Ini metode melihat hilal

Senin, 08 Juli 2013 - 23:54 WIB
Ini metode melihat hilal
Ini metode melihat hilal
A A A
Sindonews.com - Anggota Badan Hisab Rukyat Kemenag Cecep Nurwandaya mengatakan, terbenamnya matahari sudah terjadi, ketinggiannya sampai membelah dunia. Sehingga ketinggianya mencapai negatif dan positif.

Bersamaan dengan itu terbenamnya matahari bersamaan dengan terbenamnya hilal. Artinya ada potensi perbedaan di setiap daerah, seperti pulau Sumatera dan pulau Jawa yang ketinggian hilalnya positif dan sangat kecil, dengan posisi bulan agak ekstrim 4,5 derajat di sebelah selatan matahari.

"Garis ketinggian hilal tidak tegak tetapi miring. Hal ini hanya menguntungkan bagian selatan bumi, tetapi bagian utara bumi terhalang oleh punggung bumi," tandasnya saat menyampaikan penjelasan di depan Menag dalam pembukaan sidang isbat di Kantor Kemenag kemarin di Jakarta, Senin (8/7/2013).

Dia mengatakan, ketinggian hilal diacukan minus 1 sampai plus 0,5 sebagai acuan keringgian hilal 0 meter dipermukaan air. Dalam hal ini, Pelabuhan Ratu sebagai posko utama dalam melihat hilal dipilih sebagai tempat yang letaknya paling tinggi.

Saat ini, posisi hilal pada saat matahari terbenam di pos observasi bulan Pelabuhan Ratu Sukabumi, tinggi hilal 0,65 derajat dengan jarak busur bulan dan matahari 4,55 derajat. Umur hilal diperkirakan 3 jam 35 menit 52 detik dan iluminasi hilal 0,18%.

Menurutnya, hilal baru akan terlihat jika jarak sudut bulan dan matahari lebih besar dari derajat. Konfrensi penyatuan awal bulan hijriah Internasional di Istambul tahun 1978. Awal bulan dimulai jika jarak busur antara bulan, dan matahari lebih besar dari 8 derajat dan tinggi bulan dari ufuk pada saat matahari tenggelam lebih besar dari 5%.

"Di Arab Saudi, antara terbenamnya matahari dan hilal sangat tingkat dalam ketinggian 0,18 derajat. Ini bagian dari observasi yang ada reverensinya. Karena ketinggian hilal harus mencapai 2 derajat," kata nya.

Hal senada disampaikan Peneliti LAPAN Thomas Jamaludin, dengan cara rukyat merupakan cara termudah dalam penentuan awal bulan. Dalam hal ini, melihat fenomena bulan sabit yang tidak terlihat pada saat magrib.

"Sebelumnya terlihat bulan sabit pada waktu pagi sebagai akhir bulan dan awal bulan Ramadan," katanya.

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Mukhtar Ali mengatakan data hisab yang dihimpun dari Urusan Musyawarah Islam Kemenag dan pimpinan Ormas yang dipantau mulai dari 14.16

"Dari 0,65 derajat titik hilal yang dipantau oleh 53 titik di 33 provinsi oleh 36 panitia semuanya menyatakan tidak melihat hilal," tegasnya.
(stb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3018 seconds (0.1#10.140)