Kisah Syeikh As-Syadzili Penemu Kopi Pertama Kali
A
A
A
Kisah pengembaraan seorang muslim selalu tidak terlepas dari kopi, kemana pun orang muslim menyebarkan agamanya, kopi selalu dibawa.
Namun sekarang, kopi bukan hanya minuman para wali atau mu'allim saja. Minuman khas ini sudah dinikmati semua orang dari berbagai agama dan lapisan. Tak heran jika hari ini 1 Oktober 2019 seluruh dunia merayakan 'Hari Kopi Sedunia'.
Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara di dunia. Lalu, siapa sebenarnya penemu kopi ini?
Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Husainy Al-Hadramy dari marga Alaydrus (1070 H-1113 H) dalam kitabnya 'Iinaasush Shofwah bi Anfaasil Qohwah' mengatakan, biji kopi baru ditemukan akhir abad ke-8 Hijriyah di Yaman oleh Imam Abul Hasan Ali Asy-Syadzili bin Umar bin Ibrahim bin Abi Hudaimah Muhammad bin Abdullah bin Al-Faqih Muhammad Disa'in. Nasabnya bersambung hingga kepada sahabat bernama Kholid bin Asad bin Abil Ish bin Umayyah Al-Akbar bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay.
Informasi dari 'Madras Ribath' menyebutkan, beliau adalah pengikut tarekat Syadziliyah, bukan pendirinya. Karena pendiri tharekat/thoriqoh Syadziliyah, Al-Imam Qutb Sayyidina Abi Hasan Asy-Syadzili bin Abdullah bin Abdul Jabbar Al-Hasani Asy- Syadziliyi RA bersambung Nasab kepada Rasululah SAW telah wafat pada tahun 828 H.
Dalam penemuan biji kopi, Imam Abul Hasan Asy-Syadzili mendahului Imam Abu Bakr Al-Aydrus. Sehingga Imam Abul Hasan adalah penemu biji kopi. Sedangkan Imam Abu Bakr Al-Aydrus adalah penyebar kopi di berbagai tempat.
Beliau menggubah syair mengenai kopi sebagai berikut: "Wahai orang-orang yang asyik dalam cinta sejati denganNya, kopi membantuku mengusir kantuk. Dengan pertolongan Allah Ta'ala, kopi menggiatkanku taat beribadah kepadaNya di kala orang-orang sedang terlelap."
Qahwah (kopi): Qof' adalah quut (makanan), Ha' adalah hudaa (petunjuk), Wawu' adalah wud (cinta) dan 'ha' adalah hiyam (pengusir kantuk). Janganlah kau mencelaku karena aku minum kopi, sebab kopi adalah minuman para junjungan yang mulia.
Biji kopi berasal dari tanah Arab dan kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab "Qahwah" yang berarti kekuatan. Karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi.
Kata Qahwah kemudian menjadi populer di Eropa sebagai 'Kahfeh' yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi "Koffie" dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie inilah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia hingga menjadi kata kopi yang kita kenal saat ini.
Kisah Penemuan Kopi
Syeikh Ali bin Umar As-Syadzili Al-Yamani di Indonesia dikenal sebagai Syeikh Abul Hasan As-Syadzili. Kisah penemuan kopi pertama kali berawal dari perjalanan beliau.
Dikisahkan, ketika beliau dalam perjalanan untuk uzlah dan khalwat (mengasingkan diri) dari segala hiruk pikuk dunia, beliau terus berjalan sepanjang hari. Saat malam hari datang, beliau tiba di suatu daerah yang memiliki pepohononan lebat. Tempat itu juga dipenuhi dengan binatang liar dan buas.
Maka Imam As-Syadzili memutuskan untuk memanjat suatu pohon yang tinggi untuk menghidari serangan binatang buas. Ketika sampai di atas, beliau menemukan pohon dipenuhi dengan buah-buahan yang berupa biji-bijian kecil. Lalu beliau memetiknya dan memakannya.
Anehnya, setelah itu beliau tidak merasakan kantuk sama sekali sepanjang malam. Saat pagi menjelang, beliau mengambil kembali beberapa dari biji-biji tersebut untuk dimakan di dalam perjalanannya, dengan tujuan menghilangkan rasa kantuk.
