QS. Al-Munafiqun Ayat 8

يَقُوۡلُوۡنَ لَٮِٕنۡ رَّجَعۡنَاۤ اِلَى الۡمَدِيۡنَةِ لَيُخۡرِجَنَّ الۡاَعَزُّ مِنۡهَا الۡاَذَلَّ ‌ؕ وَلِلّٰهِ الۡعِزَّةُ وَلِرَسُوۡلِهٖ وَلِلۡمُؤۡمِنِيۡنَ وَلٰـكِنَّ الۡمُنٰفِقِيۡنَ لَا يَعۡلَمُوۡنَ
Yaquuluuna la'ir raja'naaa ilal madiinati la yukhrijanal a'azzu minhal azall; wa lillaahil 'izzatu wa li Rasuulihii wa lilmu'miniina wa laakinnal munaafiqiina laa ya'lamuun
Mereka berkata, "Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Mustalik), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana." Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.
Juz ke-28
Tafsir
Mereka berkata kepada sesama orang munafik, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah seusai perang Bani Mustalik, yaitu perang yang diiikuti orang-orang munafik bersama kaum muslim, pastilah orang yang kuat, yaitu orang-orang munafik akan mengusir orang-orang yang lemah, yakni kaum muslim dari sana, Madinah.” Padahal kekuatan itu hakikatnya hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan milik orang-orang mukmin, selama mereka bersatu dan memiliki mental kejuangan, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui bahwa yang lemah itu mereka dan yang kuat itu Rasulullah bersama para sahabat.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa 'Abdullah bin Ubay dan pengikut-pengikutnya merencanakan apabila kembali ke Medinah dari peperangan Bani Musthaliq, mereka akan mengusir orang-orang mukmin dari Medinah. Mereka merasa dan menganggap bahwa merekalah yang kuat, perkasa, dan mulia, sedangkan orang-orang mukmin itu lemah dan hina. Mereka tidak menyadari bahwa kekuatan, keperkasaan, dan kemuliaan berada di tangan Allah dan rasul-Nya, serta orang-orang mukmin yang telah dimuliakan-Nya.

Diriwayatkan bahwa 'Abdullah putra 'Abdullah bin Ubay adalah orang yang benar-benar beriman. Ia pernah mencabut pedang mengancam ayahnya, 'Abdullah bin Ubay, ketika mereka sudah dekat di Medinah dan berkata, "Demi Allah, saya tidak akan memasukkan pedangku ini ke dalam sarungnya, sehingga engkau mengucapkan, 'Bahwa Muhammad itulah yang mulia dan sayalah yang hina." 'Abdullah putra 'Abdullah bin Ubay tetap pada sikapnya, sehingga ayahnya mengucapkan pengakuan tersebut yaitu Muhammadlah yang mulia dan dia yang hina.

Orang-orang munafik tidak mengetahui bahwa sesungguhnya kemuliaan itu ada pada Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Kemenangan terakhir ada pada orang-orang yang bertakwa dan Allah akan memberi pertolongan kepada orang-orang yang menegakkan agama-Nya, sebagaimana diterangkan dalam ayat lain:

Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (al-Mujadalah/58: 21)
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-Munafiqun
Surat ini terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Al Hajj. Surat ini dinamai Al-Munaafiquun yang artinya orang-orang munafik, karena surat ini mengungkapkan sifat-sifat orang-orang munafik.
Sejarah dan Asal Mula...
Sejarah dan Asal Mula Perayaan Idulfitri

Sejarah dan asal mula perayaan Idulfitri penting diketahui umat Muslim. Dan ternyata Idulfitri ini sangat berkaitan dengan Ramadan dan perang Badar. Begini penjelasannya:

Bulan Syawal, Julukan...
Bulan Syawal, Julukan dan Amalan yang Dianjurkan

Karena keistimewaan dan keutamaannya, bulan Syawal ternyata memiliki beragam nama dan julukan. Nama atau julukan apa saja? Serta amalan apa saja yang dianjurkan?

Hikmah Idulfitri : Kembali...
Hikmah Idulfitri : Kembali ke Fitrah dan Istiqamah Memegang Teguh Ajaran Islam

Umat Islam merayakan momen Idulfitri yang disebut-sebut sebagai hari kemenangan dan saatnya kembali ke Fitrah. Apa sebenarnya makna Fitrah?

Hikmah Melewati Jalan...
Hikmah Melewati Jalan Berbeda setelah Melaksanakan Salat Ied

Salah satu amalan sunnah ketika salat Idulfitri yaitu berangkat dan pulang melewati jalan berbeda. Berikut hikmah disunnahkannya menempuh jalan berbeda saat salat Id.

7 Adab Merayakan Idulfitri,...
7 Adab Merayakan Idulfitri, dari Mandi Sunnah hingga Tunjukkan Kebahagiaan

Hari raya Idulfitri merupakan momentum untuk menyempurnakan hubungan vertikal dengan Allah (hablun minallah) dan secara horizontal membangun hubungan sosial yang baik (hablun minnannas)