Inilah Doa yang Diucapkan Nabi Musa Saat Membelah Lautan
A
A
A
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) pernah bersabda, "Barang siapa yang pada waktu pagi hari (memasuki waktu subuh) dalam keadaan mengadu kepada manusia tentang kesulitan hidupnya, maka seakan-akan ia telah mengadukan Tuhannya".
Dalam Kitab Nashoihul 'Ibad (kumpulan nasihat bagi para hamba), Syeikh Nawawi Al-Bantani (1813-1897) mengatakan bahwa pengaduan selayaknya hanya kepada Allah Ta'ala. Adapun mengadu kepada manusia menunjukkan tidak adanya rida dengan pembagian Allah Ta'ala.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud RA, Rasulullah SAW bersabda: "Maukah kamu semua aku ajari sebuah kalimat yang diucapkan Nabi Musa AS ketika melintasi lautan bersama Bani Israil?". Kami semua menjawab, "Baik Ya Rasulullah". Lalu Rasulullah SAW bersabda: "Ucapkanlah kalimat 'Allahumma laKal hamdu wa ilaiKal Musytaka wa Antal Musta'aan wa laa haula walaa quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhiim'.
(Yaa Allah segala puji hanya untuk-Mu, dan hanya kepada-Mulah tempat mengadu, dan Engkaulah Penolong dan tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Zat Yang Maha Tinggi dan Maha Agung).
Maka Al-A'masy berkata, "Tidaklah kami pernah meninggalkan membaca kalimat itu sejak kami mendengarnya dari Syaqiq Al-Asady Al-Kuufy. Barang siapa pada waktu pagi hari berduka atas perkara duniawi, maka sesungguhnya ia telah marah kepada Tuhannya."
Artinya, barang siapa yang bersedih karena urusan dunia, sesungguhnya ia telah marah kepada Tuhannya, karena ia tidak rida dengan qadha' (takdir Allah) dan tidak bersabar atas cobaan-Nya dan tidak beriman dengan kekuasaan-Nya.
Karena sesungguhnya apa yang terjadi di dunia ini adalah atas qadha Ilahi Ta'ala dan atas kekuasaan-Nya. Barang siapa yang merendahkan diri kepada orang kaya karena melihat kekayaannya, maka hilanglah 2/3 agamanya. Artinya disyari'atkannya penghormatan manusia kepada orang lain adalah karena alasan kebaikan dan ilmunya bukan karena kekayaannya. Karena sesungguhnya orang yang memuliakan harta, sesungguhnya ia telah menyia-nyiakan ilmu dan amal saleh.
Berkata Syeikh Abdul Qadir Al-Jailany RA, "Seorang muslim di setiap keadaannya harus selalu dalam tiga keadaan ini. Pertama melaksanakan perintah, kedua menjauhi larangan, dan ketiga ridha dengan pembagian Tuhan." Kondisi minimal bagi seorang mukmin adalah tidak terlepas dari salah satu dari tiga keadaan tersebut. Wallahu A'lam Bisshowab
Dalam Kitab Nashoihul 'Ibad (kumpulan nasihat bagi para hamba), Syeikh Nawawi Al-Bantani (1813-1897) mengatakan bahwa pengaduan selayaknya hanya kepada Allah Ta'ala. Adapun mengadu kepada manusia menunjukkan tidak adanya rida dengan pembagian Allah Ta'ala.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud RA, Rasulullah SAW bersabda: "Maukah kamu semua aku ajari sebuah kalimat yang diucapkan Nabi Musa AS ketika melintasi lautan bersama Bani Israil?". Kami semua menjawab, "Baik Ya Rasulullah". Lalu Rasulullah SAW bersabda: "Ucapkanlah kalimat 'Allahumma laKal hamdu wa ilaiKal Musytaka wa Antal Musta'aan wa laa haula walaa quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhiim'.
اَللهم لَكَ الْحَمْدُ وَاِلَيْكَ الْمُشْتَكَى وَاَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
(Yaa Allah segala puji hanya untuk-Mu, dan hanya kepada-Mulah tempat mengadu, dan Engkaulah Penolong dan tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Zat Yang Maha Tinggi dan Maha Agung).
Maka Al-A'masy berkata, "Tidaklah kami pernah meninggalkan membaca kalimat itu sejak kami mendengarnya dari Syaqiq Al-Asady Al-Kuufy. Barang siapa pada waktu pagi hari berduka atas perkara duniawi, maka sesungguhnya ia telah marah kepada Tuhannya."
Artinya, barang siapa yang bersedih karena urusan dunia, sesungguhnya ia telah marah kepada Tuhannya, karena ia tidak rida dengan qadha' (takdir Allah) dan tidak bersabar atas cobaan-Nya dan tidak beriman dengan kekuasaan-Nya.
Karena sesungguhnya apa yang terjadi di dunia ini adalah atas qadha Ilahi Ta'ala dan atas kekuasaan-Nya. Barang siapa yang merendahkan diri kepada orang kaya karena melihat kekayaannya, maka hilanglah 2/3 agamanya. Artinya disyari'atkannya penghormatan manusia kepada orang lain adalah karena alasan kebaikan dan ilmunya bukan karena kekayaannya. Karena sesungguhnya orang yang memuliakan harta, sesungguhnya ia telah menyia-nyiakan ilmu dan amal saleh.
Berkata Syeikh Abdul Qadir Al-Jailany RA, "Seorang muslim di setiap keadaannya harus selalu dalam tiga keadaan ini. Pertama melaksanakan perintah, kedua menjauhi larangan, dan ketiga ridha dengan pembagian Tuhan." Kondisi minimal bagi seorang mukmin adalah tidak terlepas dari salah satu dari tiga keadaan tersebut. Wallahu A'lam Bisshowab
(rhs)