Ketika biji-biji itu mulai kering, beliau tidak langsung memakannya, melainkan memanggangnya terlebih dahulu di atas api. Kemudian menyeduhnya dengan air dan meminum air seduhan tersebut. Akhirnya menyebarlah minuman kopi ke berbagai penjuru negeri.
Setelah sekian lama minuman kopi dikenal di bumi Arab, terjadi perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai hukumnya. Beberapa ulama berpendapat tentang keharaman kopi dan sebagian mereka menghalalkannya.
Perbedaan ini terus berlanjut hingga terjadi perdebatan serius antarulama dan fitnahpun beredar di negeri Syam. Lantas hal itu dihentikan oleh Syekh Abdul Ghoni An-Nabulisi dengan berfatwa akan kehalalannya lalu beliau bersyair dengan dua bait syair: "Biji kopi itu halal, sungguh mereka para pelarang telah melarangnya. Bagaimana bisa mereka menyatakan hal itu haram sedangkan aku meminumnya."
Akhirnya pendapat Syekh Abdul Ghani itu dikuatkan oleh seorang ulama yang bermimpi bertemu Baginda Rasulullah SAW. Dalam mimpinya, beliau menanyakan perihal perkara kopi itu kepada Nabi. Bagaimana hukumnya? Rasulullah SAW menjawab: "Malaikat akan terus senantiasa memintakan ampun bagi si peminum kopi selama aroma rasa kopi tersebut masih tersisa di mulutnya." Allahu A'lam.
Imam Najmuddin Al-Ghozzi berkata dalam kitab al-Kawaqib As-Syairah Fi A'yan al-Miah al-A'syiroh bahwa Orang yang pertama kali menjadikan kebiasaan minum kopi sebagai minuman berkhasiat adalah Habib Abi Bakr Bin Abdullah Alaydrus (Shohibul Rotib Qubro Al-Aydrus). Beliau membuat racikan kopi dari buah pohon bun.
Para ahli sejarah menyebutkan, abad ke-13 kopi menyebar ke Afrika Utara, negara-negara Mediterania dan India. Pada abad 14 dan 15, budaya minum kopi menyebar di Turki, Mesir, Syiria, Persia. Sedangkan di Indonesia, sejarah kopi tidak lepas dari masuknya Belanda yang membudidayakan tanaman kopi pada tahun 1696-1706. Allahu A'lam bisshowab.
Namun sekarang, kopi bukan hanya minuman para wali atau mu'allim saja. Minuman khas ini sudah dinikmati semua orang dari berbagai agama dan lapisan. Tak heran jika hari ini 1 Oktober 2019 seluruh dunia merayakan 'Hari Kopi Sedunia'.
Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara di dunia. Lalu, siapa sebenarnya penemu kopi ini?
Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Husainy Al-Hadramy dari marga Alaydrus (1070 H-1113 H) dalam kitabnya 'Iinaasush Shofwah bi Anfaasil Qohwah' mengatakan, biji kopi baru ditemukan akhir abad ke-8 Hijriyah di Yaman oleh Imam Abul Hasan Ali Asy-Syadzili bin Umar bin Ibrahim bin Abi Hudaimah Muhammad bin Abdullah bin Al-Faqih Muhammad Disa'in. Nasabnya bersambung hingga kepada sahabat bernama Kholid bin Asad bin Abil Ish bin Umayyah Al-Akbar bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay.
Informasi dari 'Madras Ribath' menyebutkan, beliau adalah pengikut tarekat Syadziliyah, bukan pendirinya. Karena pendiri tharekat/thoriqoh Syadziliyah, Al-Imam Qutb Sayyidina Abi Hasan Asy-Syadzili bin Abdullah bin Abdul Jabbar Al-Hasani Asy- Syadziliyi RA bersambung Nasab kepada Rasululah SAW telah wafat pada tahun 828 H.
Dalam penemuan biji kopi, Imam Abul Hasan Asy-Syadzili mendahului Imam Abu Bakr Al-Aydrus. Sehingga Imam Abul Hasan adalah penemu biji kopi. Sedangkan Imam Abu Bakr Al-Aydrus adalah penyebar kopi di berbagai tempat.
Beliau menggubah syair mengenai kopi sebagai berikut: "Wahai orang-orang yang asyik dalam cinta sejati denganNya, kopi membantuku mengusir kantuk. Dengan pertolongan Allah Ta'ala, kopi menggiatkanku taat beribadah kepadaNya di kala orang-orang sedang terlelap."
