Sambut Ramadhan, Allah Pun Memperindah Surga-Nya
A
A
A
Setiap kali menjelang datangnya Bulan Suci Ramadhan, Allah pun menghiasi surga-surga-Nya dengan berbagai cahaya keindahan. Dari berbagai redaksi hadits tentang keutamaan dan kemuliaan bulan Ramadhan, salah satu hadits meriwayatkan bahwasanya Allah memerintahkan para malaikat serta bidadari-Nya untuk menghiasi surga-surga dengan cahaya gemerlapan demi memuliakan bulan suci Ramadhan.“Kita bisa membayangkan sekiranya kita menghiasi rumah kita dengan berbagai hiasan tentunya menunjukkan tamu itu orang yang sangat kita dambakan dan muliakan. Bukan hanya sekedar hiasan dekorasi, boleh jadi kita akan menyajikan makanan dan minuman terbaik dan terlezat yang mampu kita hidangkan,” kata Ustaz Dr Miftah el-Banjary dalam tausiyah singkat yang diterima SINDOnews, Jumat (11/5/2018).Allah pun demikian, terang Ustaz Mitfah, Dia menghiasi surga-Nya demi menyambut kedatangan orang-orang bertaqwa bersama kendaraan Ramadhan. Allah tidak lagi melihat siapa kita; makhluk yang penuh dengan aib dan kesalahan, Namun, Dia menyaksikan kita sebagai tamu-Nya yang datang bersama bulan Ramadhan.
Disebabkan dia memuliakan bulan Ramadhan, maka kita yang berada di dalamnya juga memperoleh kemuliaan yang sama. Dalam redaksi hadits yang lain disebutkan bahwa seseorang yang sekadar terpancar rasa kebahagiaan di hatinya menyambut datangnya bulan Ramadhan saja sudah mampu menghapus dosa dan kesalahannya serta menyelematkannya dari azab api neraka.“Rasulullah bersabda, barangsiapa yang bergembira atas tibanya bulan Ramadhan, niscaya Allah haramkan jasadnya dimakan api neraka,” ungkap Ustaz Miftah.
Jika Allah saja menghiasi surga-Nya, lantas apa yang harusnya kita persiapkan? Apa yang harus kita hiasi? Apa yang harus kita perindah menyambut bulan kemuliaan itu?
Lebih jauh Alumnus Institute of Arab Research & Studies League Arab, Mesir, ini menceritakan, surga bagi orang yang bertaqwa terletak pada hatinya. Hati merupakan pusat pandangan Allah. Seseorang tidaklah dipandang dari ukuran fisiknnya, melainkan dari hatinya. Semakin bersih hati seseorang, semakin cinta Allah pada orang itu.Dalam sebuah hadits Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada penampilan fisik kalian, akan tetapi Allah melihat pada hati kalian.” (HR Muslim)
Pada hadits lain Rasulullah SAW bersabda: “Di dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Apabila baik dia, niscaya baiklah seluruh jasadnya. Apabila rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Perhatikanlah itulah hati.” (HR Muttafaqun Alaih)
Jika tempat tinggal ibarat rumah bagi jasad kita, maka hati adalah rumah bagi jiwa kita. Hati yang baik dan bersih akan membawa kebaikan dan kemanfaatan bagi ibadah-ibadah di bulan Ramadhan nantinya. Sebaliknya hati yang rusak akan merusak ibadah dan kebaikan di bulan Ramadhan itu sendiri.
Hati adalah pancaran jiwa, akal, dan roh yang menjadi pusat pandangan Allah setiap saatnya. Apalah arti kemuliaan bulan Ramadhan, jika hati yang menampung kemuliaan itu belum lagi dibersihkan. Hati yang sudah bersih akan mampu menangkap dan menerima sinyal-sinyal ketuhanan lebih kuat dan dahsyat selama bulan Ramadhan, kemudian memancarkannya pasca Ramadhan hingga tahun-tahun berikutnya.
Salah satu cara membersihkan hati menjelang bulan Ramadhan adalah menghapus dan memaafkan semua rasa dendam terhadap orang-orang yang pernah menyakiti dan memusuhi kita. Gantilah semua dendam dengan rasa cinta. Perbaharuilah kekecewaan dengan ketulusan. Obatilah rasa sakit dengan memaafkan.
