Doa Rasulullah Ketika Dilempari Batu dan Diusir Warga Tha'if
A
A
A
Kisah ini cukup populer diceritakan dalam sirah nabawiyah. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) melakukan perjalanan dakwah ke Tha'if, berjarak 60 mil dari Kota Makkah. Beliau berharap dakwah Islam diterima warga Thaif setelah kafir Quraisy Makkah menolak dan memperlakukan beliau dengan keji.
Nabi SAW berangkat ke Tha'if ditemani Zaid bin Haritsah tanpa menunggangi unta. Beliau berjalan kaki untuk menghindari kecurigaan kafir Quraisy. Berhari-hari dalam perjalanan yang melelahkan, Rasulullah dan Zaid akhirnya tiba di Thaif.
Al-'Udwani, seorang periwayat yang pernah bertemu langsung dengan Rasulullah menuturkan, "Aku melihat Rasulullah di Pasar 'Ukazh. Beliau menancapkan tongkatnya seperti ini dan menyandarkan tubuhnya pada tongkat itu. Beliau menyeru orang-orang pada kalimat La Ilaaha Illa Allah Muhammad Rasulullah."
Rasulullah menyampaikan dakwahnya di Tha'if selama 15 malam. Setiap bertemu warga Thaif baik di pasar maupun di tempat lain, Beliau mengenalkan Islam dan mengajak warga untuk mentauhidkan Allah. Apa yang disampaikan Rasulullah ternyata mendapat penolakan keras dari penduduk Thaif.
Mereka menolak Islam, bahkan mengusir Rasulullah agar keluar dari Thaif. Tak hanya mengusir Nabi, penduduk Thaif juga melempari Nabi dengan batu.
Nabi dan Ziad berusaha menyelamatkan diri dari hujan batu yang dilempar warga Thaif. Keadaan kian memprihatinkan saat kaki Beliau berlumuran darah akibat serangan batu warga Thaif.
Sambil menahan sakit, Nabi berlari mencari tempat persembunyian. Hingga Rasulullah mendapati tempat perlindungan di balik tembok milik 'Utbah dan Syaibah, dua putra Rabi'ah, yang terletak tiga mil dari Kota Thaif.
Nabi kemudian mendekati sebuah pohon anggur lalu duduk di sana. Di bawah pohon itu, Rasulullah memanjatkan doa sambil menahan sakit yang dialaminya:
Artinya:
"Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu atas lemahnya kekuatanku dan sedikitnya usahaku serta kehinaan diriku di hadapan manusia. Engkaulah Tuhan semesta alam, Pelindung orang-orang yang lemah dan Engkaulah Pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan diriku. Kepada orang yang jauh yang menyerangku ataukah kepada Zat yang dekat yang mengatur urusanku. Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli. Aku berlindung terhadap cahaya wajah-Mu Yang menerangi kegelapan dan karenanya membawakan kebaikan bagi dunia dan akhirat, dan kemurkaan-Mu yang akan Kautimpakan kepadaku. Engkaulah Yang berhak menegur hingga berkenan pada-Mu. Dan tiada daya dan upaya selain dan Engkau."
Nabi tidak menyadari ketika diperhatikan oleh dua putra Rabi'ah tersebut. Keduanya pun memanggil 'Addas, seorang hamba beragama Nasrani yang mengabdi pada mereka, untuk mengambilkan anggur dan makanan.
Ketika anggur diberikan kepada Rasulullah, Beliau mengucap kalimat 'Bismillah' dan memakannya. 'Addas pun kaget karena tidak pernah mendengar ucapan itu sebelumnya. Karena penasaran, ia pun bertanya kepada Rasulullah tentang Yunus bin Matta.
Lalu Rasulullah menjawab: "Dia adalah saudaraku, seorang Nabi, demikian pula dengan diriku". Jawaban Nabi itu membuat 'Addas memeluk Islam.
Nabi Menolak Tawaran Malaikat Jibril
Ketika hari gelap, Rasulullah dan Zaid keluar memutuskan untuk kembali ke Makkah. Sembari menahan kepedihan dan lapar, ada satu hal yang membuat Nabi bersemangat karena masuk Islamnya 'Addas, seorang budak Nasrani.
