Kisah Ustaz Miftah El-Banjary Bangun Pesantren Berkat Sholawat Dalail Khairat

Rabu, 26 Oktober 2022 - 03:17 WIB
loading...
Kisah Ustaz Miftah El-Banjary Bangun Pesantren Berkat Sholawat Dalail Khairat
Ustaz Miftah el-Banjary (paling kanan) bersama Syaikh Ahmad Al-Misri dan Bupati Tabalong Anang Syakhfiani pada acara peletakan batu pertama Ponpes Dalail Khairat di Garagata Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, (25/10/2022). Foto/program TV Tabalong
A A A
Fadhilah sholawat tidak diragukan lagi mengingat banyaknya manfaat dan keberkahannya diperoleh orang-orang yang mengamalkannya. Salah satunya kisah Dai asal Tabalong Kalimantan Selatan, Ustaz DR Miftahur Rahman el-Banjari atau akrab dipanggil dengan Ustaz Miftah.

Ustaz Miftah membuktikan sendiri berkah mengagungkan dan mengamalkan Sholawat. Beliau membangun pondok pesantren (ponpes) di daerahnya berkat mengamalkan Sholawat Dalail Al-Khairat yang dikarang Imam Al-Jazuli (Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuly Al-Samlaly)

Sholawat Dalail Khairat merupakan sholawat yang masyhur di kalangan ulama dan penuntut ilmu. Bahkan dikisahkan, pengarang Dalail Khairat, Imam Al-Jazuli (807-870 Hijriyah) jasadnya masih utuh meski sudah terkubur selama tiga tahun, berkat mengamalkan sholawat.

Ustaz Miftah resmi melakukan peletakan batu pertama pembangunan Ponpes Tahfiz Dirasat Al-Qur'an Wa Shalawat Dalail Khairat di Desa Garagata Jalan Tanjung Kuaro Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan, Selasa (25/10/2022). Ikut dalam peletakan batu pertama ini Dai asal Mesir yang bermukim di Jakarta Syaikh Ahmad Al-Misri; Bupati Tabalong H Anang Syakhfiani; Ketua DPRD Tabalong H Mustafa; Ketua MUI Tabalong H Sabillal Rusdi; Dandim 1008/Tabalong Letkol Czi Catur Witanto; Kapolres Tabalong AKBP Riza Muttaqin.

Pengasuh Ponpes Dalail Khairat Garagata Tabalong, Ustaz Mifah el-Banjary mengatakan, peletakan batu pertama ini merupakan hari bersejarah dan bukti nyata keberkahan sholawat. Ustaz Miftah menceritakan sebuah kisah yang menjadi motivasinya membangun pondok pesantren.

Dikisahkan, suatu hari Sayyidina Umar bin Khatab pernah berjumpa dengan seorang tua yang sepuh. Sayidina Umar menyaksikan orang tua itu sedang menanam biji kurma. Lalu Sayyidina Umar bertanya, "Wahai kakek, apa yang kau harapkan dari biji kurma ini. Kapan dia tumbuh dan kapan engkau akan menikmatinya."

Ternyata jawaban sang kakek itu sangat mengejutkan. "Wahai Umar, saya tidak berharap bahwa saya memiliki panjang umur dan menikmati apa yang saya tanam ini. Yang saya lakukan bukan untuk diri saya, tetapi untuk anak cucu saya kelak," kata sang Kakek.

"Maka motivasi dari peletakan batu pertama ini insya Allah menjadi amal jariyah dan menjadi saksi bahwa kita telah memberikan investasi terbaik untuk anak-anak kita kelak, terlebih di Desa Garagata ini," kata Ustaz Miftah usai peletakan batu pertama pembangunan Ponpes tersebut di Garagata Tabalong, Kalsel, kemarin.

Ustaz Miftah mengatakan, ponpes ini dinamakan Ponpes Tahfiz Dirasat Al-Qur'an, bukan Tahfidz Qur'an. Sebab kalau Tahfizhul Qur'an itu maknanya hanya menghafal Al-Qur'an atau memindah aksara teks dari kertas kepada otak. Hanya memindahkan saja, tidak untuk mendalami dan memahami Al-Qur'an.

Kalau Dirasatul Qur'an itu maknanya lebih luas dari Tahfizhul Qur'an. Tidak sekadar menghafal Qur'an, tapi ada proses belajar memahami dan mendalami isi Al-Qur'an.

"Dan tidak sekadar Al-Qur'an, tapi juga mengajarkan sholawat. Bagaimana santri mencintai dan mengagungkan sholawat. Karena kita tidak akan mengenal Al-Qur'an kalau tidak ada Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam," kata Dai lulusan Mesir itu.

Berkah Sholawat Dalail Khairat
Kisah Ustaz Miftah El-Banjary Bangun Pesantren Berkat Sholawat Dalail Khairat

Ustaz Miftah menceritakan berkah sholawat Dalail Khairat yang dialaminya sendiri. Kata beliau, Gedung Ponpes Dalail Khairat akan dibangun dengan dua gedung kembar. Nama Dalail Khairat ini sengaja diambil dari karya agung sholawat yang dikarang Imam Al-Jazuli.

"500 tahun yang lalu kitab sholawat ini dikarang beliau, telah membuahkan berkah dan melahirkan banyak tokoh-tokoh ulama," kata Ustaz Miftah.

Dulu Raja Ali berperang di Malaka, ia tidak pernah meninggalkan dua pusaka yaitu Badik (pisau panjang) dan Kitab Sholawat Dalail Khairat. Setiap beliau berperang selalu membawa kitab sholawat tersebut. Beliau selalu membaca dan mengamalkannya sehingga memberi kekuatan luar biasa.

Ustaz Miftah menceritakan, saat pandemi selama 2 tahun lalu, beliau membuka kajian online yang diberi nama Kelas Dalail Khairat. Kelas online ini diikuti banyak jamaah dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk jamaah dari Malaysia.

"Kita menghidupkan sholawat Dalail Khairat dan membumikannya. Alhamdulillah kajian kelas Dalail Khairat ini sudah 9 angkatan," kata Dai yang juga penulis buku-buku Islami itu.

Dua tahun berlalu, muncullah ide untuk membuat tempat berkumpul para jamaah yang mengikuti kajian Sholawat Dalail Khairat. Awalnya hanya musholla kecil, berkat pertolongan Allah dan berkah dari sholawat ini mengalirlah donasi setelah membuka kotak amal.

Ada yang menyumbang Rp1 juta, Rp2 juta, ada yang Rp20 juta. Dan selama tiga bulan terkumpul Rp700 juta. Dari situ kemudian dibelilah tanah dan perlengkapan untuk membangun ponpes. Kemudian dilakukan perluasan tempat.

"Inilah dahsyatnya sholawat. Ketika Allah berkata 'Kun Fayakuun' Allah membukakan pintu-pintu sehingga terkumpullah donasi yang nilainya mencapai ratusan juta," ungkap Ustaz Miftah sembari menegaskan bahwa ini adalah amanah yang harus ditunaikan.

Sementara, Syaikh Ahmad Al-Misri yang ikut meletakkan batu pertama embangunan Ponpes Dalail Khairat ini mengatakan, ponpes ini kelak dapat mendatangkan keberkahan bagi masyarakat di daerah Tabalong. Apalagi Ponpes yang mengusung konsep Dirasatul Qur'an tergolong jarang ditemui saat ini.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2552 seconds (0.1#10.140)