Inilah Kelebihan Bahasa Arab Dibanding Bahasa Lainnya di Dunia

Minggu, 29 September 2019 - 06:30 WIB
Inilah Kelebihan Bahasa Arab Dibanding Bahasa Lainnya di Dunia
Inilah Kelebihan Bahasa Arab Dibanding Bahasa Lainnya di Dunia
A A A
Ustaz Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab & Tafsir Alquran
Alumni Institute of Arab Studies Kairo-Mesir

Alqur'an diturunkan dalam bahasa Arab (Bilugahtin Arabiyyim Mubiin). Bahasa Arab yang dipilih sebagai bahasa wahyu Ilahi terbukti memiliki khazanah kekayaan kosakata yang tidak dimiliki oleh bahasa manapun di dunia ini.

Bahasa Arab memiliki kosakata yang bersifat mutaradif (sinonim) yang dari setiap kosakatanya bisa mencapai ratusan jumlahnya. Sebagai contoh, untuk menyebut kata Singa saja, orang Arab bisa menyebutkan ragam varian hingga 800 kosakata. Untuk menyebut nama pedang saja bisa mencapai 300 kosakata yang menunjukkan makna yang sama. Menyebut nama madu bisa mencapai 80 kata yang berbeda-beda, tapi masih memiliki kesamaan arti.

Saking luasnya, kadang orang Arab masih membutuhkan penafsiran atau perlu lagi melihat konteks dalam setiap kosakata atau kalimat yang dipaparkan atau diungkapkan. Dalam istilah ilmu semantik disebut dengan "As-Siyaq" dan "Qarinah".

Itu baru persoalan Sinonim dalam Alqur'an (Al-Mutaraadif fil Qur'an). Belum lagi persoalan-persoalan lainnya yang mencapai puluhan hingga ratusan teori kebahasaan Arab yang berhubungan dengan penafsiran Alqur'an.

Dalam Alqur'an juga terdapat kata-kata serapan dari luar Arab yang kemudian dikategorikan dalam bahasa Arab yang disebut istilahnya sebagai At-Ta'rib. Sebagai contoh: Istibraq, Kafuur, Sundus, dan masih banyak lagi.

Hal itu terjadi akibat persinggungan antara peradaban Arab kuno dan peradaban sebelumnya yang lebih maju, semisal peradaban Persia, Yunani, Romawi, India dan peradaban lainnya sebelum datangnya Islam.

Selain itu, Alqur'an yang menggunakan bahasa Arab juga kemudian mengalami persinggungan dengan peradaban-peradaban di luar Arab, manakala Qur'an didakwahkan ke luar jazirah Arab, semisal ke Andalusia, India hingga Asia.

Nah, persinggungan lintas agama dan kepercayaan, bahasa, budaya, sosial, hingga peradaban itu, hal yang tidak bisa dihindari adalah bahasa itu sendiri.

Bahasa Alqur'an yang menggunakan bahasa Arab tidak bisa disampaikan dalam arti sepenuhnya manakala diwakili oleh qiyas atau bahasa sinonim atau bahasa pengganti lainnya.

Meskipun tujuannya boleh jadi tercapai, namun secara maknawi pastinya akan terjadi pergeseran dari makna utama ke makna kedua. Namun bagaimana pun, dakwah Alqur'an pada tahap dakwah Islam fase pertama hingga perluasan Islam harus tetap disampaikan. Dan sedikit demi sedikit, harus juga diluruskan dari penyimpangan makna tersebut.

Demikian, makanala Alqur'an didakwahkan pertama kalinya di bumi Nusantara yang pada awalnya telah memiliki agama, kepercayaan, budaya, bahasa hingga peradaban yang dibangun dari Hindu dan Budha yang lebih dahulu ada di Nusantara, maka -mau tak mau- persinggungan bahasa dan budaya itu pastinya terjadi, bahkan sampai hari ini.

Sebagai contoh, ketika Alqur'an menyebutkan kata "Al-Hur 'Ain", masyarakat Nusantara dahulu belum pernah mengenal istilah itu sebelumnya. Namun, dalam konsep agama Hindu/Budha, mereka telah mengenal istilah "Vidhadhari" yang terambil dari bahasa Sansakerta merupakan gambaran peri-peri jelita yang mendiami "Khayangan".

Istilah "Vidhadhari" bergeser diucapkan "Bidadari" diqiyaskan dekat dengan makna "Huril Ain" dalam konsep Alqur'an, meski keduanya sesungguhnya berbeda konsep dan maknanya.

Sama halnya, istilah "Al-Jannah" di dalam Alqur'an, tidak sama dengan kata yang seringkali diwakili maknanya oleh kata "Surga". Sebab istilah "Surga" terambil dari bahasa Sansakerta "Swargaloka" yang hakikatnya dan konsep keduanya berbeda.

Jadi, menurut hemat saya lebih baik kembali menggunakan istilah murni yang persis sama digunakan oleh Alqur'an, karena setiap pilihan diksi kata di dalam Alqur'an memiliki hakikat makna yang tidak akan bisa diwakili oleh bahasa pengganti lainnya.

Dalam riset jurnal yang sedang saya tulis, paling tidak ditemukan kenyataan tidak kurang ada sekitar 2.000-an kosakata bahasa Arab yang diadopsi menjadi bahasa Indonesia yang sampai hari ini masih kita gunakan.

Di antara kosakata yang populer digunakan dalam bahasa keseharian, semisal:

Adil, Amanah, Ahli, Akal, Adat, Awal, Akhir, Azas, Akhlak, Alami. Bandara, Bab, Batin. Dalil, Derajat, Daulat, Daerah, Doa. Fitnah, Fasih, Fajar, Faidah. Ghirah. Hadiah, Hakikat, Hormat, Hikmah, Hewan, Hukum, Hakim, Hadirin, Hasil. Jamak, Jasmani, Jumlah, Janin.

Kabar, Kuliah, Khawatir, Kursi, Khutbah, Kuat, Kuburan, Kisah, Kerabat. Lisan, Logat, Lazim. Majalah, Makna, Masalah, Maklum, Makhluk, Mustahil, Musyawarah, Mufakat, Menara, Muktamar, Mujarab. Nasib, Nikmat, Naskah, Nikah. Dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan di sini.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3162 seconds (0.1#10.140)