Kelahiran Sang Cahaya di Atas Segala Cahaya
A
A
A
Ustaz Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Alqur'an
Malam itu, tidak seperti malam-malam biasanya. Di 'Arasy sana, para malaikat bergemuruh melafadzkan zikir memuji keagungan Tuhan yang Maha Esa. Sebagian lagi sibuk menghiasi pintu surga-surga. Pintu-pintu langit pun di buka. Menyeruaklah cahaya terang meliputi langit dan bumi.
Semua alam semesta bersuka cita. Semua binatang hingga makhluk melata sekalipun mampu bertutur seperti manusia. Semenjak jagad raya diciptakan, tak pernah ada keagungan dan kemuliaan semulia malam itu. Para jin dan iblis pun gemetaran. Sejak malam itu mereka tidak bisa lagi sebebas dahulu lagi, mencuri berita-berita langit untuk disampaikan kepada para dukun dan ahli nujum. Pada menit-menit itulah api sesembahan orang Majusi tiba-tiba saja padam. Padahal api itu telah menyala selama ratusan tahun.
Malam yang gelap gulita, pada malam yang bertaburan kemuliaan dan keberkahan, tiba-tiba saja menyeruak menjadi cahaya yang terang benderang. Pada menit-menit yang menentukan, para pendeta Yahudi telah melihat tanda-tanda kelahiran manusia agung yang akan membawa perubahan luar biasa di permukaan bumi ini. Tanda-tanda kelahirannya sudah tercamtum jelas di kitab suci mereka.
Di sana di Mekkah, di dekat Bait Allah yang mulia semburat cahaya mengiringi kelahiran sosok mulia, Muhammad Rasullah al-Musthafa. Pada satu menit yang menentukan, tepatnya pada malam 12 Rabiul Awal 40 tahun sebelum peristiwa hijrah atau bertepatan 22 April 571 M, itulah para pendeta Yahudi di Madinah dengan sepenuh keyakinan berteriak dan memberitahukan kepada umatnya.
"Telah lahir bintang Muhammad! Bintang Muhammad telah muncul! Inilah satu menit yang sangat menentukan nasib umat manusia masa depan!"
Kelahiran Rasululah al-Musthafa merupakan cahaya bagi alam semesta. Bahkan hakikat Rasulullah SAW sendiri beliau adalah "Cahaya diatas Cahaya. Nur 'ala Nurin." Ada banyak dalil kuat yang mengisyaratkan bahwa penciptaan Rasulullah SAW memang secara khusus terpilih dari cahaya terbaik yang bersumber dari Nur Allah subhanahu wa ta'ala.
Syeikh Yusuf an-Nabhani di dalam kitabnya "Al-Anwar al-Muhammadiyah" menuliskan pada bab pertama tentang asal muasal penciptaan alam semesta sebagai berikut: "Manakala Allah berkehendak menampakkan kebaikan-Nya atas makhluk-Nya, maka Dia pun menampakkan hakikat Nur Muhammadiyyah yang tercipta daripada Nur-Nya. Kemudian dari cahaya itulah tercipta alam semesta keseluruhannya, baik yang di atas (malaikat, lauhul mahfudz, kursi, qalam, langit, planet, dsb), maupun yang ada di bawah (bumi, manusia, hewan, jin dsb). Allah pun mengumumkan pangkat kenabiannya (Nabi Muhammad) sebelum dijadikannya Adam menjadi seorang Nabi. Bahkan ketika itu, Nabi Adam pun belum lagi tercipta bentuknya keadaanna antara roh dan jasad…"
Berdasarkan sebuah hadits shahih yang diriwayatkan dari Jabir Abdullah Al-Anshari RA dia berkata: "Ya Rasulullah, demi ayah dan ibuku, kabarkanlah kepadaku tentang makhluk yang pertama kali Allah ciptakan sebelum alam semesta. Nabi SAW bersabda, "Wahai Jabir, sesungguhnya Allah telah menciptakan alam semesta ini Nur Nabi-mu (Nabi Muhammad) yang tercipta daripada Nur-Nya."
Konsep cahaya dari penciptaan Rasulullah SAW tergambar jelas pada sebuah hadits yang menceritakan tentang perpindahan Nur Nabi Muhammad SAW dari sulbi para nabi dan generasi keturunan mereka, diawali dari Nabi Adam hingga orangtua Nabi Muhammad SAW yang kemudian melahirkan makhluk terbaik al-Musthafa SAW di seluruh alam jagad raya ini.