Ketika tiba di Qarnul Manazil, Rasulullah menengadahkan wajahnya ke langit dan tiba-tiba Jibril menampakkan diri seraya menyampaikan salam. Allah mengutus Jibril bersama Malaikat penjaga gunung yang menunggu penintahnya untuk meratakan Al-Akhasyabain (dua gunung di Makkah, yaitu Gunung Abu Qubais dan yang di seberangnya, Qaiqa'an) terhadap penduduk Tha'if.
"Wahai Muhammad, Tuhan mengizinkanmu untuk menimpakan dua gunung itu pada penduduk Tha'if."
Bagaimana jawaban Nabi? Beliau justru menolak tawaran Jibril itu. "Jangan. Siapa tahu Allah akan mengeluarkan seseorang yang mengucapkan (kalimat) 'la ilaha illallah' dari rahim mereka," jawab Rasulullah.
Ketika beliau bertekad kembali ke Makkah untuk memulai lembaran baru, Zaid bin Haritsah mempertanyakan keinginan Nabi itu. "Bagaimana bisa engkau kembali menemui mereka, sedangkan mereka telah mengusirmu?" tanya Zaid.
Kemudian Rasulullah SAW menjawab: "Wahai Zaid, sesungguhnya Allah akan menjadikan apa yang engkau lihat sebagai kemudahan dan jalan keluar. Sungguh, Allah akan menolong agama-Nya dan akan memenangkan Nabi-Nya".
Demikian kisah singkat perjalanan Nabi SAW dan Zaid ke Thaif. Ada banyak hikmah yang bisa dipetik selain pentingnya doa, tawakkal dan bersabar. Rasulullah benar-benar memperlihatkan akhlak yang begitu agung hingga membuat orang-orang memeluk Islam. Warga Thaif akhirnya memeluk Islam berkat kesabaran Beliau dan doa yang dikabulkan Allah Ta'ala.
Nabi SAW berangkat ke Tha'if ditemani Zaid bin Haritsah tanpa menunggangi unta. Beliau berjalan kaki untuk menghindari kecurigaan kafir Quraisy. Berhari-hari dalam perjalanan yang melelahkan, Rasulullah dan Zaid akhirnya tiba di Thaif.
Al-'Udwani, seorang periwayat yang pernah bertemu langsung dengan Rasulullah menuturkan, "Aku melihat Rasulullah di Pasar 'Ukazh. Beliau menancapkan tongkatnya seperti ini dan menyandarkan tubuhnya pada tongkat itu. Beliau menyeru orang-orang pada kalimat La Ilaaha Illa Allah Muhammad Rasulullah."
Rasulullah menyampaikan dakwahnya di Tha'if selama 15 malam. Setiap bertemu warga Thaif baik di pasar maupun di tempat lain, Beliau mengenalkan Islam dan mengajak warga untuk mentauhidkan Allah. Apa yang disampaikan Rasulullah ternyata mendapat penolakan keras dari penduduk Thaif.
Mereka menolak Islam, bahkan mengusir Rasulullah agar keluar dari Thaif. Tak hanya mengusir Nabi, penduduk Thaif juga melempari Nabi dengan batu.
Nabi dan Ziad berusaha menyelamatkan diri dari hujan batu yang dilempar warga Thaif. Keadaan kian memprihatinkan saat kaki Beliau berlumuran darah akibat serangan batu warga Thaif.
Sambil menahan sakit, Nabi berlari mencari tempat persembunyian. Hingga Rasulullah mendapati tempat perlindungan di balik tembok milik 'Utbah dan Syaibah, dua putra Rabi'ah, yang terletak tiga mil dari Kota Thaif.
