahan-sembahan mereka itu lebih tidak mampu menghindarkan dan melindungi mereka.