Kisah Masa Kecil Rasulullah SAW Bersama Ibunya
A
A
A
Masa kecil Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) menyimpan kisah luar biasa yang penuh hikmah. Peristiwa menakjubkan pernah dialami Rasulullah SAW semasa kecilnya.
Berikut ulasan kisahnya disampaikan Habib Quraisy Baharun (Pendiri Pondok Pesantren As-Shidqu Kuningan). Sebagaimana tradisi suku Quraisy dan kabilah Arab pada umumnya, pada hari kedelapan selepas dilahirkan oleh Siti Aminah, Muhammad kecil harus diungsikan ke pedalaman dan baru akan dikembalikan ke ibunya ketika kelak berusia delapan atau 10 tahun.
Tentu hal ini membuat Siti Aminah gundah. Tapi, tradisi tetaplah tradisi, mau tidak mau harus tetap dilaksanakan.
Aminah pun sadar, ini penting untuk ia lakukan. Ia pun mengikhlaskan putranya untuk dikirim ke pedalaman. Lagipula ia tahu bawah tujuan dikirimkannya supaya kemampuan berbahasa sang anak bagus. Di pedalaman itu bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab asli, belum campuran dan bukan bahasa pasar (fusya). Dan bisa mencecap udara pedalaman yang bersih, tidak seperti di kota yang dianggap telah tercemar.
Di pedalaman itu, Muhammad kecil diasuh oleh Halimah bint Sa'diyah selama tiga tahun. Muhammad pun tumbuh menjadi anak yang cepat tanggap, telaten dan jujur. Ia juga kerap membantu temannya yang kesusahan dan selalu bersikap bersahaja walaupun ia terkenal memiliki kecerdasan yang luar biasa dibandingkan anak seumurannya.
Apalagi ia adalah keturunan salah satu suku terpandang di kabilah Arab. Hal itu membuatnya disukai banyak orang. Tak terkecuali teman sebayanya.
Suatu ketika, saat Muhammad kecil bermain bersama anak-anak lain, Beliau didatangi oleh dua orang berbaju putih. Muhammad kecil sempat bertanya, namun tidak dijawab. Dua orang itu berkata dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Muhammad kecil.
Sontak, hal ini pun membuatnya ketakutan. Tak terkecuali teman-temannya. Mereka pun berlari mendatangi rumah Halimatus Sa’diyah dan melaporkan peristiwa yang terjadi.
"Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil oleh dua orang laki-laki telah diambil oleh dua orang laki-laki," ujar salah seorang dari mereka, agak berteriak.
Halimah pun agak terkaget. Tapi, ia berusaha tetap tenang. "Apa benar yang kau katakan?"
"Benar. Dan ia telah dibaringkan di sebuah batu, perutnya dibedah sambil dibolak-balikkan."
Seketika itu pula wajah Halimah pucat. Ia pun berlari menuju tempat yang diceritakan itu. Tak butuh waktu lama, ia pun sampai di tempat yang diceritakan itu.
Di sana, ia melihat Muhammad kecil yang terdiam, Halimah pun berusaha menenangkannya. "Apa yang telah terjadi, Anakku."
Muhammad kecil melihat wajah Halimah. Kemudian merangkulnya. Lalu, dengan agak terbata-bata ia menjawab, "Dua orang itu berbaju putih. Ia berusaha mengambil sesuatu dari tubuhku".
"Apakah itu?"
"Aku tidak tahu, Ibu."
Halimah pun merangkulnya sekali lagi. Ia pun sebenarnya ketakutan dan takut jika anak ini terjadi apa-apa atau ada keanehan lain yang tidak mengerti. Untuk itu, ia bersepakat dengan keluarganya untuk mengembalikan Muhammad kecil ke Makkah.
Kelak, selepas Muhammad kecil tumbuh dewasa dan diangkat menjadi Rasul, barulah Halimah mengerti bahwa dua orang berbaju putih itu adalah Malaikat yang diutus oleh Allah Ta'ala untuk mengangkat dan membersihkan keburukan dalam diri Muhammad kala itu.
