QS. Al-Furqan Ayat 62

وَهُوَ الَّذِىۡ جَعَلَ الَّيۡلَ وَالنَّهَارَ خِلۡفَةً لِّمَنۡ اَرَادَ اَنۡ يَّذَّكَّرَ اَوۡ اَرَادَ شُكُوۡرًا
Wa huwal lazii ja'alal laila wannahaara khilfatal liman araada ai yazzakkara aw araadaa shuukuuraa
Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau yang ingin bersyukur.
Juz ke-19
Tafsir
Dan bentuk kekuasaan Allah lainnya adalah bahwa Dia pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti sesuai dengan perputaran bumi mengelilingi matahari. Siang dan malam saling berkejaran. Kejadian alam seluruh ini haruslah menjadi bahan renungan bagi orang yang ingin mengambil pelajaran bahwa semua ciptaan Allah pasti mempunyai hikmah yang besar bagi makhluk-Nya, atau bagi yang ingin bersyukur dengan hati, lisan dan anggota badannya untuk mencari rida Allah.
Allah pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang selalu mengingat nikmat-Nya dan bertafakur tentang keajaiban ciptaan-Nya. Dengan demikian, timbul dorongan untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah itu. Jika seandainya malam dan siang tidak bergiliran, dan matahari terus saja bersinar, niscaya hal itu menimbulkan perasaan jemu atau bosan dan lelah karena tidak dapat beristirahat di malam hari. Demikian pula jika malam terus berlangsung tanpa diselingi dengan sinar matahari, niscaya membawa kerusakan bagi makhluk yang membutuhkannya. Adanya pergantian siang dan malam itu memberikan kesempatan untuk menyempurnakan kekurangan dalam ibadah yang sunah yaitu bilamana seseorang karena kesibukan bekerja pada siang harinya tidak sempat berdoa atau membaca wirid, maka dapat dilaksanakan pada malam harinya, seperti tersebut dalam sebuah hadis sahih:

Sesungguhnya Allah mengulurkan tangan-Nya di malam hari supaya orang yang berbuat dosa pada siang hari dapat bertobat dan mengulurkan tangan-Nya pada siang hari supaya dapat bertobat orang yang berdosa pada malam harinya, sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya. (Riwayat Muslim dari Abu Musa).

Diriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab pernah salat Duha lama sekali. Tatkala beliau ditegur oleh salah seorang sahabat, beliau menjawab bahwa ia meninggalkan beberapa wirid hari ini, karena kesibukan, maka ia bermaksud mengganti kekurangan itu dengan salat Duha, lalu beliau membaca ayat 62 ini.

Malam, siang, matahari, dan bulan merupakan empat nikmat Allah. Allah menciptakan malam sehingga manusia dapat beristirahat akibat gelapnya malam. Siang diciptakan oleh Allah dengan terbitnya matahari untuk bekerja. Allah menciptakan matahari dan bulan masing-masing mempunyai poros dan garis edarnya sendiri-sendiri. Tanpa kenal lelah, dan tidak pernah diam, semuanya terus beredar.

Pergantian siang dengan malam bisa hanya berupa perubahan terang menjadi gelap. Akan tetapi, secara psikologis pergantian dari terang menjadi gelap itu memberikan dampak suasana hati yang sama sekali berbeda dengan suasana siang. Berbagai percobaan telah dilakukan untuk mengamati bagaimana pengaruh psikis terhadap pekerja malam. Teramati gejala psikosomatis (gejala fisik yang disebabkan oleh penyebab psikis) mulai dari hanya mual-mual sampai yang agak berat yaitu depresi mental. Ini baru pengaruh jangka pendek terhadap fisik dan kejiwaan manusia. Pengaruh jangka panjang bisa memberikan efek yang lebih berat. Oleh sebab itu, Allah menggariskan malam untuk istirahat dan siang untuk bekerja. Jadi bekerja malam hari yang disebut lembur itu bertentangan dengan kodrat manusia seperti yang digariskan Allah.

Kondisi ini tak mengherankan karena pada siang hari bumi mendapatkan paparan (exposure) sinar tampak, mulai bergeser ke warna kuning saat matahari terbenam, bergeser ke infra-merah saat salat Isya, ke ultraviolet jika malam telah larut, dan mendekati gelombang gamma yang berbahaya mendekati subuh. Paparan ini yang menyebabkan manusia menderita psikosomatik jika tidak beristirahat dan terpaksa harus bekerja.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-Furqan
Surat ini terdiri atas 77 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Dinamai Al Furqaan yang artinya pembeda, diambil dari kata Al Furqaan yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Yang dimaksud dengan Al Furqaan dalam ayat ini ialah Al Quran. Al Quran dinamakan Al Furqaan karena dia membedakan antara yang haq dengan yang batil. MAka pada surat ini pun terdapat ayat-ayat yang membedakan antara kebenaran ke-esaan Allah s.w.t. dengan kebatilan kepercayaan syirik.