Kemunculan Sseberkas Cahaya Dibukit Tsabir
Manakala terdengar kabar bahwa akan ada penyerangan besar-besaran dari bala tentara Gubernur Yaman Abrahah yang berencana menghancurkan Ka'bah di Makkah dengan pasukan gajahnya, para penduduk Kota Makkah pun panik. Mereka pun mengadukan ketakutan mereka pada pemimpin kabilan Quraisy yang sangat disegani ketika; Abdul Muthalib; kakek Nabi Muhammad SAW.
Kedatangan Abrahah dan bala tentaranya juga telah merampas harta penduduk, termasuk ternak unta milik Abdul Muthalib yang berjumlah 400 ekor. Abdul Muthalib pun mendaki gunung Tsabir. Disana ia mendapati seberkas Nur cahaya yang terang benderang berkeliling mengitari gunung tersebut.
Sebagai seorang pemimpin bagi kaumnya, Abdul Muthalib menjamin bahwa penduduk Kota Makkah akan aman dan dalam lindungan Tuhan penjaga Ka'bah dengan pertanda Nur tersebut. Abdul Muthalib meyakinkan bahwa pasukan Abrahah hanya berniat untuk menghancurkan Ka'bah saja, bukan untuk memerangi penduduk kota Makkah.
Tak berselang lama kemudian, utusan Abrahah meminta untuk bertemu dengan Abdul Muthalib. Ketika Abrahah menyaksikan Nur Rasulullah yang memancar dari wajah dan tubuhnya yang sangat berwibawa, akhirnya Abrahah pun takzim dan mengembalikan harta rampasan yang diambilnya dari kepunyaan Abdul Muthalib. Cahaya itulah yang kelak mengisyaratkan akan kelahiran nabi mulia akhir zaman, Sayyidil Musthafa SAW.
Ummu Salamah Melihat Cahaya Timur dan Barat
Menjelang kelahiran manusia termulia sepanjang zaman, para Malaikat di langit bergemuruh mengucapkan tasbih, zikir, tahlil dan tahmid. Mereka bersuka cita menyambut kelahiran Rasul pilihan yang akan membawa cahaya petunjuk pada semesta alam.
Ketika itu, api sesembahan kaum Majusi di Persia yang tak pernah padam ribuan tahun pun padam di malam itu. Bintang kejora yang telah lama dinantikan oleh para ahli kitab pun bersinar terang, menandakan akan kelahiran Sang nabi akhir zaman.
Sayyidah Asiah serta ibunda Maryam pun turun ke bumi membantu kelahiran ibunda Aminah. Hingga tibalah saat yang telah dinantikan, seorang Nabi terbaik pun telah dilahirkan dari rahim mulia ibunda Aminah. Alam semesta pun suka cita menyambut kelahiran Al-Musthafa. Dia pun terlahir dalam keadaan bersih dan suci, telah berkhitan dan mengenai celak mata. Lahir dalam keadaan sujud pada Sang Maha Pencipta Semesta Alam.
Kala itu persalinan bunda Aminah juga dibantu oleh Ummu Salamah. Setelah terlahir Ummu Salamah membawa menggendong bayi mungil al-Musthafa yang mulia. Tiba-tiba saja Ummu Salamah mendengar pertanyaan suara ghaib tanpa wujud, "Kemana kau bawa dia?" Ada suara lain pula yang menjawab, "Ke Timur!" Suara tanpa wujud itu kemudian memerintahkan, "Bawalah dia ke Barat!"
Ketika itulah menurut penuturan Ummu Salamah, ia melihat cahaya yang terang benderang yang memenuhi antara Timur dan Barat, sehingga ia dapat menyaksikan kemegahan kerajaan Romawi. Semua itu merupakan kemuliaan dari kisah kelahiran Sayyidil Musthafa SAW.
Duhai engkau yang tercipta dari cahaya Tuhan.
Cahaya yang memancar menerangi semesta alam.
Sungguh engkau hakikat yang tak dapat disingkapkan.
Namun, kehadiran-mu menyingkapkan,
Segala hakikat yang tersembunyi menjadi terang benderang.
Engkau cahaya yang menerangi dari segala cahaya yang berkilauan.
Engkau lah cahaya diatas cahaya yang gemerlapan.
Engkau cahaya kebenaran yang memberikan petunjuk penerangan.
Menuju jalan keselamatan, jalan kemulian dalam keridhaan ar-Rahman.