Berikut ulasan kisahnya disampaikan Habib Quraisy Baharun (Pendiri Pondok Pesantren As-Shidqu Kuningan). Sebagaimana tradisi suku Quraisy dan kabilah Arab pada umumnya, pada hari kedelapan selepas dilahirkan oleh Siti Aminah, Muhammad kecil harus diungsikan ke pedalaman dan baru akan dikembalikan ke ibunya ketika kelak berusia delapan atau 10 tahun.
Tentu hal ini membuat Siti Aminah gundah. Tapi, tradisi tetaplah tradisi, mau tidak mau harus tetap dilaksanakan.
Aminah pun sadar, ini penting untuk ia lakukan. Ia pun mengikhlaskan putranya untuk dikirim ke pedalaman. Lagipula ia tahu bawah tujuan dikirimkannya supaya kemampuan berbahasa sang anak bagus. Di pedalaman itu bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab asli, belum campuran dan bukan bahasa pasar (fusya). Dan bisa mencecap udara pedalaman yang bersih, tidak seperti di kota yang dianggap telah tercemar.
Di pedalaman itu, Muhammad kecil diasuh oleh Halimah bint Sa'diyah selama tiga tahun. Muhammad pun tumbuh menjadi anak yang cepat tanggap, telaten dan jujur. Ia juga kerap membantu temannya yang kesusahan dan selalu bersikap bersahaja walaupun ia terkenal memiliki kecerdasan yang luar biasa dibandingkan anak seumurannya.
Apalagi ia adalah keturunan salah satu suku terpandang di kabilah Arab. Hal itu membuatnya disukai banyak orang. Tak terkecuali teman sebayanya.
Suatu ketika, saat Muhammad kecil bermain bersama anak-anak lain, Beliau didatangi oleh dua orang berbaju putih. Muhammad kecil sempat bertanya, namun tidak dijawab. Dua orang itu berkata dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Muhammad kecil.
Sontak, hal ini pun membuatnya ketakutan. Tak terkecuali teman-temannya. Mereka pun berlari mendatangi rumah Halimatus Sa’diyah dan melaporkan peristiwa yang terjadi.
"Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil oleh dua orang laki-laki telah diambil oleh dua orang laki-laki," ujar salah seorang dari mereka, agak berteriak.
Halimah pun agak terkaget. Tapi, ia berusaha tetap tenang. "Apa benar yang kau katakan?"
"Benar. Dan ia telah dibaringkan di sebuah batu, perutnya dibedah sambil dibolak-balikkan."
Seketika itu pula wajah Halimah pucat. Ia pun berlari menuju tempat yang diceritakan itu. Tak butuh waktu lama, ia pun sampai di tempat yang diceritakan itu.
Di sana, ia melihat Muhammad kecil yang terdiam, Halimah pun berusaha menenangkannya. "Apa yang telah terjadi, Anakku."
Muhammad kecil melihat wajah Halimah. Kemudian merangkulnya. Lalu, dengan agak terbata-bata ia menjawab, "Dua orang itu berbaju putih. Ia berusaha mengambil sesuatu dari tubuhku".
"Apakah itu?"
"Aku tidak tahu, Ibu."
Halimah pun merangkulnya sekali lagi. Ia pun sebenarnya ketakutan dan takut jika anak ini terjadi apa-apa atau ada keanehan lain yang tidak mengerti. Untuk itu, ia bersepakat dengan keluarganya untuk mengembalikan Muhammad kecil ke Makkah.
Kelak, selepas Muhammad kecil tumbuh dewasa dan diangkat menjadi Rasul, barulah Halimah mengerti bahwa dua orang berbaju putih itu adalah Malaikat yang diutus oleh Allah Ta'ala untuk mengangkat dan membersihkan keburukan dalam diri Muhammad kala itu.
(rhs)