QS. Al-'Ankabut Ayat 64

وَمَا هٰذِهِ الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَاۤ اِلَّا لَهۡوٌ وَّلَعِبٌ‌ؕ وَاِنَّ الدَّارَ الۡاٰخِرَةَ لَهِىَ الۡحَـيَوَانُ‌ۘ لَوۡ كَانُوۡا يَعۡلَمُوۡنَ‏
Wa maa haazihil hayaa tud dunyaaa illaa lahwunw-wa la'ib; wa innad Daaral Aakhirata la hiyal ha yawaan; law kaano ya'lamuun
Dan kehidupan dunia ini hanya senda-gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.
Juz ke-21
Tafsir
Salah satu faktor yang menjadikan orang-orang kafir enggan menyembah Allah, meski bukti wujud dan keesaan-Nya begitu jelas, adalah motivasi duniawi. Karena itu, ayat ini menginformasikan hakikat kehidupan dunia dan perbandingannya dengan kehidupan akhirat. Dan kehidupan dunia ini hina, tidak bernilai, dan tidak pula kekal. Dunia ini hanya senda-gurau yang akan melenakan orang kafir dari tugas hidup yang sebenarnya, dan dunia ini juga layaknya permainan yang hanya memberi kesenangan sesaat, sebelum kelelahan datang. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya bagi manusia. Itulah kehidupan yang kekal dan abadi. Di sana manusia akan merasakan kebahagiaan dan kesengsaraan yang hakiki, sekiranya mereka mengetahui dan memahami kefanaan dunia dan kekekalan akhirat. Namun, banyak dari mereka tidak berusaha memahami hal itu.
Ayat ini menerangkan hakikat kehidupan duniawi, terutama kepada orang-orang musyrik yang teperdaya dengan kehidupan duniawi. Diterangkan bahwa kehidupan duniawi itu hanyalah permainan dan senda gurau saja, bukan kehidupan yang sebenarnya. Pandangan dan pikiran orang-orang musyrik telah tertutup, sehingga mereka telah disibukkan oleh urusan duniawi. Mereka berlomba-lomba mencari harta kekayaan, kekuasaan, kesenangan, dan kelezatan yang ada padanya, seakan-akan kehidupan dunia ialah kehidupan yang sebenarnya bagi mereka. Andaikata mereka mau mengurangi perhatian mereka kepada kehidupan duniawi itu sedikit saja, dan memandangnya sebagai medan persiapan untuk bekal dalam kehidupan lain yang lebih kekal dan abadi, serta mau pula mendengarkan ayat-ayat Allah, tentulah mereka tidak akan durhaka dan mempersekutukan Allah. Andaikata mereka mendengarkan seruan rasul dengan menggunakan telinga, akal, dan hati, mereka tidak akan tersesat dari jalan Allah.

Kemudian Allah menerangkan bahwa kehidupan yang hakiki itu adalah kehidupan akhirat, dan ia merupakan sisi lain dari kehidupan manusia, yaitu kehidupan yang diliputi oleh kebenaran yang mutlak. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang di dalamnya bercampur baur antara kebenaran dan kebatilan, sedangkan dalam kehidupan akhirat, kebenaran dan kebatilan telah dipisahkan. Kehidupan akhirat banyak ditentukan oleh kehidupan dunia yang dijalani seseorang, dan tergantung kepada amal dan usahanya sewaktu masih hidup. Kehidupan dunia dapat diibaratkan dengan kehidupan masa kanak-kanak, sedang kehidupan akhirat dapat diibaratkan dengan kehidupan masa dewasa. Jika seseorang pada masa kanak-kanak mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, seperti belajar dan bekerja dengan tekun, maka kehidupan masa dewasanya akan menjadi kehidupan yang cerah. Sebaliknya jika ia banyak bermain-main dan tidak menggunakan waktu sebaik-baiknya, maka ia akan mempunyai masa dewasa yang suram.

Demikianlah halnya dengan kehidupan akhirat, tergantung kepada amal dan usaha seseorang sewaktu masih hidup di dunia. Jika ia selama hidup di dunia beriman dan beramal saleh, maka kehidupannya di akhirat akan baik dan bahagia. Sebaliknya jika ia kafir dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang terlarang, ia akan mengalami kehidupan yang sengsara di akhirat nanti.

Pada akhir ayat ini, Allah memperingatkan kepada orang-orang musyrik agar mengetahui hakikat hidup. Andaikata mereka mendalami dan mengetahui hal itu, tentu mereka tidak akan tersesat dan teperdaya oleh kehidupan dunia yang fana ini. Setiap orang yang berilmu dan mau mempergunakan akalnya dengan mudah dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang benar dan yang salah, dan sebagainya.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-'Ankabut
Surat Al 'Ankabuut terdiri atas 69 ayat, termasuk golongan surat-surrat Makkiyah. Dinamai Al 'Ankabuut berhubung terdapatnya perkataan Al 'Ankabuut yang berarti laba-laba pada ayat 41 surat ini, dimana Allah mengumpamakan penyembah-penyembah berhala-berhala itu, dengan laba-laba yang percaya kepada kekuatan rumahnya sebagai tempat ia berlindung dan tempat ia menjerat mangsanya, padahal kalau dihembus angin atau ditimpa oleh suatu barang yang kecil saja, rumah itu akan hancur. Begitu pula halnya dengan kaum musyrikin yang percaya kepada kekuatan sembahan-sembahan mereka sebagai tempat berlindung dan tempat meminta sesuatu yang mereka ingini, padahal sembahan-sembahan mereka itu tidak mampu sedikit juga menolong mereka dari azab Allah waktu di dunia, seperti yang terjadi pada kaum Nuh, kaum Ibrahim, kaum Luth, kaum Syu'aib, kaum Saleh, dan lain-lain. Apalagi menghadapi azab Allah di akhirat nanti, sembahan-sembahan mereka itu lebih tidak mampu menghindarkan dan melindungi mereka.