QS. Al-An’am Ayat 76
Maka timbullah pertanyaan dalam hatinya. "Inikah Tuhanku?" Pertanyaan ini adalah merupakan pengingkaran terhadap anggapan kaumnya, agar mereka tersentak untuk memperhatikan alasan-alasan pengingkaran yang akan dikemukakan.
Tetapi, setelah bintang itu tenggelam dan sirna dari pandangannya, timbul keyakinan bahwa yang tenggelam dan menghilang tidak bisa dianggap sebagai Tuhan.
Ini sebagai alasan Nabi Ibrahim untuk mematahkan keyakinan kaumnya, bahwa semua yang mengalami perubahan itu tidak pantas dianggap sebagai Tuhan. Kesimpulan Ibrahim itu merupakan hasil pemikiran dan pengamatan yang benar dan sesuai dengan fitrah. Siapa yang melakukan pengamatan serupa itu, niscaya akan berkesimpulan yang sama. Sementara itu sebagian mufassir seperti Ibnu Katsir mengatakan bahwa pengamatan Nabi Ibrahim terhadap bintang, bulan dan matahari bukanlah pengamatan pertama, tetapi merupakan taktik Nabi Ibrahim untuk mengajak kaumnya agar tidak menyembah sesuatu benda yang timbul tenggelam. Akan tetapi hendaklah mereka menyembah Zat Yang Kekal dan Abadi yaitu Allah.
Surat Al An'aam (binatang ternak: unta, sapi, biri-biri dan kambing) yang terdiri atas 165 ayat, termasuk golongan surat Makkiyah, karena hampur seluruh ayat-ayat-Nya diturunkan di Mekah dekat sebelum hijrah. Dinamakan Al An'aam karena di dalamnya disebut kata An'aam dalam hubungan dengan adat-istiadat kaum musyrikin, yang menurut mereka binatang-binatang ternak itu dapat dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada tuhan mereka. Juga dalam surat ini disebutkan hukum-hukum yang berkenaan dengan binatang ternak itu.
Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.
Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.
Pada saat Daulah Mamalik berkuasa di Mesir, Sultan Baybars menjadikan kota Mesir sebagai arena kegiatan para ilmuwan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, sehingga berkembangkanlah ilmu pengetahuan di Mesir.
Dalam surat ke-107, termaktub dalam Al-Quran, Allah mengkritik orang-orang yang rajin melakukan ibadah salat lima waktu, namun tidak peduli terhadap perbaikan nasib mereka yang terpinggir, terasing, menderita dan tertindas.
Ali Al-Shahbuni dalam kitabnya mengatakan: Mereka yang mengikuti di sini dhamir kepada kelompok, yakni orang-orang dari Ahli kitab, dan mereka itu adalah kaum Yahudi.