Kisah Mbak Jumini Bina Generasi Islam Cinta Alquran dan Masjid

Senin, 19 Juni 2017 - 13:53 WIB
Kisah Mbak Jumini Bina Generasi Islam Cinta Alquran dan Masjid
Kisah Mbak Jumini Bina Generasi Islam Cinta Alquran dan Masjid
A A A
Sore itu, lengkingan suara azan terdengar kencang dari luar masjid Dusun Kali Tengah Kidul, di Lereng Gunung Merapi, Sabtu (10/6). Tim Program PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta baru saja tiba di halaman masjid.

Beberapa anak sedang duduk bergerombol seketika pecah dan berlari menghampiri untuk sekadar menengok siapa yang telah datang. Sorot mata anak-anak seolah memancarkan binar bahagia dan berteriak kencang, “Wis teko… (sudah datang)”.

Ramai anak-anak santri berseragam ungu di masjid. Beberapa terlihat asyik memilih warna yang pas untuk mewarnai gambar bertema suasana di sekitar Kakbah, sementara yang lain berkonsentrasi penuh menghafalkan beberapa doa sehari-hari yang diajukan tim juri.
Kisah Mbak Jumini Bina Generasi Islam Cinta Alquran dan Masjid

Ya, Masjid Nurul Hikmah menjadi satu-satunya tempat serangkaian lomba yang menjadi agenda rutin Ramadan di tiap tahunnya. Selain karena lokasinya yang strategis, masjid ini pun telah berdiri dengan sempurna setelah berapa tahun pembangunan paska tragedi bencana Merapi 2010.

Tim Program PPPA Daarul Qur’an pun masih menyimpan rasa penasaran dengan pemilik suara lantang yang sejak awal sudah menarik perhatian lewat lengkingan azan itu. Usai menyapa Mbak Jumini, satu-satunya Guru TPA dusun tersebut, kami bahagia begitu menyadari suara lantang itu ternyata berasal dari seorang anak laki-laki berpostur kecil yang sedang berdiri di depan mimbar imam.
Kisah Mbak Jumini Bina Generasi Islam Cinta Alquran dan Masjid

Tentu bukan azan salat Ashar karena waktu sudah melawati pukul 16.13 WIB, namun lomba Azan yang wajib diikuti seluruh santri Daarul Ilmi di Kampung Qur’an Merapi berlangsung hingga waktu Maghrib menjelang.

Segelas teh manis panas mulai membasahi kerongkongan, kotak kardus berwarna putih mulaiberestafetdari tangan ke tangan dan mempersilakan diri untuk segera dilahap. Sepotong ayam bumbu kecap, urap kacang panjang dan tumis kentang menambah rasa syukur kami di penghujung hari, “fabiayyi ala irobbikuma tukadziban”.

Salat fardhu dan Tarawih berjamaah, motivasi diri, tahfidz Qur’an, muhasabah hingga sahur bersama sudah ditunaikan. Belum lagi dinginnya angin puncak Merapi, beberapa rengekan berusaha mereka tahan dalam lelahnya rentetan target ibadah. Para santri tetap menikmati meski harus terbaring di atas lantai masjid yang hanya beralaskan selembar karpet.

''Selain mengajak anak-anak untuk belajar Alqur’an, saya itu cuma ingin anak-anak dekat dan cinta dengan masjid,” begitu ringan dan bersemangat kata itu terlontar dari mulut Mbak Jumini.
Kisah Mbak Jumini Bina Generasi Islam Cinta Alquran dan Masjid

Dalam anggukan kecil tentu Tim Program PPPA Daarul Qur’an memikirkan pemikiran Mbak Jumini yang terdengar sederhana namun bernilai besar. Di masjid lah generasi muda bertumbuh. Setidaknya dari satu teriakan mereka akan mulai belajar bagaimana beradab di muka umum. Dari sebuah larian kecil mereka belajar bersabar dalam memenuhi sebuah keinginan dan dari tawa riang mereka akan selalu merindukan masjid sebagai sahabat.
Kisah Mbak Jumini Bina Generasi Islam Cinta Alquran dan Masjid

Dalam hening malam menjelang sahur, teringat satu nasihat dari Muhammad Al-Fatih. ”Jika suatu masa, kelak kamu tidak lagi mendengar bunyi bising dan gelak tawa anak-anak di antara shaf-shaf salat di masjid, maka sesungguhnya takutlah kalian akan kejatuhan Generasi Muda Islam.”

Nasihat di penghujung malam ini mengakhiri Program Ramadan di Kampung Qur’an Merapi PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta.

Sumber: www.pppa.or.id
(aww)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3290 seconds (0.1#10.140)