Nabi kemudian mendekati sebuah pohon anggur lalu duduk di sana. Di bawah pohon itu, Rasulullah memanjatkan doa sambil menahan sakit yang dialaminya:
اَللُّهُمَّ اِلَيْكَ اَشْكُوْ ضَعْفَ قُوَّتِي، وَقِلَّةَ حِيْلَتِيْ وَهَوَانِيْ عَلَى النَّاسِ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، اَنْتَ رَبُّ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ، وَاَنْتَ رَبِّي، اِلَى مَنْ تَكِلُّنِيْ اِلَى بَعِيْدٍ يَتَجَهَّمُنِيْ ؟ اَوْ اِلَى عَدُوٍّ مَلَكْتَهُ اَمْرِيْ ؟ اِنْ لَمْ يَكُنْ بِكَ غَضَبٌ عَلَيَّ فَلاَ اُبَالِيْ وَلَكِنْ عَافِيَتَكَ هِيَ اَوْسَعُ لِيْ، أَعُوْذُ بِنُوْرِوَجْهِكَ الَّذِيْ اَشْرَقَتْ بِهِ الظُّلُمَاتُ، وَصَلُحَ عَلَيْهِ اَمْرُ الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ مِنْ اَنْ تُنَزِّلَ بِي غَضَبُكَ اَوْ تَحُلُّ بِي سَخَطُكَ، لَكَ الْعَتْبَي حَتَّى تَرْضَي، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّبِكَ
Artinya:
"Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu atas lemahnya kekuatanku dan sedikitnya usahaku serta kehinaan diriku di hadapan manusia. Engkaulah Tuhan semesta alam, Pelindung orang-orang yang lemah dan Engkaulah Pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan diriku. Kepada orang yang jauh yang menyerangku ataukah kepada Zat yang dekat yang mengatur urusanku. Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli. Aku berlindung terhadap cahaya wajah-Mu Yang menerangi kegelapan dan karenanya membawakan kebaikan bagi dunia dan akhirat, dan kemurkaan-Mu yang akan Kautimpakan kepadaku. Engkaulah Yang berhak menegur hingga berkenan pada-Mu. Dan tiada daya dan upaya selain dan Engkau."
Nabi tidak menyadari ketika diperhatikan oleh dua putra Rabi'ah tersebut. Keduanya pun memanggil 'Addas, seorang hamba beragama Nasrani yang mengabdi pada mereka, untuk mengambilkan anggur dan makanan.
Ketika anggur diberikan kepada Rasulullah, Beliau mengucap kalimat 'Bismillah' dan memakannya. 'Addas pun kaget karena tidak pernah mendengar ucapan itu sebelumnya. Karena penasaran, ia pun bertanya kepada Rasulullah tentang Yunus bin Matta.
Lalu Rasulullah menjawab: "Dia adalah saudaraku, seorang Nabi, demikian pula dengan diriku". Jawaban Nabi itu membuat 'Addas memeluk Islam.
Nabi Menolak Tawaran Malaikat Jibril
Ketika hari gelap, Rasulullah dan Zaid keluar memutuskan untuk kembali ke Makkah. Sembari menahan kepedihan dan lapar, ada satu hal yang membuat Nabi bersemangat karena masuk Islamnya 'Addas, seorang budak Nasrani.
Ketika tiba di Qarnul Manazil, Rasulullah menengadahkan wajahnya ke langit dan tiba-tiba Jibril menampakkan diri seraya menyampaikan salam. Allah mengutus Jibril bersama Malaikat penjaga gunung yang menunggu penintahnya untuk meratakan Al-Akhasyabain (dua gunung di Makkah, yaitu Gunung Abu Qubais dan yang di seberangnya, Qaiqa'an) terhadap penduduk Tha'if.
"Wahai Muhammad, Tuhan mengizinkanmu untuk menimpakan dua gunung itu pada penduduk Tha'if."
Bagaimana jawaban Nabi? Beliau justru menolak tawaran Jibril itu. "Jangan. Siapa tahu Allah akan mengeluarkan seseorang yang mengucapkan (kalimat) 'la ilaha illallah' dari rahim mereka," jawab Rasulullah.
Ketika beliau bertekad kembali ke Makkah untuk memulai lembaran baru, Zaid bin Haritsah mempertanyakan keinginan Nabi itu. "Bagaimana bisa engkau kembali menemui mereka, sedangkan mereka telah mengusirmu?" tanya Zaid.
Kemudian Rasulullah SAW menjawab: "Wahai Zaid, sesungguhnya Allah akan menjadikan apa yang engkau lihat sebagai kemudahan dan jalan keluar. Sungguh, Allah akan menolong agama-Nya dan akan memenangkan Nabi-Nya".
Demikian kisah singkat perjalanan Nabi SAW dan Zaid ke Thaif. Ada banyak hikmah yang bisa dipetik selain pentingnya doa, tawakkal dan bersabar. Rasulullah benar-benar memperlihatkan akhlak yang begitu agung hingga membuat orang-orang memeluk Islam. Warga Thaif akhirnya memeluk Islam berkat kesabaran Beliau dan doa yang dikabulkan Allah Ta'ala.
(rhs)