Surga Itu Tidak Gratis
A
A
A
Ustaz Dr Miftah el-Banjary
Ada sebuah kisah menarik yang konon pernah terjadi pada diri seorang ulama besar kenamaan, Imam Hasan al-Bashri. Pada suatu hari sang Imam pergi ke pasar dengan cara menyamar sebagai seorang biasa.
Setiba di sana ia ingin pergi ke toilet untuk buang air kecil. Namun, ketika ia merogoh saku jubahnya, ia tidak mendapati uang.Ia pun menghampiri penjaga toilet dan berkata, “Wahai penjaga toilet, bolehkah aku menumpang buang air kecil di toiletmu ini hari ini tanpa membayar, sebab uangku ketinggalan di rumah, besok insya Allah akan aku bayar.”
Dengan nada ketus sang penjaga toilet menjawab, “Tidak bisa! Hari ini kamu ada uang, kamu boleh bayar!”
Sang Imam mencoba bernegosiasi, “Percayalah! Besok aku akan segera kembali! Aku akan segera membayarnya! Aku sangat ingin buang air kecil!”
Dengan nada marah, sang penjaga memaki-maki ulama itu. “Sudah aku katakana! Jika kamu tidak ada uang, kamu tidak boleh menggunakan fasilitas di sini. Besok kamu ada uang, kamu boleh datang lagi ke sini!”
Mendengar jawaban seperti itu, Imam Hasan al-Bashri meninggalkan pasar itu sembari menangis tersedu-sedu. Beliau bersedih bukan lantaran dimaki-maki penjaga toilet itu. Sembari tersungkur beliau meratap berdoa kepada Allah.
“Duhai Rabb! Sungguh aku merasa malu pada-Mu! Perlakuan penjaga toilet tadi telah menyadarkanku akan kelalaianku. Betapa untuk memasuki sebuah tempat yang hina dan kotor saja di dunia ini, aku tertolak dan mendapatkan perlakuan hina hanya lantaran aku tidak membawa membawa bekal. Aku tidak membayangkan betapa mahal harga surga yang harus aku bayar demi memperoleh segala kenikmatan di surga-Mu kelak. Bagaimana mungkin aku datang tanpa membawa apa-apa? Amal kebaikan apa yang telah aku lakukan demi membayar semua itu, sedangkan untuk sebuah tempat paling hina di dunia saja, aku harus membayarnya.”
Berlalu dari kejadian itu, beliau semakin meningkatkan ibadah dan amal kebaikannya. Beberapa minggu kemudian, penjaga toilet itu menyadari bahwa orang yang ditolaknya merupakan seorang ulama besar kenamaan. Ia pun mendatangi rumah sang imam dan meminta maaf. Namun, sang imam tidak marah, beliau malah memberinya sejumlah uang karena telah menyadarkan dirinya sesungguhnya ternyata surga itu tidaklah gratis.
Ada sebuah kisah menarik yang konon pernah terjadi pada diri seorang ulama besar kenamaan, Imam Hasan al-Bashri. Pada suatu hari sang Imam pergi ke pasar dengan cara menyamar sebagai seorang biasa.
Setiba di sana ia ingin pergi ke toilet untuk buang air kecil. Namun, ketika ia merogoh saku jubahnya, ia tidak mendapati uang.Ia pun menghampiri penjaga toilet dan berkata, “Wahai penjaga toilet, bolehkah aku menumpang buang air kecil di toiletmu ini hari ini tanpa membayar, sebab uangku ketinggalan di rumah, besok insya Allah akan aku bayar.”
Dengan nada ketus sang penjaga toilet menjawab, “Tidak bisa! Hari ini kamu ada uang, kamu boleh bayar!”
Sang Imam mencoba bernegosiasi, “Percayalah! Besok aku akan segera kembali! Aku akan segera membayarnya! Aku sangat ingin buang air kecil!”
Dengan nada marah, sang penjaga memaki-maki ulama itu. “Sudah aku katakana! Jika kamu tidak ada uang, kamu tidak boleh menggunakan fasilitas di sini. Besok kamu ada uang, kamu boleh datang lagi ke sini!”
Mendengar jawaban seperti itu, Imam Hasan al-Bashri meninggalkan pasar itu sembari menangis tersedu-sedu. Beliau bersedih bukan lantaran dimaki-maki penjaga toilet itu. Sembari tersungkur beliau meratap berdoa kepada Allah.
“Duhai Rabb! Sungguh aku merasa malu pada-Mu! Perlakuan penjaga toilet tadi telah menyadarkanku akan kelalaianku. Betapa untuk memasuki sebuah tempat yang hina dan kotor saja di dunia ini, aku tertolak dan mendapatkan perlakuan hina hanya lantaran aku tidak membawa membawa bekal. Aku tidak membayangkan betapa mahal harga surga yang harus aku bayar demi memperoleh segala kenikmatan di surga-Mu kelak. Bagaimana mungkin aku datang tanpa membawa apa-apa? Amal kebaikan apa yang telah aku lakukan demi membayar semua itu, sedangkan untuk sebuah tempat paling hina di dunia saja, aku harus membayarnya.”
Berlalu dari kejadian itu, beliau semakin meningkatkan ibadah dan amal kebaikannya. Beberapa minggu kemudian, penjaga toilet itu menyadari bahwa orang yang ditolaknya merupakan seorang ulama besar kenamaan. Ia pun mendatangi rumah sang imam dan meminta maaf. Namun, sang imam tidak marah, beliau malah memberinya sejumlah uang karena telah menyadarkan dirinya sesungguhnya ternyata surga itu tidaklah gratis.
(rhs)