Qahwah (kopi): Qof' adalah quut (makanan), Ha' adalah hudaa (petunjuk), Wawu' adalah wud (cinta) dan 'ha' adalah hiyam (pengusir kantuk). Janganlah kau mencelaku karena aku minum kopi, sebab kopi adalah minuman para junjungan yang mulia.
Biji kopi berasal dari tanah Arab dan kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab "Qahwah" yang berarti kekuatan. Karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi.
Kata Qahwah kemudian menjadi populer di Eropa sebagai 'Kahfeh' yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi "Koffie" dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie inilah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia hingga menjadi kata kopi yang kita kenal saat ini.
Kisah Penemuan Kopi
Syeikh Ali bin Umar As-Syadzili Al-Yamani di Indonesia dikenal sebagai Syeikh Abul Hasan As-Syadzili. Kisah penemuan kopi pertama kali berawal dari perjalanan beliau.
Dikisahkan, ketika beliau dalam perjalanan untuk uzlah dan khalwat (mengasingkan diri) dari segala hiruk pikuk dunia, beliau terus berjalan sepanjang hari. Saat malam hari datang, beliau tiba di suatu daerah yang memiliki pepohononan lebat. Tempat itu juga dipenuhi dengan binatang liar dan buas.
Maka Imam As-Syadzili memutuskan untuk memanjat suatu pohon yang tinggi untuk menghidari serangan binatang buas. Ketika sampai di atas, beliau menemukan pohon dipenuhi dengan buah-buahan yang berupa biji-bijian kecil. Lalu beliau memetiknya dan memakannya.
Anehnya, setelah itu beliau tidak merasakan kantuk sama sekali sepanjang malam. Saat pagi menjelang, beliau mengambil kembali beberapa dari biji-biji tersebut untuk dimakan di dalam perjalanannya, dengan tujuan menghilangkan rasa kantuk.
Ketika biji-biji itu mulai kering, beliau tidak langsung memakannya, melainkan memanggangnya terlebih dahulu di atas api. Kemudian menyeduhnya dengan air dan meminum air seduhan tersebut. Akhirnya menyebarlah minuman kopi ke berbagai penjuru negeri.
Setelah sekian lama minuman kopi dikenal di bumi Arab, terjadi perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai hukumnya. Beberapa ulama berpendapat tentang keharaman kopi dan sebagian mereka menghalalkannya.
Perbedaan ini terus berlanjut hingga terjadi perdebatan serius antarulama dan fitnahpun beredar di negeri Syam. Lantas hal itu dihentikan oleh Syekh Abdul Ghoni An-Nabulisi dengan berfatwa akan kehalalannya lalu beliau bersyair dengan dua bait syair: "Biji kopi itu halal, sungguh mereka para pelarang telah melarangnya. Bagaimana bisa mereka menyatakan hal itu haram sedangkan aku meminumnya."
Akhirnya pendapat Syekh Abdul Ghani itu dikuatkan oleh seorang ulama yang bermimpi bertemu Baginda Rasulullah SAW. Dalam mimpinya, beliau menanyakan perihal perkara kopi itu kepada Nabi. Bagaimana hukumnya? Rasulullah SAW menjawab: "Malaikat akan terus senantiasa memintakan ampun bagi si peminum kopi selama aroma rasa kopi tersebut masih tersisa di mulutnya." Allahu A'lam.
Imam Najmuddin Al-Ghozzi berkata dalam kitab al-Kawaqib As-Syairah Fi A'yan al-Miah al-A'syiroh bahwa Orang yang pertama kali menjadikan kebiasaan minum kopi sebagai minuman berkhasiat adalah Habib Abi Bakr Bin Abdullah Alaydrus (Shohibul Rotib Qubro Al-Aydrus). Beliau membuat racikan kopi dari buah pohon bun.
Para ahli sejarah menyebutkan, abad ke-13 kopi menyebar ke Afrika Utara, negara-negara Mediterania dan India. Pada abad 14 dan 15, budaya minum kopi menyebar di Turki, Mesir, Syiria, Persia. Sedangkan di Indonesia, sejarah kopi tidak lepas dari masuknya Belanda yang membudidayakan tanaman kopi pada tahun 1696-1706. Allahu A'lam bisshowab.
(rhs)