Di sinilah momentum pembersihan hati di kala kita ingin menjadikan bulan Ramadhan penuh arti. Jalin silaturahmi. Rekatkan persaudaraan. Bentangkan tali kasih dan kedamaian. Sesungguhnya Islam itu indah dan penuh keindahan.
“Di kala kita sudah merasa tidak ada lagi beban persoalan hati, maka sesungguhnya kita telah menghiasi hati kita untuk menerima cahaya kesucian Ramadhan, sebagaimana Allah juga menghiasi surga-Nya dengan kemuliaan dan cinta-Nya,” jelas Ustaz Miftaz mengakhiri tausiyahnya.
Disebabkan dia memuliakan bulan Ramadhan, maka kita yang berada di dalamnya juga memperoleh kemuliaan yang sama. Dalam redaksi hadits yang lain disebutkan bahwa seseorang yang sekadar terpancar rasa kebahagiaan di hatinya menyambut datangnya bulan Ramadhan saja sudah mampu menghapus dosa dan kesalahannya serta menyelematkannya dari azab api neraka.“Rasulullah bersabda, barangsiapa yang bergembira atas tibanya bulan Ramadhan, niscaya Allah haramkan jasadnya dimakan api neraka,” ungkap Ustaz Miftah.
Jika Allah saja menghiasi surga-Nya, lantas apa yang harusnya kita persiapkan? Apa yang harus kita hiasi? Apa yang harus kita perindah menyambut bulan kemuliaan itu?
Lebih jauh Alumnus Institute of Arab Research & Studies League Arab, Mesir, ini menceritakan, surga bagi orang yang bertaqwa terletak pada hatinya. Hati merupakan pusat pandangan Allah. Seseorang tidaklah dipandang dari ukuran fisiknnya, melainkan dari hatinya. Semakin bersih hati seseorang, semakin cinta Allah pada orang itu.Dalam sebuah hadits Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada penampilan fisik kalian, akan tetapi Allah melihat pada hati kalian.” (HR Muslim)
Pada hadits lain Rasulullah SAW bersabda: “Di dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Apabila baik dia, niscaya baiklah seluruh jasadnya. Apabila rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Perhatikanlah itulah hati.” (HR Muttafaqun Alaih)
Jika tempat tinggal ibarat rumah bagi jasad kita, maka hati adalah rumah bagi jiwa kita. Hati yang baik dan bersih akan membawa kebaikan dan kemanfaatan bagi ibadah-ibadah di bulan Ramadhan nantinya. Sebaliknya hati yang rusak akan merusak ibadah dan kebaikan di bulan Ramadhan itu sendiri.
Hati adalah pancaran jiwa, akal, dan roh yang menjadi pusat pandangan Allah setiap saatnya. Apalah arti kemuliaan bulan Ramadhan, jika hati yang menampung kemuliaan itu belum lagi dibersihkan. Hati yang sudah bersih akan mampu menangkap dan menerima sinyal-sinyal ketuhanan lebih kuat dan dahsyat selama bulan Ramadhan, kemudian memancarkannya pasca Ramadhan hingga tahun-tahun berikutnya.
Salah satu cara membersihkan hati menjelang bulan Ramadhan adalah menghapus dan memaafkan semua rasa dendam terhadap orang-orang yang pernah menyakiti dan memusuhi kita. Gantilah semua dendam dengan rasa cinta. Perbaharuilah kekecewaan dengan ketulusan. Obatilah rasa sakit dengan memaafkan.
Di sinilah momentum pembersihan hati di kala kita ingin menjadikan bulan Ramadhan penuh arti. Jalin silaturahmi. Rekatkan persaudaraan. Bentangkan tali kasih dan kedamaian. Sesungguhnya Islam itu indah dan penuh keindahan.
“Di kala kita sudah merasa tidak ada lagi beban persoalan hati, maka sesungguhnya kita telah menghiasi hati kita untuk menerima cahaya kesucian Ramadhan, sebagaimana Allah juga menghiasi surga-Nya dengan kemuliaan dan cinta-Nya,” jelas Ustaz Miftaz mengakhiri tausiyahnya.
(rhs)