QS. Al-Kahf Ayat 50
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir). (al-Baqarah/2: 268)
Malaikat dan setan adalah makhluk rohani yang memiliki hubungan dengan jiwa manusia, namun tidak diketahui hakikatnya. Manusia harus beriman sebagaimana yang diperintahkan dalam rukun iman tanpa menambah dan menguranginya. Semua manusia bisa merasakan bahwa jika ia bermaksud mengerjakan sesuatu, terjadi pergolakan dalam jiwanya antara cenderung kepada kebaikan atau kejahatan, hingga keinginan yang satu mengalahkan yang lain. Jika kita cenderung kepada kebaikan, itu adalah akibat dorongan malaikat, dan jika cenderung kepada kejahatan, maka itu adalah dorongan setan.
Dilihat dari segi kejadian, keduanya berasal dari unsur yang berbeda. Malaikat diciptakan dari cahaya, sedangkan jin atau setan diciptakan dari lidah api. Firman Allah swt:
Dan Dia menciptakan jin dari nyala api tanpa asap. (ar-Rahman/55: 15)
Sabda Rasulullah saw:
Malaikat diciptakan dari cahaya, Iblis diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan seperti yang diceritakan kepadamu. (Riwayat Muslim dari 'a'isyah r.a.)
Iblis menolak sujud kepada Adam karena menurutnya, unsur api lebih tinggi dari tanah. Karena Adam dibuat dari unsur tanah, Iblis merasa hina jika disuruh sujud dan hormat kepadanya, sebagaimana yang diceritakan Allah dalam firman-Nya:
(Allah) berfirman, "Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?" (Iblis) menjawab, "Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah." (al-A'raf/7: 12)
Pendapat Iblis ini sangat keliru karena ketinggian derajat dan kemuliaan tidak tergantung pada asal usul, melainkan pada ketaatan kepada Allah. Karena tidak mau sujud kepada Adam, maka Iblis menjadi fasik dalam artian tidak taat kepada perintah Tuhan. Iblis menolak untuk taat karena isi perintah Allah tersebut berlawanan dengan jalan pikirannya. Jadi, dia keberatan untuk sujud kepada Adam. Iblis memiliki bakat suka membang-kang dan selalu melakukan perlawanan sesuai dengan dasar kejadiannya dari nyala api.
Sesudah menjelaskan kefasikan Iblis, Tuhan mengingatkan manusia agar jangan sampai menempatkan Iblis dan keturunannya sebagai pemimpin, karena mereka adalah musuh manusia dan musuh Tuhan. Banyak riwayat, baik yang datang dari Nabi Muhammad saw maupun dari sahabat, yang menunjukkan Iblis dan keturunannya (setan) terus-menerus berkembang-biak, dan umat manusia diingatkan agar tidak tergoda rayuannya untuk mengikutinya.
Setan bertebaran di muka bumi ini untuk menggoda manusia. Hanya manusia yang zalim yang tunduk kepada godaan setan dan menjadikan mereka sebagai pemimpin dan pelindung. Sungguh, setan itu seburuk-buruk makhluk Allah. Orang-orang yang mengikuti setan dikatakan zalim karena Allah swt yang telah menurunkan rahmat dan kenikmatan kepada mereka ditinggalkan dan lebih memilih ajakan setan.
Surat ini terdiri atas 110 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai Al-Kahfi artinya Gua dan Ashhabul Kahfi yang artinya Penghuni-Penghuni Gua. Kedua nama ini diambil dari cerita yang terdapat dalam surat ini pada ayat 9 sampai dengan 26, tentang beberapa orang pemuda yang tidur dalam gua bertahun-tahun lamanya. Selain cerita tersebut, terdapat pula beberapa buah cerita dalam surat ini, yang kesemuanya mengandung i'tibar dan pelajaran-pelajaran yang amat berguna bagi kehidupan manusia. Banyak hadist-hadist Rasulullah s.a.w. yang menyatakan keutamaan membaca surat ini.
Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.
Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.
Pada saat Daulah Mamalik berkuasa di Mesir, Sultan Baybars menjadikan kota Mesir sebagai arena kegiatan para ilmuwan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, sehingga berkembangkanlah ilmu pengetahuan di Mesir.
Dalam surat ke-107, termaktub dalam Al-Quran, Allah mengkritik orang-orang yang rajin melakukan ibadah salat lima waktu, namun tidak peduli terhadap perbaikan nasib mereka yang terpinggir, terasing, menderita dan tertindas.
Ali Al-Shahbuni dalam kitabnya mengatakan: Mereka yang mengikuti di sini dhamir kepada kelompok, yakni orang-orang dari Ahli kitab, dan mereka itu adalah kaum Yahudi.