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Alqur'an
Malam itu, tidak seperti malam-malam biasanya. Di 'Arasy sana, para malaikat bergemuruh melafadzkan zikir memuji keagungan Tuhan yang Maha Esa. Sebagian lagi sibuk menghiasi pintu surga-surga. Pintu-pintu langit pun di buka. Menyeruaklah cahaya terang meliputi langit dan bumi.
Semua alam semesta bersuka cita. Semua binatang hingga makhluk melata sekalipun mampu bertutur seperti manusia. Semenjak jagad raya diciptakan, tak pernah ada keagungan dan kemuliaan semulia malam itu. Para jin dan iblis pun gemetaran. Sejak malam itu mereka tidak bisa lagi sebebas dahulu lagi, mencuri berita-berita langit untuk disampaikan kepada para dukun dan ahli nujum. Pada menit-menit itulah api sesembahan orang Majusi tiba-tiba saja padam. Padahal api itu telah menyala selama ratusan tahun.
Malam yang gelap gulita, pada malam yang bertaburan kemuliaan dan keberkahan, tiba-tiba saja menyeruak menjadi cahaya yang terang benderang. Pada menit-menit yang menentukan, para pendeta Yahudi telah melihat tanda-tanda kelahiran manusia agung yang akan membawa perubahan luar biasa di permukaan bumi ini. Tanda-tanda kelahirannya sudah tercamtum jelas di kitab suci mereka.
Di sana di Mekkah, di dekat Bait Allah yang mulia semburat cahaya mengiringi kelahiran sosok mulia, Muhammad Rasullah al-Musthafa. Pada satu menit yang menentukan, tepatnya pada malam 12 Rabiul Awal 40 tahun sebelum peristiwa hijrah atau bertepatan 22 April 571 M, itulah para pendeta Yahudi di Madinah dengan sepenuh keyakinan berteriak dan memberitahukan kepada umatnya.
"Telah lahir bintang Muhammad! Bintang Muhammad telah muncul! Inilah satu menit yang sangat menentukan nasib umat manusia masa depan!"
Kelahiran Rasululah al-Musthafa merupakan cahaya bagi alam semesta. Bahkan hakikat Rasulullah SAW sendiri beliau adalah "Cahaya diatas Cahaya. Nur 'ala Nurin." Ada banyak dalil kuat yang mengisyaratkan bahwa penciptaan Rasulullah SAW memang secara khusus terpilih dari cahaya terbaik yang bersumber dari Nur Allah subhanahu wa ta'ala.
Syeikh Yusuf an-Nabhani di dalam kitabnya "Al-Anwar al-Muhammadiyah" menuliskan pada bab pertama tentang asal muasal penciptaan alam semesta sebagai berikut: "Manakala Allah berkehendak menampakkan kebaikan-Nya atas makhluk-Nya, maka Dia pun menampakkan hakikat Nur Muhammadiyyah yang tercipta daripada Nur-Nya. Kemudian dari cahaya itulah tercipta alam semesta keseluruhannya, baik yang di atas (malaikat, lauhul mahfudz, kursi, qalam, langit, planet, dsb), maupun yang ada di bawah (bumi, manusia, hewan, jin dsb). Allah pun mengumumkan pangkat kenabiannya (Nabi Muhammad) sebelum dijadikannya Adam menjadi seorang Nabi. Bahkan ketika itu, Nabi Adam pun belum lagi tercipta bentuknya keadaanna antara roh dan jasad…"
Berdasarkan sebuah hadits shahih yang diriwayatkan dari Jabir Abdullah Al-Anshari RA dia berkata: "Ya Rasulullah, demi ayah dan ibuku, kabarkanlah kepadaku tentang makhluk yang pertama kali Allah ciptakan sebelum alam semesta. Nabi SAW bersabda, "Wahai Jabir, sesungguhnya Allah telah menciptakan alam semesta ini Nur Nabi-mu (Nabi Muhammad) yang tercipta daripada Nur-Nya."
Konsep cahaya dari penciptaan Rasulullah SAW tergambar jelas pada sebuah hadits yang menceritakan tentang perpindahan Nur Nabi Muhammad SAW dari sulbi para nabi dan generasi keturunan mereka, diawali dari Nabi Adam hingga orangtua Nabi Muhammad SAW yang kemudian melahirkan makhluk terbaik al-Musthafa SAW di seluruh alam jagad raya ini.
