Hakikat Ibadah Menurut Syeikh Ibnu 'Atho'illah
A
A
A
Sebagai hamba Allah kita wajib menghamba dan beribadah hanya kepada-Nya. Yang kita tuju hanyalah Allah, bukan karena pahala surga-Nya atau siksa neraka-Nya. Ilahi Anta Maqshudi wa Ridhoka Mathlubi (Ya Allah Engkaulah tujuanku dan ridha-Mu lah semata-mata yang kucari).
Demikian pesan hikmah Syeikh Ibnu 'Atho'illah (1250-1309) dalam Kitab populernya 'Al-Hikam'. Ulama sufi bernama Ahmad ibnu Muhammad Ibnu 'Atha'illah As-Sakandari lahir di Iskandariah Mesir ini mengatakan, hakikat ibadah jangan mengharap sesuatu selain Allah.
"Barang siapa menyembah Allah karena mengharap sesuatu, atau untuk menolak siksa atas dirinya, maka dia belum menunaikan kewajiban terhadap sifat-sifat Allah," kata Syeikh Ibnu 'Atho'illah.
Allah Ta'ala telah menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud 'alaihissalam: "Sesungguhnya orang yang sangat Aku kasihi ialah orang yang beribadah bukan karena upah pemberianKu, tetapi semata-mata karena Aku yang berhak untuk disembah." Dalam kitab Zabur disebutkan: "Dan siapakah yang lebih kejam dari orang yang menyembahKu karena surga atau neraka, apakah seandainya Aku tidak membuat surga atau neraka, Aku tidak berhak untuk disembah.
Janganlah berlaku sebagai seorang hamba yang busuk jika takut, lalu bekerja (beribadah). Dan jangan berbuat sebagai buruh yang busuk jika tidak dibayar tidak bekerja.
Sebab, sebenarnya pemberian Allah kepada hamba itu sudah lebih dari yang diharapkan yaitu hidupnya, nafasnya, pancainderanya dan kesehatannya dan nikmat lainnya.
Abu Hazim berkata: "Saya malu menyembah Allah karena pahala, seperti buruh yang busuk jika tidak dibayar tidak bekerja, atau menyembah karena takut siksa, seperti budak yang curang jika tidak takut siksa, tidak bekerja, tetapi saya menyembah Allah karena cinta kepadaNya."
Sufyan As-Tsaury pernah meminta nasihat kepada tokoh perempuan sufi, Robi'ah Al-Adawiyyah, maka Robi'ah berkata: "Engkau seorang yang baik, andaikan engkau tidak cinta kepada dunia".
Demikian pesan hikmah Syeikh Ibnu 'Atho'illah terkait hakikat ibadah. Semoga kita menjadikan Allah Ta'ala sebagai tujuan dan tidak berharap kecuali hanya kepada-Nya. Wallahu A'lam Bisshowab.
Demikian pesan hikmah Syeikh Ibnu 'Atho'illah (1250-1309) dalam Kitab populernya 'Al-Hikam'. Ulama sufi bernama Ahmad ibnu Muhammad Ibnu 'Atha'illah As-Sakandari lahir di Iskandariah Mesir ini mengatakan, hakikat ibadah jangan mengharap sesuatu selain Allah.
"Barang siapa menyembah Allah karena mengharap sesuatu, atau untuk menolak siksa atas dirinya, maka dia belum menunaikan kewajiban terhadap sifat-sifat Allah," kata Syeikh Ibnu 'Atho'illah.
Allah Ta'ala telah menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud 'alaihissalam: "Sesungguhnya orang yang sangat Aku kasihi ialah orang yang beribadah bukan karena upah pemberianKu, tetapi semata-mata karena Aku yang berhak untuk disembah." Dalam kitab Zabur disebutkan: "Dan siapakah yang lebih kejam dari orang yang menyembahKu karena surga atau neraka, apakah seandainya Aku tidak membuat surga atau neraka, Aku tidak berhak untuk disembah.
Janganlah berlaku sebagai seorang hamba yang busuk jika takut, lalu bekerja (beribadah). Dan jangan berbuat sebagai buruh yang busuk jika tidak dibayar tidak bekerja.
Sebab, sebenarnya pemberian Allah kepada hamba itu sudah lebih dari yang diharapkan yaitu hidupnya, nafasnya, pancainderanya dan kesehatannya dan nikmat lainnya.
Abu Hazim berkata: "Saya malu menyembah Allah karena pahala, seperti buruh yang busuk jika tidak dibayar tidak bekerja, atau menyembah karena takut siksa, seperti budak yang curang jika tidak takut siksa, tidak bekerja, tetapi saya menyembah Allah karena cinta kepadaNya."
Sufyan As-Tsaury pernah meminta nasihat kepada tokoh perempuan sufi, Robi'ah Al-Adawiyyah, maka Robi'ah berkata: "Engkau seorang yang baik, andaikan engkau tidak cinta kepada dunia".
Demikian pesan hikmah Syeikh Ibnu 'Atho'illah terkait hakikat ibadah. Semoga kita menjadikan Allah Ta'ala sebagai tujuan dan tidak berharap kecuali hanya kepada-Nya. Wallahu A'lam Bisshowab.
(rhs)