7 Keutamaan Puasa Ramadhan, Nomor 1 Banyak yang Mendambakan

Sabtu, 26 Maret 2022 - 17:36 WIB
loading...
7 Keutamaan Puasa Ramadhan,...
Puasa Ramadhan banyak keutamaannya. Salah satunya adalah dapat meningkatkan derajat kita. Foto/Ilustrasi: SINDOnews
A A A
Paling tidak ada tujuh keutamaan puasa ramadhan . Ketujuh keutamaan itu sebagai bentuk penempaan jiwa sekaligus penyucian diri (tazkiyatun nafs) bagi seorang hamba.

Syekh Izzuddin Abdil Aziz bin Abdussalam dalam kitabnya berjudul "Maqashid al-Shaum" menyebut 7 keutamaan tersebut adalah meninggikan derajat, menghapus kesalahan, mengendalikan syahwat, memperbanyak sedekah, penyempurnaan ketaatan, mensyukuri kenikmatan yang tidak disadari, mencegah keinginan untuk bermaksiat dan mempertajam perselisihan.



Pertama, meninggikan derajat (raf’u darajat)

Syekh Izzuddin Abdil Aziz mengutip sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنَ

“Tatkala Ramadhan telah tiba, dibukakanlah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan setan pun dibelenggu”. (HR Muslim)

Dalam riwayat yang lain,

إِنَّ فِي الجَنَّة بَابًا يُدْعَى الرَّيَّانُ، يُدْعَى بِهِ الصَّائِمُوْنَ، مَنْ كَانَ مِنَ الصَّائِمِيْنَ دَخَلَهُ وَمَنْ دَخَلَهُ لَمْ يَظْمَأُ أَبَدًا

“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang disebut al-Rayyan, di mana disediakan untuk mereka yang berpuasa. Barang siapa yang termasuk orang yang berpuasa maka ia akan masuk darinya (pintu al-rayyan), serta siapa yang memasukinya, ia tidak akan haus selamanya” (HR Ahmad)



Dari dua hadis Nabi tersebut, Syekh Izzuddin Abdil Aziz menyimpulkan bahwa kewajiban puasa Ramadhan beserta segala keutamaannya mengisyaratkan bagi umat Islam untuk memperbanyak ketaatan (taktsir al-tha’at). Artinya, dengan dibukanya pintu surga merupakan bentuk targhib (motivasi atau dorongan) untuk memperbanyak ibadah, misalnya berdzikir, tadarusan, shalat tahajud, dan sebagainya.

Dengan ditutupnya pintu neraka (taghliq abwab al-nar) dan terbelenggunya setan, maka Syekh Izzuddin mempersepsikannya sebagai bentuk pengurangan maksiat (qillah al-ma’ashy).

Sementara terbelenggunya setan (tashfid al-syayathin). Isyarat ini ditafsiri sebagai tanda terputusnya kewaswasan (inqatha’a waswasathihim) bagi orang yang berpuasa.

Dalam artian, betapa tidak etisnya manusia jika sudah diberikan bulan mulia Ramadhan masih berbuat buruk dan enggan mengerjakan kebaikan serta memperbanyak ibadah.



Kedua, menghapus kesalahan atau takfir al-khathi’at. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW:

رَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفَّرَاتٌ مَابَيْنَهُنَّ، إِذَا اجْتَنَبَتَ الْكَبَائِرَ

“Ramadhan satu ke Ramadhan yang lain sebagai bentuk kafarat (dosa) di antara keduanya jika kamu menjauhkan diri dari dosa-dosa besar”. (HR Ahmad 2/400 dan HR Muslim No. 233 dalam Bab Thaharah).

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2920 seconds (0.1#10.140)