QS. Ghafir Ayat 33
Mengenai yaum at-tanad itu (hari panggil-memanggil), terdapat beberapa pendapat ulama:
a.Hari Kiamat, dinamakan demikian karena manusia pada waktu itu berteriak meminta bantuan orang lain sambil berlarian ke sana ke mari menyaksikan bumi bergoncang dan terbelah-belah dengan dahsyatnya.
b.Hari ketika orang-orang kafir di akhirat dihadapkan kepada neraka Jahanam, lalu mereka gempar berlarian ke sana sini untuk menghindarkan diri, tetapi malaikat mencegat dan menghalau mereka kembali ke Padang Mahsyar itu untuk dijebloskan ke dalam neraka.
c.Hari ketika malaikat menimbang amal manusia. Bila seseorang ternyata berat timbangan amal kebaikannya, orang itu dan orang-orang yang menyaksikannya bersorak-sorak kegirangan menyatakan dengan suara keras bahwa si Fulan bernasib baik, dan sebagainya. Begitu pula ketika seseorang menerima timbangan kebaikannya lebih ringan dari dosanya, ia pun meratap dengan sedihnya, diikuti oleh orang-orang lainnya.
d.Panggil-memangggil antara penghuni surga dan penghuni neraka tentang apa yang diperoleh masing-masing. Penghuni surga ketika ditanya penghuni neraka apakah sudah memperoleh apa yang dijanjikan Allah kepada mereka, mereka menjawab dengan mantap bahwa apa yang dijanjikan itu telah mereka nikmati. Di sisi lain, penghuni neraka ketika ditanya hal serupa oleh penghuni surga juga menjawab dengan ucapan yang sama, tetapi dengan suara yang getir, yang menunjukkan bahwa yang mereka peroleh adalah kesengsaraan.
Pada hari Mahsyar, yaitu hari pengadilan Allah, orang-orang kafir telah melihat adanya neraka Jahanam. Oleh karena itu, mereka berlarian ingin menghindar, tetapi para malaikat mencegat dan mengembalikan mereka lagi ke Padang Mahsyar. Pada waktu itu, tidak ada yang bisa menolong orang lain. Jangankan menolong orang lain, menolong dirinya sendiri saja belum tentu mampu. Laki-laki beriman itu memperingatkan kaumnya bahwa ia khawatir sekali peristiwa itu akan menimpa mereka. Bila Fir'aun yang mereka harapkan, maka ia akan diazab di dalam neraka, tidak akan bisa menolong dirinya, apalagi menolong orang lain pengikut-pengikutnya itu.
Laki-laki beriman itu meminta rakyatnya beriman. Ia khawatir sekali bahwa hati mereka akan tertutup bila mereka tidak mau juga menerima kebenaran. Bila hati sudah tertutup, siapa pun tidak akan mampu membukanya selain Allah.
Surat Al Mu'min terdiri atas 85 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Az Zumar. Dinamai Al Mu'min (Orang yang beriman), berhubung dengan perkataan mukmin yang terdapat pada ayat 28 surat ini. Pada ayat 28 diterangkan bahwa salah seorang dari kaum Fir'aun telah beriman kepada Nabi Musa a.s. dengan menyembunyikan imannya kepada kaumnya, setelah mendengar keterangan dan melihat mukjizat yang dikemukakan oleh Nabi Musa a.s. Hati kecil orang ini mencela Fir'aun dan kaumnya yang tidak mau beriman kepada Nabi Musa a.s., sekalipun telah dikemukakan keterangan dan mukjizat yang diminta mereka.Dinamakan pula Ghafir (yang mengampuni), karena ada hubungannya dengan kalimat Ghafir yang terdapat pada ayat 3 surat ini. Ayat ini mengingatkan bahwa Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat adalah sebagian dari sifat-sifat Allah, karena itu hamba-hamba Allah tidak usah khawatir terhadap perbuatan-perbuatan dosa yang telah terlanjur mereka lakukan, semuanya itu akan diampuni Allah asal benar-benar memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya dan berjanji tidak akan mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa itu lagi. Dan surat ini dinamai Dzit Thaul (Yang Mempunyai Kurnia) karena perkataan tersebut terdapat pada ayat 3.
Surat Al Araf ayat 1-20 memberikan berbagai kandungan penting, mulai dari pengingat akan kebesaran Allah hingga panduan menjalani kehidupan yang penuh makna.
Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.
Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.
Pada saat Daulah Mamalik berkuasa di Mesir, Sultan Baybars menjadikan kota Mesir sebagai arena kegiatan para ilmuwan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, sehingga berkembangkanlah ilmu pengetahuan di Mesir.
Dalam surat ke-107, termaktub dalam Al-Quran, Allah mengkritik orang-orang yang rajin melakukan ibadah salat lima waktu, namun tidak peduli terhadap perbaikan nasib mereka yang terpinggir, terasing, menderita dan tertindas.