Duyog Ramadan di Filipina, Warga Kristen Ajak Muslim Buka Puasa
A
A
A
QUEZON - Tradisi toleransi bernama “Duyog Ramadan” dijalani warga Kristen dan Muslim di Quezon, Filipina. Tradisi ini berupa ajakan warga Kristen kepada warga Muslim untuk berkumpul dan berbuka puasa bersama.
Khusu pada Ramadan tahun ini, komunitas Muslim dan Kristen di Quezon, saling berdoa untuk perdamaian di Kota Marawi, kota yang jadi medan tempur kelompok Maute dan tentara Filipina. Mereka kompak menyerukan Presiden Rodrigo Duterte agar mencabut status darurat militer sehingga Marawi damai kembali.
Pendeta Kristen Irma Balaba dari Jemaat untuk Perdamaian dan Dewan Gereja Nasional Filipina (NCCP) mengatakan, Duyog Ramadan bukan hanya pembagian makan secara simbolis, tapi juga bersatu dalam penderitaan dan dalam perjuangan untuk mendapatkan hak penentuan nasib sendiri.
Tradisi itu digelar di Café Oikoumene, kompleks komunitas NCCP di Kota Quezon. Sebelum berbuka puasa bersama, Aliansi Rakyat Moro-Kristen (MCPA) bersama komunitas Muslim menggelar forum bertajuk “Ramadan pada masa darurat militer”. Mereka kemudian melakukan demonstrasi di luar gerbang NCCP untuk menyerukan pencabutan darurat militer di Mindanao, khususnya di Marawi.
”Duyog” merupakan bahasa wilayah Cebu yang berarti "menemani”. Tradisi Duyog Ramadan dimulai pada akhir 1970-an di komunitas Muslim-Kristen di Mindanao, di mana gereja-gereja Kristen mensponsori makanan untuk seluruh masyarakat, dalam solidaritas dengan umat Islam yang berbuka puasa.
Tradisi ini juga menyebar hingga di Manila, kota yang didominasi warga Kristen Protestan dan Katolik Roma. Melalui Duyog Ramadan, warga Kristen Filipina mempromosikan persatuan dengan umat Islam.
Balaba mengatakan bahwa kedua agama tersebut lahir dari hasrat untuk bebas dari penindasan. ”Kami memiliki lebih banyak alasan untuk bersatu daripada bertarung,” katanya, seperti dikutip media Filipina, Bulatlat, Jumat (2/6/2017).
”Apa yang dilakukan umat Islam selama bulan Ramadan tidak berbeda dengan bagaimana orang Kristen melakukan puasa,” katanya. Menurutnya, momen ini adalah waktu yang tepat untuk merenungkan dosa seseorang, berkorban dan bagaimana memperbaiki hubungan seseorang dengan Tuhan dan sesama manusia.
Khusu pada Ramadan tahun ini, komunitas Muslim dan Kristen di Quezon, saling berdoa untuk perdamaian di Kota Marawi, kota yang jadi medan tempur kelompok Maute dan tentara Filipina. Mereka kompak menyerukan Presiden Rodrigo Duterte agar mencabut status darurat militer sehingga Marawi damai kembali.
Pendeta Kristen Irma Balaba dari Jemaat untuk Perdamaian dan Dewan Gereja Nasional Filipina (NCCP) mengatakan, Duyog Ramadan bukan hanya pembagian makan secara simbolis, tapi juga bersatu dalam penderitaan dan dalam perjuangan untuk mendapatkan hak penentuan nasib sendiri.
Tradisi itu digelar di Café Oikoumene, kompleks komunitas NCCP di Kota Quezon. Sebelum berbuka puasa bersama, Aliansi Rakyat Moro-Kristen (MCPA) bersama komunitas Muslim menggelar forum bertajuk “Ramadan pada masa darurat militer”. Mereka kemudian melakukan demonstrasi di luar gerbang NCCP untuk menyerukan pencabutan darurat militer di Mindanao, khususnya di Marawi.
”Duyog” merupakan bahasa wilayah Cebu yang berarti "menemani”. Tradisi Duyog Ramadan dimulai pada akhir 1970-an di komunitas Muslim-Kristen di Mindanao, di mana gereja-gereja Kristen mensponsori makanan untuk seluruh masyarakat, dalam solidaritas dengan umat Islam yang berbuka puasa.
Tradisi ini juga menyebar hingga di Manila, kota yang didominasi warga Kristen Protestan dan Katolik Roma. Melalui Duyog Ramadan, warga Kristen Filipina mempromosikan persatuan dengan umat Islam.
Balaba mengatakan bahwa kedua agama tersebut lahir dari hasrat untuk bebas dari penindasan. ”Kami memiliki lebih banyak alasan untuk bersatu daripada bertarung,” katanya, seperti dikutip media Filipina, Bulatlat, Jumat (2/6/2017).
”Apa yang dilakukan umat Islam selama bulan Ramadan tidak berbeda dengan bagaimana orang Kristen melakukan puasa,” katanya. Menurutnya, momen ini adalah waktu yang tepat untuk merenungkan dosa seseorang, berkorban dan bagaimana memperbaiki hubungan seseorang dengan Tuhan dan sesama manusia.
(mas)