Kemunculan Sseberkas Cahaya Dibukit Tsabir
Manakala terdengar kabar bahwa akan ada penyerangan besar-besaran dari bala tentara Gubernur Yaman Abrahah yang berencana menghancurkan Ka'bah di Makkah dengan pasukan gajahnya, para penduduk Kota Makkah pun panik. Mereka pun mengadukan ketakutan mereka pada pemimpin kabilan Quraisy yang sangat disegani ketika; Abdul Muthalib; kakek Nabi Muhammad SAW.
Kedatangan Abrahah dan bala tentaranya juga telah merampas harta penduduk, termasuk ternak unta milik Abdul Muthalib yang berjumlah 400 ekor. Abdul Muthalib pun mendaki gunung Tsabir. Disana ia mendapati seberkas Nur cahaya yang terang benderang berkeliling mengitari gunung tersebut.
Sebagai seorang pemimpin bagi kaumnya, Abdul Muthalib menjamin bahwa penduduk Kota Makkah akan aman dan dalam lindungan Tuhan penjaga Ka'bah dengan pertanda Nur tersebut. Abdul Muthalib meyakinkan bahwa pasukan Abrahah hanya berniat untuk menghancurkan Ka'bah saja, bukan untuk memerangi penduduk kota Makkah.
Tak berselang lama kemudian, utusan Abrahah meminta untuk bertemu dengan Abdul Muthalib. Ketika Abrahah menyaksikan Nur Rasulullah yang memancar dari wajah dan tubuhnya yang sangat berwibawa, akhirnya Abrahah pun takzim dan mengembalikan harta rampasan yang diambilnya dari kepunyaan Abdul Muthalib. Cahaya itulah yang kelak mengisyaratkan akan kelahiran nabi mulia akhir zaman, Sayyidil Musthafa SAW.
Ummu Salamah Melihat Cahaya Timur dan Barat
Menjelang kelahiran manusia termulia sepanjang zaman, para Malaikat di langit bergemuruh mengucapkan tasbih, zikir, tahlil dan tahmid. Mereka bersuka cita menyambut kelahiran Rasul pilihan yang akan membawa cahaya petunjuk pada semesta alam.
Ketika itu, api sesembahan kaum Majusi di Persia yang tak pernah padam ribuan tahun pun padam di malam itu. Bintang kejora yang telah lama dinantikan oleh para ahli kitab pun bersinar terang, menandakan akan kelahiran Sang nabi akhir zaman.
Sayyidah Asiah serta ibunda Maryam pun turun ke bumi membantu kelahiran ibunda Aminah. Hingga tibalah saat yang telah dinantikan, seorang Nabi terbaik pun telah dilahirkan dari rahim mulia ibunda Aminah. Alam semesta pun suka cita menyambut kelahiran Al-Musthafa. Dia pun terlahir dalam keadaan bersih dan suci, telah berkhitan dan mengenai celak mata. Lahir dalam keadaan sujud pada Sang Maha Pencipta Semesta Alam.
Kala itu persalinan bunda Aminah juga dibantu oleh Ummu Salamah. Setelah terlahir Ummu Salamah membawa menggendong bayi mungil al-Musthafa yang mulia. Tiba-tiba saja Ummu Salamah mendengar pertanyaan suara ghaib tanpa wujud, "Kemana kau bawa dia?" Ada suara lain pula yang menjawab, "Ke Timur!" Suara tanpa wujud itu kemudian memerintahkan, "Bawalah dia ke Barat!"
Ketika itulah menurut penuturan Ummu Salamah, ia melihat cahaya yang terang benderang yang memenuhi antara Timur dan Barat, sehingga ia dapat menyaksikan kemegahan kerajaan Romawi. Semua itu merupakan kemuliaan dari kisah kelahiran Sayyidil Musthafa SAW.
Duhai engkau yang tercipta dari cahaya Tuhan.
Cahaya yang memancar menerangi semesta alam.
Sungguh engkau hakikat yang tak dapat disingkapkan.
Namun, kehadiran-mu menyingkapkan,
Segala hakikat yang tersembunyi menjadi terang benderang.
Engkau cahaya yang menerangi dari segala cahaya yang berkilauan.
Engkau lah cahaya diatas cahaya yang gemerlapan.
Engkau cahaya kebenaran yang memberikan petunjuk penerangan.
Menuju jalan keselamatan, jalan kemulian dalam keridhaan ar-Rahman.
(rhs)