QS. Al-Mu’minun Ayat 37

اِنۡ هِىَ اِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنۡيَا نَمُوۡتُ وَنَحۡيَا وَمَا نَحۡنُ بِمَبۡعُوۡثِيۡنَ
In hiya illaa hayaatunad dunyaa namuutu wa nahyaa wa maa nahnu bimab'uusiin
(kehidupan itu) tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, (di sanalah) kita mati dan hidup dan tidak akan dibangkitkan (lagi),
Juz ke-18
Tafsir
Para pemuka yang kafir itu berkata dengan sinis sambil menggelengkan kepala, “Jauh! Jauh sekali apa yang diancamkan kepada kamu. Hal itu hanya omong kosong belaka. Ancaman itu tidak akan pernah terlaksanan. Kehidupan yang ada tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini. Di sinilah kita menyaksikan sebagian dari kita mati dan sebagiannya lagi dilahirkan untuk hidup, dan sekali-kali kita tidak akan dibangkitkan lagi setelah mati.” Tidak cukup dengan mendurhakai dan menolak dakwah Nabi Hud, para pemuka kafir itu bahkan berbuat lebih jahat lagi dengan berkata, “Dia, Hud, tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, dan sudah semestinya kita tidak akan pernah memercayainya atas segala yang dikatakannya.
Kemudian mereka mempertegas keingkaran mereka dengan ucapan, "Kehidupan yang sebenarnya hanya kehidupan dunia ini saja. Sebagian kita ada yang hidup kemudian mati, disusul pula oleh yang lain secara silih berganti, generasi demi generasi, tak beda seperti tanaman, di sana ada yang bercocok tanam dan di situ ada yang panen. Kita sekalian tidak akan dibangkitkan lagi setelah mati."

Orang-orang kafir hanya memandang kehidupan manusia seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang yang dari waktu ke waktu hanya mengalami pergantian generasi, dan tidak ada perkembangan pikiran dan kebudayaan, serta tidak ada tanggung jawab dalam perbuatannya sehari-hari.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-Mu’minun
Surat Al Mu'minuun terdiri atas 118 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai Al Mu'minuun, karena permulaan ayat ini manerangkan bagaimana seharusnya sifat-sifat orang mukmin yang menyebabkan keberuntungan mereka di akhirat dan ketenteraman jiwa mereka di dunia. Demikian tingginya sifat-sifat itu, hingga ia telah menjadi akhlak bagi Nabi Muhammad s.a.w.